HomeNalar PolitikGerindra Pecah Belah PDIP?

Gerindra Pecah Belah PDIP?

Partai Gerindra terlihat melakukan pendekatan serius ke Presiden Jokowi dan keluarganya. Di banyak baliho, foto Prabowo Subianto juga selalu disandingkan dengan Presiden Jokowi. Apakah Gerindra tengah mencoba memecah belah PDIP?


PinterPolitik.com

Partai Gerindra tampaknya tengah mencoba membunuh dua burung dengan satu lemparan batu. Lemparan batu itu adalah membangun hubungan dekat dan hangat dengan Presiden Jokowi beserta keluarganya.

Kita misalnya dengan mudah melihat tebaran baliho yang berisi foto Prabowo Subianto dengan Presiden Jokowi. Putra sulung RI-1, Gibran Rakabuming Raka juga terlihat akrab dengan sang Menteri Pertahanan (Menhan).

Burung Pertama

Burung pertama, tentu saja adalah efek ekor jas Jokowi. Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad juga terang-terangan mengakui bahwa naiknya elektabilitas Prabowo karena kedetakan dengan Presiden Jokowi.

“Kemudian juga kedekatan Pak Prabowo dengan Pak Presiden itu juga sedikit banyak menyumbang terhadap elektabilitas partai,” ungkap Dasco pada 24 Mei 2023.

Ada dua syarat Presiden Jokowi menjadi king maker di Pilpres 2024, yakni (1) tingkat kepuasan publik yang tinggi dan (2) tidak hadirnya tokoh yang melebihi popularitas Jokowi.

Melihat situasi politik terkini, dua syarat itu sekiranya terpenuhi. Pertama, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi konsisten tinggi. Pada April 2023, Lembaga Survei Indonesia (LSI) bahkan menemukan tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi mencapai 82%. Itu adalah data tertinggi yang ditemukan sejauh ini.

Kedua, jangankan hadir tokoh yang melebihi popularitas Jokowi, berbagai kandidat potensial justru berebut dukungan politik Jokowi. Di sisi seberang, Anies Baswedan yang diharapkan menjadi sosok pembaharu justru tengah stagnan dan terancam kandas maju di 2024.

infografis pdip sedang gelisah 1

Burung Kedua

Burung kedua yang sekiranya jauh lebih menarik, yakni melemahkan PDIP. Tanpa diragukan lagi, Partai Gerindra ingin menjadi partai pemenang di Pemilu 2024. Itu terlihat jelas dari munculnya pemberitaan bahwa Sufmi Dasco diproyeksi menjadi Ketua DPR selanjutnya.

Baca juga :  Gelengan Kepala Puan soal Hak Angket

Ketua DPR adalah hak partai politik pemenang pemilu. Itu berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Untuk meraih kemenangan di setiap pertempuran, ada dua langkah yang harus dilakukan secara bersamaan, yakni menguatkan serangan dan melemahkan pertahanan musuh. Partai Gerindra sedang melakukan keduanya.

Jika Gerindra berhasil membuat Presiden Jokowi lebih mendukung Prabowo daripada Ganjar Pranowo, secara langsung itu akan melemahkan PDIP.

Itu adalah strategi nomor dua dalam Thirty-Six Stratagems, yakni 36 strategi Tiongkok kuno yang digunakan dalam politik, perang, dan interaksi sipil, yang ditulis pada abad ke-6 SM.

Strategi nomor 2 berbunyi Besiege Wèi to rescue Zhào (圍魏救趙, Wéi Wèi jiù Zhào). Disebutkan, untuk melemahkan musuh secara psikologis kita dapat menyerang sesuatu yang dianggapnya berharga.

Tanpa perdebatan, Presiden Jokowi sangatlah berharga bagi PDIP. Itu terlihat dari sensitivitas PDIP ketika melihat baliho Prabowo-Jokowi dan pertemuan Gibran dengan Prabowo.

Sejauh ini apa yang dilakukan Gerindra tampaknya cukup berhasil. Kita misalnya dapat melihat dukungan terbuka politisi senior PDIP Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko ke Prabowo Subianto.

Jika benar terdapat banyak kelompok yang militan terhadap Jokowi di PDIP, bukan tidak mungkin Gerindra dapat memecah belah PDIP nantinya.

infografis pdip mulai senggol prabowo

Membuktikan Jokowi Effect

Melihatnya dari kacamata yang lebih luas, apa yang dilakukan Partai Gerindra akan menjadi pembuktian terhadap Jokowi Effect.

Jokowi Effect adalah istilah yang dimunculkan berbagai pihak pada Pemilu 2014. Popularitas Jokowi yang luar biasa dipercaya menjadi pendongkrak suara PDIP di Pemilu 2014.

Pada Pemilu 2009, perolehan suara PDIP adalah 14.600.091 atau 14,03 persen. Sedangkan pada Pemilu 2014, perolehan suara PDIP melejit menjadi 23.681.471 atau 18,95 persen.

Baca juga :  Hasto dan Politik Uang UU MD3

Jika Partai Gerindra berhasil membuat Presiden Jokowi mendukung penuh Prabowo dan menang di Pemilu 2024, maka asumsi banyak pihak selama ini sekiranya terbukti. Adalah benar bahwa penyumbang terbesar suara PDIP adalah efek ekor jas Jokowi.

Dalam filsafat analitik, khususnya positivisme logis, Jokowi Effect akan diuji melalui metode verifikasi (verification). Verification atau verificationism adalah doktrin filosofis yang percaya bahwa kebenaran teori atau hipotesis hanya dapat dibuktikan melalui pembuktian empiris.

Sekarang kita lihat dan tunggu saja. Apakah Partai Gerindra dapat melakukan verifikasi terhadap Jokowi Effect atau tidak. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Kuda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...