HomeHeadlineStrategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 akhirnya memecahkan sejarah baru dengan lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir?


PinterPolitik.com

“Indonesia, kobarkan semangatmu! Kan kubela sampai habis napasku!” – Pee Wee Gaskins, “Dari Mata Sang Garuda” (2010)

Lirik di atas hampir bisa dipastikan adalah dua baris yang selalu terpati di benak dan kepala kita. Bagi pendukung setia tim nasional (timnas) Indonesia di berbagai kompetisi sepak bola dunia, lagu dari Pee Wee Gaskins yang dirilis pada tahun 2010 itu adalah salah satu lagu yang kerap dinyanyikan.

Namun, tanpa disadari, tahun-tahun itu adalah waktu ketika animo masyarakat atas timnas Indonesia sedang tinggi-tingginya. Film Garuda di Dadaku, misalnya, sukses mencuri hati para penggemar film pada tahun 2009. Dua tahun kemudian, sekuelnya, Garuda di Dadaku 2, akhirnya dirilis pada tahun 2011.

Ramainya semangat masyarakat atas sepak bola Indonesia ini bukanlah tanpa sebab. Pada tahun 2010, timnas Indonesia akhirnya mendapatkan banyak perhatian hingga lolos ke babak final AFF Suzuki Cup 2010, melawan Malaysia.

Seakan-akan mimpi sudah di depan nyata, publik dan media massa ramai membicarakan bahwa ini adalah janji kemenangan yang akhirnya bisa terwujud. Pemain-pemain timnas-pun, mulai dari Christian Gonzalez, Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, hingga Firman Utina, menjadi figur publik bak selebriti.

Namun, takdir akan janji itu akhirnya belum terwujud. Indonesia kalah dari Malaysia secara agregat 4-2 pada babak final kala itu. 

Meski Garuda akhirnya harus kalah dari Harimau Malaya, mimpi itu tetap tertanam di benak masyarakat Indonesia. Namun, mimpi itu kemenangan besar timnas Indonesia belum jadi kenyataan di piala Asia Tenggara itu hingga kini.

Terlepas itu, bara mimpi ini kembali menyala baru-baru ini. Timnas Indonesia U-23 tampil begitu baik di Piala Asia U-23 2024. Kemengan Indonesia atas Australia di penyisihan grup A dengan skor 1-0.

Kemenangan Garuda U-23 ini kembali terjadi pada laga selanjutnya melawan Yordania dengan skor 4-1. Kemenangan ini menjamin lolosnya timnas U-23 ke perempat final. 

Di laga perempat final, Indonesia U-23 kembali menang. Indonesia berhasil mengalahkan Korea Selatan (Korsel) dengan babak penalti usai skor tetap sama usai babak ekstra habis. Akhirnya, Indonesia lolos ke babak semifinal dan publik kembali ramai membicarakan timnas.

Baca juga :  Singapura 'Ngeri-ngeri Sedap' ke Prabowo?

Rangkaian kemenangan ini menjadi menarik karena bukan tidak mungkin bisa mempengaruhi dinamika politik Indonesia. Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir, misalnya, dinilai menjadi salah satu sosok kunci di balik kesuksesan sepak bola Indonesia. 

Apa strategi yang sebenarnya disiapkan oleh Erick? Kemudian, mengapa kemenangan timnas U-23 menjadi penting bagi Erick untuk mengarungi lanskap politik beberapa bulan ke depan?

Modal Erick untuk Timnas Indonesia

Setiap orang memiliki modal (capital) yang bisa digunakan. Modal inilah yang akhirnya bisa digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ketika hendak memulai bisnis atau usaha, misalnya, modal ekonomi menjadi salah satu modal yang perlu diperhitungkan. Modal ekonomi, seperti keuangan, turut menentukan jalannya sebuah bisnis.

Misal, ketika akan berjualan teh susu boba, ada bahan-bahan yang perlu dipersiapkan, mulai dari susu, teh, boba, tempat berjualan, merek atau brand, dan lain sebagainya. Guna menyiapkan hal-hal ini, diperlukan modal ekonomi untuk membeli bahan-bahan tersebut.

Namun, seperti yang dijelaskan oleh Pierre Bourdieu dalam bukunya yang berjudul The Forms of Capital, jenis modal bukanlah hanya modal ekonomi. Ada jenis modal yang disebut oleh Bourdieu sebagai modal sosial (social capital).

Modal sosial ini dapat didefinisikan sebagai sumber-sumber potensial dan aktual yang berkaitan dengan jaringan hubungan yang dimiliki oleh seseorang. Salah satu contohnya adalah, ketika mencari pekerjaan, rekomendasi dari seorang teman yang sudah bekerja di tempat itu terlebih dahulu bisa membantu.

Selain modal ekonomi, jenis modal inilah yang juga dimiliki oleh Erick sebagai ketum PSSI. Sebelum menjabat sebagai ketum pada tahun 2023, Erick sudah terlebih dahulu berlalulalang di dunia sepak bola.

Pada tahun 2013, Erick membeli sebagian besar saham Inter Milan, sebuah klub sepak bola ternama di liga Italia, Serie A. Meski akhirnya sudah dijual pada tahun 2019, bukan rahasia lagi bahwa Erick menjalin banyak koneksi dengan individu-individu di dunia sepak bola sejak saat itu.

Jaringan yang dimilikinya dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, misalnya, dinilai menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia bisa terhindar dari sanksi pasca-Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 silam. Bahkan, FIFA-pun akhirnya membuka kantor cabang di Jakarta, Indonesia.

Modal ini juga yang akhirnya digunakan Erick untuk menghimpun pemain-pemain timnas Indonesia U-23 untuk bermain di Piala Asia U-23 2024. Agar Justin Hubner, Nathan Tjoe-A-On, Pratama Arhan, Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dkk bisa bermain untuk Garuda Muda, Erick-pun melobi klub-klub di mana mereka bekerja sebagai pemain profesional.

Bila ini benar akibat modal sosial yang dimiliki oleh Erick, lantas, apa arti sebenarnya dari serangkaian kemenangan Timnas U-23 di Piala Asia U-23 2024 ini? Mungkinkah ini memiliki konsekuensi lanjutan dalam dimensi politik?

Timnas U-23 untuk Modal Erick?

Bila akhirnya Timnas U-23 nanti berhasil menjuarai Piala Asia U-23 2024, bukan tidak mungkin Erick akan mendapatkan keuntungan besar dalam hal modal politik (political capital). Apalagi, Erick adalah salah satu pendukung pasangan calon terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, mengacu ke penjelasan Bourdie, jenis-jenis modal tidaklah hanya modal ekonomi, tetapi juga ada modal-modal lain seperti modal sosial dan modal kultural.

Jenis-jenis modal ala Bourdieu ini kemudian dikembangkan kembali oleh Kimberly Casey dalam tulisannya yang berjudul Defining Political Capital menjadi modal sumber daya manusia, modal institusional, modal simbolis, dan modal moral,

Dalam hal modal ekonomi, Erick bisa dibilang cukup leluasa. Selain modal ekonomi, seperti yang dijelaskan di atas, Erick juga memiliki modal sosial yang bisa digunakan saat dibutuhkan.

Menariknya, bila Erick berhasil menjadi ketum PSSI yang membuat timnas Indonesia menjadi juara, bukan tidak mungkin menteri BUMN tersebut juga mendapatkan modal lainnya, yakni modal sosial yang bersumber pada pengakuan (name recognition).

Modal ini bisa ditransformasikan menjadi modal politik oleh Erick, misal untuk meningkatkan daya tawar dalam perebutan posisi dan jabatan di bawah pemerintahan baru mendatang. Apalagi, Erick menjadi salah satu wajah yang mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

Meski begitu, penjelasan konsekuensi ini hanyalah gambaran konseptual apabila Erick berhasil mendapatkan pengakuan itu sebagai ketum PSSI. Namun, bila gambaran ini benar, bukan tidak mungkin Erick akan kembali mendapatkan posisi penting dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, entah apa posisi yang akan diemban. (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

More Stories

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.