HomeNalar PolitikKarpet Merah Karier Doni Monardo

Karpet Merah Karier Doni Monardo

Pandemi Covid-19 dinilai menjadi ajang pamungkas bagi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo untuk menunujukkan kapabilitasnya. Akankah kewenangan strategisnya saat ini menjadi modal berharga bagi karier mantan Danjen Kopassus tersebut pada level yang lebih tinggi?


PinterPolitik.com

Sebuah predestinasi jualah yang akhirnya membawa seorang Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengampu tanggung jawab besar dalam perjalanan kariernya. Dipercaya menjadi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, posisi ini dinilai merupakan pekerjaan paling diharapkan keberhasilannya oleh sekitar 270 juta penduduk Indonesia saat ini.

Setelah lebih dari satu tahun dipercaya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo memang dianggap menjadi sosok paling relevan dalam memimpin pertempuran melawan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Sementara itu, pada medan pertempuran lain di berbagai negara sendiri, satuan tugas khusus dalam penanganan Covid-19 juga eksis keberadaannya dan turut pula menjadi pusat komando bagi berbagai langkah negara dalam “perang” melawan pandemi.

Amerika Serikat (AS) misalnya, memiliki satuan tugas yang serupa dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bernama White House Coronavirus Task Force dan saat ini diketuai oleh Wakil Presiden AS, Mike Pence. Sementara Singapura, memiliki Singapore Multi-Minister Coronavirus Task Force yang dipimpin oleh Menteri Pembangunan Nasional nya, Lawrence Wong.

Lalu Taiwan, sebagai negara yang merespon pandemi dengan sangat baik, telah memiliki Central Epidemic Command Center (CECC) yang khusus diaktifkan ketika terjadi wabah. Saat ini CECC dipimpin oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih Chung.

Jika berkaca pada latar belakang pimpinan satuan tugas tersebut di berbagai negara yang kebanyakan berstatus “sipil” serta berasal dari subordinat kementerian, penujukkan Doni Monardo sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai memiliki pendekatan tersendiri.

Selain korelasi BNPB dengan penetapan pandemi Covid-19 sebagai darurat nasional bencana non alam, hipotesa mengenai karakteristik orang-orang kepercayaan Presiden Jokowi yang berlatarbelakang militer dapat langsung menjawab pendekatan yang digunakan dalam penunjukkan Doni Monardo sebagai pimpinan satuan tugas tersebut.

Lantas, sejauh mana Doni Monardo dapat mengemban amanah salah satu tugas yang saat ini dinilai terhormat dan mulia tersebut? Serta bagaimana prospek kariernya setelah itu?

Figur Langka

Di antara berbagai keputusan Presiden Jokowi dalam aspek manajemen sumber daya manusia sosok pengampu posisi strategis di sekitarnya, penunjukkan Doni Monardo sebagai Kepala BNPB, hingga saat ini memimpin Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dinilai adalah yang terbaik.

Penanganan pandemi Covid-19 di seluruh dunia bukanlah perkara yang mudah. Bahkan di negara dengan teknologi dan pemikiran masyarakat yang telah maju sekalipun, otoritas terkait mulai kepayahan.

Tentu, dalam penilaian terhadap keputusan penunjukkan Doni Monardo tidak hanya mengacu pada hasil sejauh ini yang telah dicapai, melainkan juga pada proses bagaimana sepak terjang dan kualitas kepemimpinan Doni Monardo, paling tidak sejak menjabat Kepala BNPB.

David McClelland dalamThe Achieving Society” menegemukakan teori motivasi kebutuhan akan pencapaian  atau need for achievement. Dalam teori tersebut menyatakan aspek psikologis sosok berprestasi tinggi atau high achiever akan terbiasa dengan tantangan berbagai hal yang lebih sulit. Dan ketika berusaha untuk memenuhi tantangan-tantangan ini, sosok high achiever cenderung fokus pada setiap tugas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil terbaik.

High achiever yang disebutkan oleh McClelland tampaknya tepat untuk disematkan kepada sosok Doni Monardo. Selain prestasinya saat masih berdinas di Tentara Nasional Indonesia (TNI), ketika di BNPB pun “tuah magis” prajurit baret merah ini terus hadir.

Anupam Anand dalamDisaster Mitigation and Management and Importance of Earth Observation” menegaskan bahwa prioritas mitigasi atau upaya preventif adalah hal utama dan paling esensial dalam  upaya keseluruhan penanganan sebuah bencana.

Kombinasi dari konsep high achiever, fokus tulisan Anand di atas serta concern mendasar dalam penanganan bencana diimplementasikan dengan baik oleh Doni Monardo. Sejak awal menjabat sebagai Kepala BNPB, ia dinilai sangat aktif “bersafari” ke wilayah-wilayah dengan kerentanan bencana hidrometeorologi maupun geologi yang tinggi untuk mengkoordinir mitigasi kebencanaan.

Doni Monardo juga menghadirkan penyegaran di BNPB dengan menginisiasi pendekatan penta helix dalam rekonstruksi dan rehabilitasi bencana di Indonesia. Pendekatan tersebut mempromosikan semangat gotong royong seluruh sumber daya dan kearifan lokal di mana bencana itu terjadi.

Belum cukup sampai disitu, BNPB di bawah komando Doni Monardo juga berhasil merengkuh prestasi membanggakan pada ajang United Nations Public Awards (UNPSA) 2019. Juara pertama berhasil diraih BNPB atas inovasi PetaBencana.id yang masuk dalam kategori pendekatan terintegrasi dalam lembaga sektor publik.

Bergeser pada konteks penanganan Covid-19, Matthew Flax dalam tulisan berjudul “The Qualities of High Achievers” menyebutkan komponen terpenting dibalik sosok high achiever yaitu keberanian. Flax menyatakan, dengan keberanian menerima tantangan apapun seseorang dapat terus berkembang di berbagai medan dan situasi.

Keberanian seorang high achiever yang dikemukakan Flax tersebut nyatanya diperagakan oleh Doni Monardo belum lama ini saat mengkritik adanya ego sektoral dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Hal ini terkait penelitian laboratorium yang hanya “mentok” di instansi masing-masing, serta operasional lab yang hanya pada hari kerja.

Atas hal itu, Doni Monardo kemudian berupaya memberikan pelatihan virtual serta menambah petugas laboratorium termasuk dengan merekrut anggota TNI dan Polri agar proses pemeriksaan dapat dilakukan simultan selama 24 jam.

Pada kesempatan yang sama, ia juga menyoroti minornya birokrasi pemerintah yang seolah tidak berkesinambungan satu dengan lainnya, terutama terkait PSBB.

Atas sepak terjang, integritas, dan dedikasi Doni Monardo sejauh ini, apresiasi berdatangan dari berbagai kalangan, mulai dari pengamat kebijakan, pengamat militer, hingga publik secara umum. Di sisi lain, apresiasi ini dinilai dapat pula diterjemahkan sebagai embrio simpati dan kepercayaan publik terhadap Doni Monardo untuk mengemban jabatan yang lebih tinggi di masa mendatang. Benarkah demikian?

Pemimpin Prospektif?

Gene Klann dalam publikasinya yang berjudul “Crisis Leadership : Using Military Lessons, Organizational Experiences, and the Power of Influence to Lessen the Impact of Chaos on the People You Lead” menyatakan bahwa ketika pihak atau pemimpin lain tidak tau apa yang harus dilakukan, bertindak irasional, dan kontraproduktif ketika terjadi krisis, sosok pemimpin dengan sense atau paradigma crisis leadership memiliki kesadaran tersendiri atas hal tersebut dapat meredam dampak negatifnya.

Klann menambahkan, sosok dengan crisis leadership mumpuni dapat meminimalisir keparahan krisis serta menciptakan koneksi konstruktif di semua level kewenangannya.

Jika menyoroti Taiwan sebagai negara yang dinilai sukses menangani pandemi Covid-19 hingga saat ini, terdapat sosok vital dengan crisis leadership yang juga mumpuni. Selain Presiden Tsai Ing Wen, sosok lain dengan crisis leadership yang cukup menonjol berasal dari wakilnya, Chen Chien-jen. Sebagai seorang epidemiolog, ia memainkan peran sangat vital dalam membuat Taiwan sangat tangguh menghadapi pandemi ini.

Hal yang menarik adalah, saat wabah SARS tahun 2003, Chen Chien-jen sebagai Menteri Kesehatan saat itu memerankan posisi yang hampir serupa dengan Doni Monardo saat ini sebagai sosok terdepan penanganan virus yang mewabah.

Mengacu pula pada intisari tulisan Klann tersebut, Doni Monardo sendiri adalah satu dari sedikit sosok dengan kewenangan strategis dalam penanganan pandemi Covid-19 ini yang memiliki latar belakang pengalaman dengan berbagai kondisi sulit dan genting, termasuk krisis.

Ditambah dengan pengalaman berharganya pada jabatan saat ini sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang disinyalir kuat akan menasbihkan sosok Doni Monardo dengan crisis leadership terbaik ke depannya jika mampu memimpin penanggulangan pandemi dengan baik.

Dengan kombinasi konstruktif demikian, pandemi Covid-19 dinilai dapat menjadi “karpet merah” bagi kegemilangan karier Doni Monardo di masa mendatang. Apalagi, Doni Monardo saat ini juga dianggap sebagai anomali di tengah langkanya sosok protagonis di level elite pemerintah.

Jika memang belakangan ada pernyataannya yang kontraproduktif seperti kalangan usia di bawah 45 tahun kembali beraktivitas normal, hal itu dinilai sama sekali bukan merupakan gagasan murninya sendiri.

Pada konferensi pers terbaru, Doni Monardo dengan tegas menyebutkan bahwa usia muda tersebut berpotensi menjadi carrier. Dengan kata lain, pembolehan tersebut boleh jadi merupakan bentuk dari kompromi Gugus Tugas dalam menyikapi kekhawatiran pemerintah akan terjadi resesi ekonomi ataupun terus meningkatnya angka pengangguran.

Bagaimanapun, hasil akhir pertempuran melawan Covid-19 agaknya memang akan menentukan masa depan karier serta reputasi Doni Monardo. Jika berhasil melewatinya dengan baik, maka ekspektasi lebih dari publik terhadap sosoknya dalam kepemimpinan bangsa dinilai tidak bisa dinafikan. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (J61)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Hasto dan Politik Uang UU MD3
spot_imgspot_img

#Trending Article

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

More Stories

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?