HomeNalar PolitikGolkar: Lepas Banteng, Daun Lebat?

Golkar: Lepas Banteng, Daun Lebat?

Golkar menolak jargon ‘kandang Banteng’ di Jateng. Golkar nggak mau kalah dengan PDIP?


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]DIP dan Golkar merupakan dua partai politik yang cukup besar dalam sejarah politik nasional. Di zaman orde baru, Partai Beringin menjadi mesin politik andalan Soeharto. Soeharto adalah Golkar, Golkar adalah Soeharto. Pokoknya semuanya harus tunduk dan satu suara di bawah Pak Harto. Gimana, enak toh di zaman Pak Harto?

Memasuki zaman reformasi dan pasca reformasi, nama Partai Beringin sedikit meredup. Semenjak Soeharto lenser lalu wafat, Partai Beringin laksana ‘anak ayam yang kehilangan induknya’. Konflik dan perpecahan dalam tubuh Partai Beringin sulit untuk dielakkan. Hal tersebut kian diperparah dengan munculnya kasus-kasus korupsi sekelas Buloggate hingga e-Ka-te-pe yang menyebabkan elektabilitas Partai Beringin hampir kolaps. Daun beringin mulai meranggas satu per satu.

Sementara itu, Partai Banteng malah seperti mendapat ‘durian runtuh’ di zaman Reformasi. Zaman tersebut justru menjadi momen kelahiran bagi Partai Banteng. Secara bertahap posisi dan pengaruh Partai Banteng dalam kancah politik nasional kian melejit.

Pasca reformasi, Partai Banteng berhasil menahbiskan dirinya sebagai ‘penguasa’ politik nasional karena memiliki elektabilitas tertinggi dan menjadi pemegang kursi terbanyak dalam parlemen. Bahkan Partai Banteng saat ini masih tercatat sebagai partai pengusung dan pendukung pemerintahan Jokowi.

Walaupun demikian, bukan berarti ini membuat Partai Beringin menjadi down terus tumbang. Bermodalkan status sebagai salah satu partai besar di Indonesia, Partai Beringin perlahan-lahan mulai berbenah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melengserkan Setya Novanto yang terjerat korupsi e-Ka-te-pe dari tahta Partai Beringin. Setnov akhirnya digantikan oleh Pak Airlangga Hartarto. Konon, pergantian pemimpin tersebut membuat citra Partai Beringin di mata netizen langsung melonjak naik. Elektabilitasnya yang sempat turun dan ditikung Gerindra, akhirnya berhasil naik lagi walaupun masih mengekor di belakang Partai Banteng.

Baca juga :  Makin Dekat Rekonsiliasi Prabowo-Mega?

Nah, sebenarnya Partai Banteng dan Partai Beringin adalah soulmate karena sama-sama mengusung dan memihak pemerintahan Jokowi. Mungkinkah ‘kemesraan’ ini akan menular saat Pilgub Jateng nanti? Entahlah.

Katanya Partai Beringin juga nggak setuju kalau Jateng dianggap sebagai ’kandang Banteng’. Bukankah Partai Banteng dan Partai Beringin udah bersepakat untuk mengusung Ganjar Pranowo – Taj Yasin di sana? Atau jangan-jangan ini ada kaitannya dengan nama Ganjar yang bakal dimunculkan lagi dalam kasus e-Ka-te-pe? Mungkinkah Partai Beringin bakal ikut jejak Gerindra yang menganggap Jateng sebagai ‘kandang semut’? Au ah, pucing palaku mikirinnya. (K-32)  

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

More Stories

PDIP dan Gerindra Ngos-ngosan

PDI Perjuangan dan Gerindra diprediksi bakal ngos-ngosan dalam Pilgub Jabar nanti. Ada apa ya? PinterPolitik.com Pilgub Jabar kian dekat. Beberapa Partai Politik (Parpol) pun mulai berlomba-lomba...

Arumi, ‘Srikandi Baru’ Puan

Arumi resmi menjadi “srikandi baru” PUAN. Maksudnya gimana? PinterPolitik.com Fenomena artis berpolitik udah bukan hal baru dalam dunia politik tanah air. Partai Amanat Nasional (PAN) termasuk...

Megawati ‘Biro Jodoh’ Jokowi

Megawati tengah mencari calon pendamping Jokowi. Alih profesi jadi ‘biro jodoh’ ya, Bu? PinterPolitik.com Kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu laksana lilin yang bernyala. Lilin...