HomeDuniaKebijakan Pajak Trump Pengaruhi Asia

Kebijakan Pajak Trump Pengaruhi Asia

Kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memiliki pengaruh yang berbeda bagi negara maju dan negara berkembang. Bagi negara berkembang, kebijakan AS ini memberikan tekanan tambahan. Berbeda dengan negara-negara maju yang posisinya semakin menguat.


pinterpolitik.com

JAKARTA  Rencana kebijakan pajak perbatasan yang diajukan Trump, menurut para ekonom, akan memberi dampak radikal terhadap pola perdagangan global. Ekonom Deutsche Bank AS Robin Winkler dan George Saravelos telah mengkalkulasi jumlah negara yang akan terdampak perdagangannya jika pajak perbatasan sebesar 20 persen jadi diterapkan.

Menurut mereka, selain Meksiko, negara-negara yang akan secara tidak langsung terimbas adalah Kanada dan beberapa negara Asia berbasis manufaktur, seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand.

“Menurut kami, magnito kerusakannya akan luar biasa, pertimbangannya, penyesuaian pajak perbatasan merupakan salah satu risiko terhadap penguatan dollar AS di tahun mendatang,” tulis Winkler dan Saravelos, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (7/2).

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Juda Agung menjelaskan, AS merupakan pangsa ekspor terbesar bagi Tiongkok. Bila AS menutup pintu perdagangannya, maka Tiongkok akan menjadi sangat tertekan. Negara-negara lain yang selama ini ekspor ke AS melalui Tiongkok,  seperti Singapura dan Malaysia pun akan ikut merasakan dampaknya.

Sementara bagi Indonesia sendiri, dampak langsung dari kebijakan AS ini tidak terlalu besar. Ekonom Aviliani mengatakan, dampak langsung dari kebijakan Trump terhadap Indonesia sebenarnya hampir tidak ada, namun yang dikhawatirkan adalah dampak tidak langsungnya.

Selama ini banyak bahan baku produk industri makanan dan minuman Indonesia di ekspor ke Tiongkok, dan Tiongkok menyalurkannya sebagai produk olahan atau olahan jadi ke AS. Bila ekspor Tiongkok ke AS menurun, maka produksi menurun dan menyebabkan permintaan bahan baku ke Indonesia pun ikut menurun.

“Perdagangan Tiongkok dan Indonesia ekspor impornya cukup besar, termasuk ekspor bahan baku Indonesia ke Tiongkok khususnya barang mentah. Ketika Tiongkok kena proteksi dan tidak bisa ekspor ke AS, tentu akan mengurangi permintaan bahan baku dari Indonesia juga,” ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (7/6).

Guna mengantisipasi dampak kebijakan Donald Trump pada Indonesia, Aviliani menyarankan solusi, yaitu Indonesia harus meningkatkan kerjasama perdagangan dengan lebih banyak negara, baik negara mitra tradisional maupun negara nontradisional.

Harapannya, negara nontradisional ini dapat menjadi pasar baru bagi Indonesia. “Pasar-pasar tradisional yang masih menjadi pasar bagus bagi Indonesia perlu terus dijajaki. Sementara negara pasar nontradisional itu adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi yang masih bagus dan penduduknya di atas 25 juta jiwa, misalnya Timur Tengah, Brasil, dan Bangladesh. Itu yang perlu dijajaki oleh Indonesia,” tukasnya. (Berbagai sumber/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...