HomeNalar PolitikPLN Jamin Dua Masalah PLTGU Jawa 1 Sudah Disepakati

PLN Jamin Dua Masalah PLTGU Jawa 1 Sudah Disepakati

Mengenai masalah bankability, PLN telah menyertakan dokumen yang dapat meyakinkan pemberi pinjaman atau lender, sementara untuk persoalan pasokan gas, keduanya sepakat di persentase 60 persen serapan listrik.


pinterpolitik.comKamis, 26 Januari 2017.

JAKARTA – Akhirnya polemik megaproyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1 mulai menemukan titik terang. PT PLN (Persero) memastikan bahwa manajemen telah merampungkan seluruh persiapan terkait rencana penandatangan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) proyek PLTGU Jawa 1 dengan konsorsium PT Pertamina (Persero) pekan ini.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengungkapkan bahwa perusahaan negara pimpinannya ini tak lagi memiliki masalah, sehingga seluruh ketentuan tender telah sesuai dengan proposal pengajuan (Request For Proposal/RFP) dari PLN.

“Sudah selesai. Tidak boleh ada issue lagi, harus betul-betul memenuhi dan sesuai dengan RFP,” ujar Sofyan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (25/1).

Sebelumnya ada beberapa isu yang sempat dikaji kembali oleh kedua perusahaan pelat merah tersebut, antara lain persoalan pembiayaan kepada bank atau bankability dan persentase pasokan gas yang juga telah mendapatkan titik temu di antara kedua perusahaan.

Mengenai masalah bankability, PLN telah menyertakan dokumen yang dapat meyakinkan pemberi pinjaman atau lender, sementara untuk persoalan pasokan gas, keduanya sepakat di persentase 60 persen serapan listrik.

Dengan demikian, target penandatanganan PPA yang sebelumnya dijadwalkan pada Senin (23/1) lalu, yang kemudian diundur sampai akhir pekan ini dapat dilangsungkan kedua perusahaan. Sofyan memastikan hingga Jumat nanti kesepakatan tersebut sudah ditandatangani.

Sofyan melanjutkan, walaupun sudah ada kesepakatan antara Pertamina dan PLN, hasil pertimbangan dan persetujuan pembiayaan dari bank atau bankability tidak dapat dipastikan oleh PLN.  PLN hanya memiliki tugas untuk merampungkan persyaratan yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman, sementara pertimbangan dan persetujuan merupakan keputusan dari pihak pemberi pinjaman atau lender.

Baca juga :  Kenapa Xi Jinping Undang Prabowo?

Sofyan menegaskan bahwa pihaknya tak ada niat sedikit pun untuk membatalkan kerja sama dengan sesama perusahaan BUMN tersebut. Akan tetapi, bila Pertamina tak kunjung siap dan tak juga membubuhkan tanda tangan dalam PPA, PLN tak memiliki jalan lain.

“Tidak ada niat untuk membatalkan, kecuali Pertamina memang tidak sanggup. Kalau pesertanya tidak sanggup mau ngomong apa? Ya, mau tidak mau kan batal,” jelas Sofyan.

Pertamina siap tanda-tangani kesepakatan

Di tempat lain, PT Pertamina (Persero) menyatakan, peninjauan terhadap syarat-syarat pembiayaan (bankability review) untuk PLTGU Jawa 1 sudah selesai dilakukan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Vice President Gas and Power Commercialization Pertamina, Ginanjar.  Ia mengatakan, konsorsium Pertamina tidak mempermasalahkan pelaksanaan PPA meski belum ada kepastian terkait perjanjian jual beli (Sales Purchase Agreement/SPA) terkait gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) bagi PLTGU Jawa 1. Dengan demikian, Pertamina dan konsorsium dinyatakan siap untuk melakukan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero).

“Konsorsium sudah mengusulkan solusinya dan tinggal menunggu kesiapan PLN. Konsorsium sangat solid dan siap menandatangani PPA dengan PLN,” jelas Ginanjar, pada Rabu (25/1).

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa konsorsium Pertamina juga sepakat untuk mematok angka serapan listrik sebesar 60 persen di proyek pembangkit listrik berbasis gas terbesar di Asia Tenggara tersebut, sesuai dengan ekspektasi PLN.

Ginanjar melanjutkan, pembiayaan proyek masih didanai oleh konsorsium Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance (NEXI) dan Asian Development Bank (ADB). Sampai saat ini, lanjut Ginanjar, pihak konsorsium masih melakukan komunikasi yang baik dengan pemberi pinjaman.

“Kami sudah langsungkan rapat dengan lenders pada bulan Desember lalu,” pungkasnya.

Baca juga :  Operasi Bawah Tanah Singkirkan PDIP dari Ketua DPR?

Sebagai informasi, PLTGU Jawa 1 rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 2×800 Megawatt (MW) dengan nilai proyek sebesar US$2 miliar. Proyek yang diperkirakan beroperasi tahun 2020 ini akan dibangun oleh konsorsium Pertamina, Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation. (S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

More Stories

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.