HomeHeadlinePrabowo, Jalan Tengah Istana dan Teuku Umar?

Prabowo, Jalan Tengah Istana dan Teuku Umar?

Belakangan ini Prabowo Subianto terlihat semakin dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mungkin Prabowo adalah capres yang direstui oleh Jokowi dan Megawati Soekarnoputri?


PinterPolitik.com

Bagi yang mengikuti kegiatan Prabowo Subianto di Instagram @prabowo sekiranya memperhatikan bahwa belakangan ini hubungan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin dekat. Dua unggahan yang paling disorot adalah (1) foto bersama RI-1 dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan (2) mendampingi Presiden Jokowi dalam penyerahan pesawat C-130-J-30 Super Hercules untuk TNI AU.

Yang pertama, itu melahirkan tafsiran luas bahwa Presiden Jokowi sedang memberi dukungan politik (political endorsement) kepada Prabowo dan Ganjar. Foto itu memperkuat wacana bahwa duet Prabowo-Ganjar akan diusung di Pilpres 2024. Wacana ini telah dikomentari oleh berbagai pengamat dan adik Prabowo sendiri, Hashim Djojohadikusumo.

Kemudian, yang kedua, itu adalah simbol politik (political symbol) bahwa Presiden Jokowi sedang menerima hasil kerja Prabowo. Mengutip pernyataan Presiden ke-24 Prancis François Hollande, “Symbols mean a lot in politics. They indicate a will and create new realities.”

Bagi politisi yang sadar posisinya begitu penting dan menjadi sorotan utama mata kamera, Presiden Jokowi sangat paham bahwa setiap gesturnya akan diperhatikan. Seperti kata François Hollande, gestur Jokowi menyiram pesawat Super Hercules telah melahirkan tafsiran realitas bahwa RI-1 senang dengan kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Tafsiran itu misalnya datang dari pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi.

“Saya malah ingin mengatakan bahwa Prabowo sepertinya sudah cukup berhasil meyakinkan Jokowi untuk menjadi investor terbesar bagi posisi politiknya di 2024 melalui unjuk gagasan, kinerja dan loyalitasnya,” ungkap Fahmi pada 10 Maret 2023.

Lantas, apakah berbagai gestur kedekatan Prabowo dengan Presiden Jokowi akhir-akhir ini merupakan bentuk politik Jawa?

infografis tidak mungkin prabowo wakil ganjar

Dibesarkan Kultur Militer

Berbagai pihak mengaitkan gestur politik Prabowo akhir-akhir ini dengan unggah-ungguh dalam budaya Jawa. Itu misalnya terlihat dari pernyataan Prabowo yang siap maju di Pilpres 2024 atas seizin Presiden Jokowi. RI-1 kemudian meresponsnya dengan menyebut sudah memberikan izin dan restu.

Baca juga :  Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Sri Handayani dalam penelitiannya Unggah-Ungguh dalam Etika Jawa, menyebutkan bahwa mereka yang bijaksana dalam unggah-ungguh akan mengubah pembawaan dari yang sebelumnya kasar menjadi halus.

Penjelasan Handayani terlihat pada Prabowo setelah bergabung ke kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin. Tidak lagi tampil dengan pembawaannya yang frontal dan vokal, Prabowo terlihat jauh lebih tenang dan tidak kontroversial.

Prabowo sekiranya sadar bahwa ia adalah tamu, dan tuan rumahnya adalah Presiden Jokowi. Prabowo harus memberikan penghormatan terhadap tuan rumah. Mengutip antropolog Hildred Geertz, Handayani menjelaskan bahwa sikap hormat dalam masyarakat Jawa tercapai melalui tiga perasaan, yakni wedi (takut), isin (malu), dan sungkan (enggan).

Namun, tidak seperti tafsiran luas bahwa Prabowo sedang menunjukkan budaya Jawa dalam interaksi dengan Presiden Jokowi, pengamat militer Khairul Fahmi justru melihat hal berbeda.

“Jadi, Prabowo itu sebenarnya bukan dipengaruhi oleh kultur Jawa. Tapi kultur militer yang menempa dia untuk selalu loyal pada atasan,” ungkapnya pada 14 Maret 2023.

Lanjut Fahmi, jika kemudian gestur Prabowo ditafsirkan sebagai budaya Jawa, itu dikarenakan budaya hormat dalam budaya militer kebetulan sama dengan budaya Jawa.

Pembacaan Fahmi sekiranya adalah poin menarik. Jika bacaan itu tepat, maka mereka yang membaca Prabowo dipengaruhi budaya Jawa telah terjebak pada false cause. Itu adalah kesesatan bernalar (fallacy) yang terjadi ketika kita keliru dalam menentukan kausal yang sebenarnya.

infografis harus direstui jokowi

Jalan Tengah Istana-Teuku Umar?

Terlepas dari gestur Prabowo dipengaruhi oleh budaya Jawa atau budaya militer, yang jelas sang Menhan sekiranya telah mendapatkan dukungan politik dari Presiden Jokowi. Atas simpulan ini, ada komentar menarik dari analis politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah.

“Jokowi hendak disebut bagian dari Megawati, tetapi nyatanya juga mulai berseberang. Hendak disebut kelompok Ganjar juga minim peluang terusung, sehingga paling potensial adalah Prabowo,” ungkap Dedi pada 8 Maret 2023.

Baca juga :  Qodari, Jokowi's Man?

Secara tersirat, pernyataan Dedi hendak mengatakan bahwa Prabowo adalah semacam jalan tengah. Ada dua poin penting di sana, yakni Ganjar dan Megawati Soekarnoputri.

Jika bicara kenyamanan dan potensi menang, Presiden Jokowi mungkin ingin mengusung Ganjar. Pada 1 Maret 2023, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin bahkan menyebut terdapat desas-desus bahwa Presiden Jokowi dapat merebut PDIP jika Ganjar menjadi Presiden RI.

Namun, sebagaimana kita lihat, Megawati tampaknya tidak nyaman dengan Ganjar. Terlebih, intrik dengan Puan Maharani dan kasus di Pilkada Purbalingga 2020 sepertinya menjadi catatan khusus terhadap sikap tegak lurus Ganjar.

Jika mencari sosok yang membuat Presiden Jokowi dan Megawati nyaman, sosok itu mungkin adalah Prabowo. Hubungan Prabowo terjalin hangat dengan Megawati, keduanya pernah menjadi pasangan di Pilpres 2009. Setelah gabung kabinet, berbagai gestur penyambutan juga diperlihatkan Megawati kepada Prabowo.

Di titik ini, mungkin ada yang bertanya, kenapa Megawati menjadi variabel penting? Jawabannya sudah jelas, karena Megawati dan PDIP adalah kekuatan politik paling berpengaruh saat ini. Pernyataan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra sangat menggambarkan hal ini.

“Saya kira koalisi pilpres ini akan terbentuk setelah Ibu Mega memutuskan siapa pasangan calon presiden-wakil presiden yang akan didukung PDIP,” ungkap Yusril pada 13 Maret 2023.

Sebagai partai berkuasa, dan satu-satunya partai yang dapat mengusung kandidat tanpa berkoalisi, capres yang diusung PDIP akan mengubah peta pemenangan. Mengutip Ron Shevlin dalam tulisannya Choose Your Enemies Carefully, musuh menentukan strategi dan taktik yang digunakan (it defines your strategy and tactics).

Well, sebagai penutup, mungkin dapat dikatakan bahwa Prabowo adalah jalan tengah antara keinginan Istana (Jokowi) dan Teuku Umar (Megawati). (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Kuda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...