HomeTerkiniPasar Senen Terbakar (Lagi)!

Pasar Senen Terbakar (Lagi)!

Ada 42 unit mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan. Petugas saat ini sudah menemukan titik lokasi api.


pinterpolitik.comKamis, 19 Januari 2017.

JAKARTA – Kebakaran hebat melanda pertokoan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Kejadian tersebut berlangsung sejak pukul 04.15 WIB, Kamis (19/1/2017) dini hari. Kebakaran awalnya terjadi di kios aksesori di lantai dasar, Blok III. Kebakaran tersebut kemudian meluas dan menyebabkan kepanikan.

Ada 42 unit mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan. Petugas saat ini sudah menemukan titik lokasi api.

 

Asap membumbung dari Pasar Senen (Foto: Y10, dari arah Stasiun Pasar Senen)

“Iya meluas (kebakaran). Sekarang ada 42 unit damkar di lokasi. Kami sedang berupaya memadamkan. Titik api sudah ditemukan,” ujar petugas Dinas Kebakaran DKI Jakarta, Ruli, saat dihubungi pada

Sebelumnya, petugas damkar kesulitan menjangkau titik api karena beberapa gerbang Pasar Senen masih terkunci. Akses jalan menuju titik api juga sempit.

Hingga saat ini belum ada informasi mengenai ada atau tidaknya korban jiwa. Juga belum diketahui penyebab kebakaran tersebut.

Kebakaran ini menambah daftar jumlah kasus kebakaran yang terjadi di Pasar Senen.

Info grafis: K12

Pasar Senen adalah salah satu pusat perbelanjaan tertua di Jakarta. Pasar yang didirikan sejak zaman penjajahan Belanda ini pun sempat mengalami pasang surut kejayaan: pernah menjadi salah satu primadona perbelanjaan, namun pernah pula ditinggalkan oleh banyak orang.

Kebakaran-kebakaran ini menjadi catatan tambahan dan pekerjaan rumah bagi pengelola pasar dan pemprov DKI. PD Pasar Jaya adalah BUMD Jakarta yang mengelola pasar-pasar yang ada di Jakarta. Dari 152 Pasar yang dimiliki, Pasar Jaya mengelola 148 pasar dengan omset bisnis yang diperdagangkan lebih dari 150 triliun rupiah per tahun dengan 105.223 tempat usaha. Berdasarkan survei, pasar-pasar yang dikelola Pasar Jaya dikunjungi lebih dari 2 juta pengunjung setiap harinya, atau kurang lebih 20% dari penduduk DKI Jakarta. Oleh karena itu, Pasar Senen juga menjadi tanggung jawab PD Pasar Jaya.

Baca juga :  Tiongkok Kolonisasi Bulan, Indonesia Hancur? 

Pada tahun 2014 ketika kebakaran terjadi di Pasar Senen, banyak yang menilai bahwa pengelolaan yang buruklah yang menjadi penyebab kebakaran tersebut. Banyak pedagang yang menilai PD Pasar Jaya tidak serius mengelola Pasar Senen. Para pedagang mengeluhkan kabel-kabel listrik yang tidak diamankan dengan baik. Padahal ada Peraturan Daerah No. 3 tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Pasar yang menetapkan standar-standar keamanan sebuah pasar.

Persoalan ini harus dipikirkan dengan serius. Pasar adalah salah satu penggerak ekonomi. Jika standar keamanan pasar tidak diperbaiki, maka tentu akan berakibat bagi masyarakat. Selain itu, perlu juga diselidiki, jangan sampai kebakaran ini merupakan tindak yang disengaja. Jika memang demikian, kasusnya perlu dibuka dan dituntaskan. Mari kita tunggu hasil investigasi kepolisian.

Hingga berita ini diturunkan kebakaran belum berhasil dipadamkan seluruhnya. (Dtkcom/S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

More Stories

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.