Pinter EkbisParadoks Kendaraan Listrik, Energi, dan Polusi

Paradoks Kendaraan Listrik, Energi, dan Polusi


PinterPolitik.com

Kendaraan listrik (Electric Vehicles/EVs) selama ini dipandang sebagai salah satu solusi terhadap masalah polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan konvensional berbahan bakar fosil. Namun, apa jadinya jika listrik yang digunakan untuk mengisi baterai EV berasal dari sumber energi yang juga menyebabkan polusi? Kontroversi ini menyoroti paradoks dalam upaya pengurangan emisi karbon.

Pertama-tama, kita perlu memahami bagaimana sebagian besar listrik dihasilkan. Di banyak negara, pembangkit listrik masih sangat bergantung pada batu bara, minyak, dan gas alam sebagai bahan bakar utamanya.

Pembakaran bahan-bahan tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca, yang justru bertentangan dengan tujuan utama penggunaan EV, yaitu pengurangan emisi.

Jika kendaraan listrik dicas dari pembangkit listrik berbasis batu bara, misalnya, maka “jejak karbon” kendaraan tersebut mungkin tidak jauh berbeda, atau bahkan lebih buruk, dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin.

Kedua, pembangkitan energi dari sumber-sumber tersebut juga menyebabkan berbagai dampak lingkungan lainnya, seperti kerusakan ekosistem akibat penambangan batu bara, polusi air, dan pencemaran tanah.

Oleh karena itu, meskipun kendaraan listrik tidak mengeluarkan emisi langsung, sumber energi yang digunakan untuk mengisi baterai mereka dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Namun, ada beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

1. Efisiensi: Meskipun pembangkit listrik mungkin menghasilkan polusi, kendaraan listrik umumnya lebih efisien daripada mesin pembakaran internal. Artinya, untuk jarak yang sama, EV cenderung menggunakan energi yang lebih sedikit.

2. Perubahan ke Energi Terbarukan: Banyak negara sedang berupaya beralih ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga matahari dan angin. Dengan bertambahnya pembangkit listrik dari sumber-sumber ini, “jejak karbon” kendaraan listrik akan berkurang drastis.

3. Peningkatan Teknologi: Teknologi pembangkit listrik terus berkembang. Efisiensi dan metode pembangkitan yang lebih bersih sedang ditemukan dan diterapkan.

Dalam rangka pengurangan emisi karbon secara keseluruhan, apa yang dibutuhkan bukan hanya transisi ke kendaraan listrik, tetapi juga revolusi dalam cara kita membangkitkan energi listrik. Kontroversi ini menyoroti perlunya pendekatan holistik dalam menghadapi perubahan iklim dan pengurangan emisi, serta peran penting energi terbarukan dalam ekosistem energi masa depan. (J61)

Exclusive content

Latest article

Rp10 Ribu Bisa Makan Apa?

More article

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Rp10 Ribu Bisa Makan Apa?