HomeNalar PolitikDemokrat Digoyang?

Demokrat Digoyang?

Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat. Namun yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri. – Joseph Schumpeter


pinterpolitik.com

JAKARTA – Akhir-akhir ini Partai Demokrat, partai politik besutan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seolah tak lepas dari berbagai masalah. Apalagi setelah pasangan Agus – Silvy resmi tersisih dari pencalonan Gubernur DKI  Jakarta periode 2017-2022, sehingga mereka tidak lagi melaju keputaran kedua Pilgub Jakarta tersebut.

Salah satu masalah yang kini sedang mendera parpol biru ini adalah berpalingnya  beberapa kader dari Jawa Tengah dan Bali ke partai lain, diantaranya ke partai Hanura. Apalagi setelah Oesman Sapta Odang (OSO) baru saja terpilih sebagai Ketua Umum menggantikan Wiranto yang ingin fokus dijabatan yang disandangnya saat ini.

Nama yang sudah disebutkan adalah Gede Pasek Suardika, kabarnya ia telah resmi pindah ke Partai Hanura yang kemungkinan bisa disusul oleh kader-kader lainnya. Sumber SP di Jakarta, Senin (13/3), mengatakan “Mereka (kader Demokrat di Jawa Tengah) berbondong-bondong pindah gerbong ke Hanura. Ini seolah menular, seperti yang terjadi di Bali.”

Sumber tersebut juga mengatakan, beberapa kader lain ikut beramai-ramai pamit  dan pindah ke Partai Hanura. Diantaranya adalah kader-kader dari Kabupaten Rembang, Blora, Pemalang, Semarang, dan kota Semarang. Bahkan, lanjutnya, deklarasi gelombang pertama telah usai digelar di Banyumanik, Semarang, Sabtu kemarin, dan nantinya gelombang-gelombang berikutnya juga akan menyusul.

Apa sebenarnya motif dari Partai Hanura sehingga mampu  membius partai  lainnya, seperti Demokrat, untuk pindah ke mereka. Sumber tersebut mengatakan, mereka pindah ke Hanura karena partai yang diketuai oleh Oesman Sapta Odang tersebut telah menjanjikan partainya sebagai tempat untuk pembelajaran politik.

Baca juga :  Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

“Di Hanura tidak ada dinasti politik dan memungkinkan seluruh kader untuk berkreasi. Tidak ada ketakutan, karena tidak ada tekanan-tekanan dan paksaan. Jadi, teman-teman ingin belajar menjadi politikus yang mandiri dan berdemokrasi yang sehat,” terangnya.

Dalam politik selalu tidak ada teman yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Apakah beralihnya mereka ke partai lain karena iming-iming akan jabatan atau kekuasaan? Mari kita tunggu bersama. (Suara Pembaruan)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...