HomeDuniaHamburkan Uang Negara, Popularitas Trump Anjlok

Hamburkan Uang Negara, Popularitas Trump Anjlok

Tepat sebulan memimpin sebagai Presiden Amerika Serikat, dukungan warga terhadap Donald Trump makin anjlok hingga 40 persen. Sementara itu, media juga mengkritik gaya hidup Trump yang dianggap menghamburkan uang negara.


pinterpolitik.com

WASHINGTON – Hari ini tepat sebulan Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS, namun kebijakan dan pernyataannya lebih banyak menuai kritik dan kecaman dibanding pujian. Kecaman itu tak hanya datang dari warga AS, tapi juga masyarakat dunia, termasuk para pemimpin negara.

Perjalanan karir politik Trump sebagai Presiden AS ke -45 yang tidak mulus dan cenderung dianggap buruk ini, tercermin dari hasil poling yang dirilis Gallup, Jumat (17/2), yaitu hanya 40 persen saja dukungan yang diberikan warga AS atas kinerjanya dalam sebulan ini.

Gallup menilai, inilah dukungan kinerja President of United States (POTUS) paling rendah dalam sejarah. Di hari pertamanya di lantik saja, dukungan terhadap Trump masih sekitar 45 persen.

Poling yang dilakukan pada 13–15 Februari ini, mensurvei 1.527 penduduk AS usia dewasa. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan poling serupa terhadap sembilan presiden AS sebelumnya di waktu yang sama, yaitu 20 Januari. Semua Presiden AS dilantik pada tanggal tersebut, mulai Dwight David Eisenhower hingga Barack Obama.

Bulan pertama Obama menjabat presiden, dukungan yang diberikan warga AS mencapai 64 persen, dua persen lebih tinggi dari George W. Bush yang meraih 62 persen. Begitu pula dengan sembilan mantan presiden AS sebelumnya, mendapat dukungan yang rata-rata sama.

Dukungan tertinggi bagi Trump, lanjut Gallup, datang dari Partainya sendiri yaitu Partai Republik sebesar 87 persen. Sedangkan kelompok independen hanya memberi dukungan 35 persen, dan dari partai oposisi – Partai Demokrat, cuma meraih 8 persen saja.

Salah satu kesalahan yang dianggap merugikan Trump sendiri, adalah permusuhannya dengan media. Jumat (17/2) lalu, Trump kembali menghina beberapa media yang ia sebut palsu melalui twitter. Sebagai balasan, media-media pun mengulas pengeluaran besar-besaran Trump dan keluarganya yang menggunakan uang negara.

Media-media itu menulis kalau biaya perjalanan Trump selama sebulan menjadi presiden, lebih besar dibanding biaya perjalanan Obama selama setahun, yaitu sekitar US$ 11,3 juta (Rp 150,7 miliar). Anggaran sebesar itu hanya untuk tiga kali kunjungan ke klub pribadinya, Mar-a-Lago di Florida dan perjalanan bisnis putra-putranya saja. Sedangkan Obama hanya mengeluarkan biaya perjalanan US$ 12,1 juta (Rp 161,4 miliar) selama setahun.

Melihat sikapnya yang sangat tidak mencerminkan seorang politisi sejati, mampukah Trump mempertahankan jabatannya ini? Mungkinkan prediksi pengamat kalau Trump akan dipaksa mundur sebagai presiden akan benar-benar terjadi? (Berbagai sumber/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...