HomeBelajar PolitikMempersiapkan Pendidikan Berkompetisi

Mempersiapkan Pendidikan Berkompetisi

 “Kita harus berani melakukan lompatan-lompatan di dunia pendidikan, sehingga lahir sumber daya manusia yang memiliki etos kerja, kreativitas, inovasi yang tinggi, serta berani berkompetisi.”

PinterPolitik.com

JAKARTA – Pemerintah tahun ini akan mengeluarkan satu kebijakan baru, yakni pemerataan ekonomi.  Untuk mewujudkan kebijakan itu, Presiden Joko Widodo berharap perguruan tinggi ikut menggembleng sumber daya manusia (SDM) agar berintegritas, punya kemauan baja, dan berani berkompetisi dengan semangat gotong-royong.

Dalam sambutannya saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta,  Presiden mengatakan, dalam kompetisi global yang semakin keras dan sengit, kunci untuk bertahan dan memenangkan kompetisi terletak pada kekuatan sumber daya manusia.

Oleh karena itu, Kepala Negara mengharapkan Konferensi Forum Rektor dapat melahirkan konsep pendidikan yang mengubah mentalitas bangsa kita menjadi  lebih kompetitif dan lebih inovatif untuk memenangkan persaingan dari  bangsa-bangsa lain.

Terkait dengan itu, Jokowi berkata: “Kita harus berani melakukan lompatan-lompatan di dunia pendidikan, sehingga lahir sumber daya manusia yang memiliki etos kerja, kreativitas, inovasi yang tinggi, serta berani berkompetisi.”

Presiden menyoroti kondisi di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK). Pertama, peralatan untuk melatih sudah ketinggalan  20-30 tahun. Kedua, kondisi guru yang kebanyakan guru normatif.

Menurut Presiden, di SMK mestinya bukan seperti di SMA, yang 70 – 80 persen guru normatif, seperti guru matematika,  kimia, biologi, agama, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Mestinya, 70 – 80 persen guru yang bisa melatih, misalnya berkaitan dengan garmen, assembling otomotif, atau mengoperasikan mesin computer numerical control (CNC)).

“Inilah fakta di lapangan yang saya jumpai. Dan ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita bersama,” katanya.

Mengenai jurusan-jurusan di SMK, menurut Presiden, dari dulu sampai sekarang adanya jurusan mesin, bangunan, dan listrik. Mestinya ada jurusan seperti  jaringan teknologi informasi (IT), aplikasi, dan  animasi yang sedang “‘in”.

Selain itu, universitas sudah harus mulai berani mengubah hal-hal yang berkaitan dengan jurusan. Ia mempertanyakan tidak adanya jurusan logistik, yang sangat dibutuhkan sekarang ini. Juga jurusan retail dan  jurusan toko online.

Presiden mengingatkan, tugas perguruan tinggi adalah melihat ke depan, mengenai apa yang akan terjadi dan kemudian membisikkannya kepada pemerintah, “hati-hati mengenai logistic platform, retail platform, dan toko online, yang  bisa menggerus pasar tradisional, menggerus toko-toko, dan menggerus warung-warung.”

Presiden mengatakan, kadang-kadang dia berpikir, kalau kita bersaing di IT, teknologi, atau industri, sulit kita mengejar negara  lain. Oleh sebab itu, kita harus melihat kekuatan kita itu apa, DNA kita apa, sehingga apa yang kita kembangkan  sesuai dengan  DNA kita.

Kadang-kadang, kata Presiden, dia berpikir, apakah kita tidak sebaiknya mengembangkan seni budaya sebagai core business yang  dikaitkan dengan ekonomi pariwisata. Ia menyebutkan, di negara-negara lain ketika berlangsung acara tidak ada yang mempersembahkan tarian atau paling-paling satu. Di  Indonesia, kita mau cari tarian apa pun, dari Sabang sampai Merauke, ada. Kalau dikumpulkan mungkin lebih dari 10.000 atau 15.000 macam.

Dikatakan, ini kekuatan, DNA kita mungkin di situ. Dan kalau ini kita hubungkan dengan ekonomi pariwisata,  keindahan alam, mungkin dapat menjadi kekuatan negara kita. “Ini menjadi pemikiran guru besar-guru besar di perguruan tinggi kita,” kata Presiden. (Setkab/E19)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...