HomeData PolitikBanjir, Bencana Laten Ibukota

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa air mengalir ke sungai.


PinterPolitik.com

JAKARTA – Kota metropolitan Jakarta secara geografis terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, luas wilayah Provinsi Jakarta 7.659.02 km2, yang terdiri dari daratan, 661.52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan 6.997.50 km2.

Sementara itu, salah satu kota penyangga Jakarta yang terletak  di wilayah selatan, yaitu  Bogor (Puncak), selain permukaan tanahnya lebih tinggi juga curah hujan melebihi di Jakarta. Mata air Sungai Ciliwung berada di wilayah pegunungan di Puncak dan mengalir melalui wilayah kota Jakarta dan selanjutnya bermuara di laut.

Hutan yang diharapkan bisa mengendalikan resapan air hujan di wilayah hulu ini sudah banyak berkurang lantaran di daerah Ciawi, Puncak, bertaburan rumah dan vila secara “liar”. Dalam kondisi hujan lebat dan lama turun di hulu, Jakarta harus menampung kiriman air yang mengalir deras melalui Sungai Ciliwung.

Tercatat beberapa kali banjir besar, kiriman dari hulu, menerjang Jakarta, antara lain, tahun 1918, 1979, 1996, 2002, 2007, 2013, 2014, 2016. Dan Kamis, 17 Februari 2017, Jakarta pun kedatangan kiriman air dari wilayah Bogor, meski hanya menimpa beberapa wilayah di bantaran Sungai Ciliwung dan sekitarnya.

Banjir di Jakarta pada 2 Februari 2007 disebut-sebut banjir terbesar dan terluas, kira-kira seminggu sampai 10 hari, yang menewaskan sekitar 80 orang (terseret arus, tersengat aliran listrik, dan sakit), dengan kerugian material sekitar Rp 4,3 triliun.

Menurut pengamat tata ruang, Yayat  Supriatna, banjir di Jakarta  disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa air mengalir ke sungai.

Yayat memberikan masukan agar di wilayah DKI Jakarta dibuka lokasi-lokasi resapan air hujan. Tujuannya agar ketika hujan deras turun air tidak  sepenuhnya mengalir ke sungai-sungai dan genangan bisa berkurang.

Setiap gubernur DKI Jakarta tentu sudah melakukan program dan tindakan   untuk mengatasi masalah banjir, namun tidak kunjung bisa diselesaikan secara tuntas. Dari proyek pembangunan Kanal Banjir Barat dan Timur, pengerukan sungai-sungai, perbaikan drainase, dan pembukaan ruang hijau yang tidak maksimal, sudah dilakukan, namun belum membuahkan hasil maksimal.

Memang, ibarat mengurai benang kusut yang basah, tidaklah mudah mengatasi banjir di Jakarta. Tetapi,  tentu tidak ada kata menyerah untuk Pemprov DKI dan masyarakat. Misalnya, tidak membuang sampah ke sungai saja akan bisa mengurangi banjir.

Tidak jauh dari Jakarta, tepatnya di Kampus UI Depok terdapat hutan dan situ, sebagai contoh wilayah resapan air. Hutan kota atau kawasan hijau seperti itu harus lebih banyak dibangun di Jakarta dan di kawasan hulu.  Maka proyek besar, seperti pembangunan Waduk Ciawi di daerah Puncak, Kabupaten Bogor, menjadi harapan besar untuk mencegah banjir kiriman di Jakarta. Proyek ini hendaknya segera dikerjakan oleh Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, serta Pemerintah Pusat.

Untuk pembangunan Waduk Ciawi, yang membutuhkan lahan sekitar 49 hektare, kabarnya Pemprov DKI Jakarta sudah menyisihkan dana Rp 200 miliar dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengalokasikan dana Rp 150 miliar. Nantinya, waduk ini menampung sebagian debit air Sungai Ciliwung, sebelum mengalir  ke Jakarta.

Semoga proyek waduk ini cepat terwujud untuk mengatasi banjir di wilayah Jakarta. (Berbagai sumber/G18).

spot_imgspot_img

#Trending Article

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...

Trik Ridwan Kamil Tangani Hoax

Ia juga mengimbau humas di lembaga pemerintahan untuk ikut dalam gerakan menghantam hoax, karena mereka juga berkepentingan, jangan-jangan ada berita hoax yang merugikan institusinya. PinterPolitik.com BANDUNG...