HomeBelajar PolitikPuteri PM Pakistan Terlibat Skandal Panama Papers

Puteri PM Pakistan Terlibat Skandal Panama Papers

Nama Safdar terdaftar sebagai penerima benefit di Nescoll Limited, sebuah perusahaan luar negeri yang terdaftar di British Virgin Islands. Kakaknya Hussain Nawaz Sharif terdaftar sebagai penandatangan.


pinterpolitik.comKamis, 26 Januari 2017.

JAKARTA – Sebuah bocoran dokumen diposting oleh Süddeutsche Zeitung, sebuah harian di Jerman, di akun Twitter-nya menyebutkan bahwa Maryam Safdar, putri Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif, terlibat dalam skandal Panama Papers. Dugaan keterlibatan wanita bernama asli Maryam Nawaz Sharif ini sudah berhembus sejak pertengahan tahun 2016. Namun, bocoran dokumen terbaru membuktikan secara jelas keterlibatannya dalam skandal ini.

Bocoran dokumen yang diposting Süddeutsche Zeitung tentang keterlibatan Maryam Safdar (Foto: twitter)

Harian Jerman tersebut menerima bocoran dokumen dari firma hukum Mossack Fonseca, menyebutkan nama Maryam Safdar ada di Minerva Financial Services, perusahaan cangkang yang ada di luar negeri.

Kantor berita Al Jazeera menelusuri basis data dari konsorsium Internasional of Investigative Journalists (ICIJ) – sebuah lembaga non-profit dari Amerika Serikat, mencakup 11,5 juta dokumen. Hasilnya, rincian dokumen mengenai Safdar ditemukan.

Nama Safdar terdaftar sebagai penerima benefit di Nescoll Limited, sebuah perusahaan cangkang yang terdaftar di British Virgin Islands. Kakaknya Hussain Nawaz Sharif terdaftar sebagai penandatangan.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa anak-anak PM Pakistan tersebut, baik Maryam, Hasan dan Husain memiliki setidaknya tiga perusahaan holding yang terdaftar di British Virgin Islands.

Menurut ICIJ, perusahaan-perusahaan ini terlibat dalam pembelian properti dan hipotek dengan nilai sekurang-kurangnya U$ 13,8 juta di Inggris. Salah satu perusahaan holding tersebut  juga membeli saham di perusahaan lain yang berbasis di Liberia dengan nilai sebesar U$ 11,2 juta pada bulan Agustus 2007.

Memiliki perusahaan di luar negeri memang tidak dilarang di Pakistan. Namun demikian, sumber dana perusahaan-perusahaan tersebutlah yang dipertanyakan. Politisi oposisi menuduh dana yang dipakai untuk perusahaan-perusahaan tersebut adalah yang diperoleh melalui praktik korupsi selama dua periode kekuasaan PM Sharif pada tahun 1990-an.

Tuduhan korupsi terhadap keluarga Sharif sedang menjadi masalah serius di Pakistan dan telah dibawa ke pengadilan.

Perdana Menteri Sharif mengatakan kepada pengadilan dalam keterangan tertulis tahun lalu bahwa kebocoran itu tidak menunjukan bukti apa-apa terhadap dirinya karena anak-anaknya tidak lagi menjadi tanggungannya.

Sharif mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki perusahaan di luar negeri. Ia juga mengklaim bahwa dirinya telah membayar pajak dan menyatakan semua asetnya pada 2013.

Dokumen Panama Papers sebelumnya mengungkapkan bagaimana Mossack Fonseca, sebuah firma hukum,  diduga membantu para pemimpin dan mantan pemimpin dunia, pengusaha, pelanggar hukum, selebriti dan bintang olahraga untuk menghindari pajak melalui perusahaan anonim yang dimiliki dengan rekening di luar negeri. (Al-J/S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Kuda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

More Stories

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.