HomeDuniaProtes Warnai Kunjungan Netanyahu ke Australia

Protes Warnai Kunjungan Netanyahu ke Australia

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemarin mengawali kunjungannya ke Australia. Setelah menempuh perjalanan memutar menghindari wilayah udara Indonesia, Netanyahu tiba disambut protes masyarakat Australia yang mengecam kunjungan kenegaraan tersebut.


pinterpolitik.com

AUSTRALIA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemarin, Selasa (22/2) mengawali kunjungan kenegaraan selama empat harinya di Australia. Kunjungan Netanyahu ini menjadi yang pertama bagi pejabat Perdana Menteri Israel yang mengunjungi Benua Kangguru tersebut.

Netanyahu mengatakan, kunjungannya ini bertujuan untuk memperkuat hubungan negara Israel dengan Australia. Bersama Netanyahu juga ikut serta sejumlah delegasi bisnis yang diharapkan dapat menandatangani sejumlah perjanjian bilateral di bidang penelitian teknologi dan pelayanan udara.

Walau Pemerintah Australia menerima kedatangan Netanyahu dengan tangan terbuka, namun kunjungan ini ternyata disertai kecaman dari beberapa pihak. Sekelompok orang bahkan berdemonstrasi menentang kunjungan ini dengan mengatakan kebijakan Netanyahu bersifat provokatif, intimidatif, dan menindas.

Pekan lalu, mantan PM Australia Kevin Rudd dan Bob Hawke, serta mantan menteri luar negeri Gareth Evans dan Bob Carr, bersatu menyerukan agar ada pengakuan terhadap negara Palestina.

“Kita telah ditipu, tidak ada niat dari pemerintah Israel untuk menangani ini. Mereka menyebarkan permukiman untuk kemudian mengubah kenyataan di lapangan dan membuat negara Palestina sulit diakui,” kata Rudd.

Kecaman juga datang dari anggota eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Ashrawi  yang menganggap Australia sebagai ‘ekstrim’ dan ‘memihak’ dalam proses perdamaian di Timur Tengah. Menurutnya, Pemerintahan Turnbull tidaklah jujur dalam memecahkan konflik Israel dan Palestina.

Pemerintah Indonesia sendiri tidak menanggapi kunjungan Netanyahu ke negara tetangganya ini, termasuk permintaannya agar Indonesia mau membuka hubungan diplomatik resmi dengan Israel, Maret 2016 lalu. Menurut Israel, banyak peluang bagi kedua negara untuk menjalin kerjasama, terutama di bidang teknologi.

Baca juga :  Suram Palestina di Era Trump?

Namun Indonesia tetap kukuh pada posisinya dan mengatakan bahwa hubungan dengan Israel akan dinormalisasi hanya jika Palestina merdeka. Selama ini, Indonesia selalu mengecam Israel dalam forum-forum Internasional terkait penjajahannya terhadap Palestina.

Untuk menghormati keputusan Indonesia, Netanyahu pun mengambil rute memutar menghindari wilayah udara Indonesia saat terbang ke Australia. Akibatnya, delegasi Israel harus menempuh waktu 2,5 jam lebih lama dibanding terbang melalui wilayah udara Indonesia.

Sikap Pemerintah Indonesia yang tidak mengecam tapi juga tidak memberikan toleransi pada Israel ini patut dipuji, sehingga walau bertentangan secara politis namun pihak Israel pun menghormati kedaulatan wilayah Indonesia. (Berbagai sumber/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Partai Gerindra di bawah komando Prabowo Subianto seolah sukses menguasai Pulau Jawa setelah tiga “mahapatih” mereka, yakni Andra Soni, Dedi Mulyadi, serta Ahmad Luthfi hampir dapat dipastikan menaklukkan Pilkada 2024 sebagai gubernur. Hal ini bisa saja menjadi permulaan kekuasaan lebih luas di Jawadwipa. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Hasil tidak memuaskan yang diperoleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) dalam versi quick count Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 (Pilgub Jakarta 2024) menjadi pertanyaan besar. Mengapa calon yang didukung koalisi besar tidak tampil dominan? 

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...