HomeCelotehPemilu 2019, Ajang Permainan Uang

Pemilu 2019, Ajang Permainan Uang

“Kebenaran & kepastian mengapung, di antara uang & kuasa yang mengepung.” ~Najwa Shihab


PinterPolitik.com

[dropcap]U[/dropcap]ang… uang… uang… politik adalah uang yang bermain. Pemerintahan kita dibentuk dengan uang. Karenya, lahir para koruptor-koruptor pemangsa uang negara. Rakyat pun semakin tercekik dengan kebijakan-kebijakan yang hanya menguntungkan orang-orang berduit.

Ya, para politisi butuh uang demi bisa berebut kursi. Uang itu mereka gunakan untuk membuat iklan kampanye, membayar timses dan para relawan pendukung, serta menyiapkan amunisi untuk melakukan serangan fajar. Lalu dari mana uangnya? Kebanyakan dari mereka meminta sumbangan dari orang-orang yang haus kepentingan.

Untuk pemilu tahun depan, kayaknya para pembuat kebijakan sudah memprediksi akan adanya persaingan yang amat sengit. Sehingga dibuatlah peraturan super ajaib demi menaikkan batas maksimal sumbangan dana kampanye.

Banyak uang ya kalau lagi Pemilu... Click To Tweet

Batas maksimal sumbangan dana kampanye yang semula Rp 1 miliar menjadi Rp 2,5 miliar. Sumbangan dari badan hukum yang awalnya Rp 7,5 miliar menjadi Rp 25 miliar. Dihitung-hitung, jumlah kenaikan mencapai 300 persen gaes. Peraturan tersebut tertuang di pasal 327 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Buanyak banget kan??? Uang-uang itu demi menarik hati kita loh. Udah merasa spesial nggak? Uwuwuwuw.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, kenaikan itu menekankan asosiasi antara pemilu dengan uang. Sehingga, keputusan politik akan mudah dipengaruhi oleh mereka yang berduit. Kalau orientasinya uang, bagaimana bisa menjalankan pemerintahan yang pro rakyat?

Daripada menaikkan batas maksimal sumbangan dana kampanye, kebijakan harusnya lebih mengarah agar kampanye tidak dilakukan secara berlebihan. Nggak usah jor-joran gitu loh.

Kalian tahu kan gaes, suka ada politisi mendadak gila pasca kalah pemilu? Ya, itu salah satunya karena persaingan kampanye yang tidak sehat. Mereka lupa diri menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan uang untuk kampanye sekeren mungkin.

Ya mbok kalau kampanye nggak usah lebay-lebay. Yang wajar-wajar aja. Biasanya yang rela menghabiskan uang demi kampanye, suka jadi sakit jiwa mendadak kalau nggak dapet kursi. Meskipun dapet, akhirnya jadi gila juga, gila harta. Apa aja diuangkan demi bisa balik modal. Kebijakan yang dibuatpun akhirnya keblinger demi bisa menyenangkan orang-orang yang telah menjadi donaturnya dulu. (E36)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Abdi Negara Terbelenggu Kemiskinan?

"Oemar Bakri, Oemar Bakri, pegawai negeri…” ~Lirik Lagu Oemar Bakri -  Iwan Fals PinterPolitik.com Jadi pegawai negeri itu merupakan impian banyak orang. Pokoknya jadi PNS itu...

Luhut Panjaitan Memeluk Orba

"Luka tidak memiliki suara, sebab itu air mata jatuh tanpa bicara." ~Dilan 1990 PinterPolitik.com Orde Baru masih menjadi sejarah yang amat menakutkan dari sebagian besar masyarakat....

Ma’ruf Amin yang Terbuang?

"Sebagai kekasih, yang tak dianggap aku hanya bisa mencoba mengalah. Menahan setiap amarah…” ~Lirik Lagu Kekasih yang Tak Dianggap – Kertas Band PinterPolitik.com Jika di dunia...