Pinter EkbisSejarah dan Filosofi Bubur

Sejarah dan Filosofi Bubur


socioloop.co

Bubur, sebuah sajian yang dikenal di berbagai belahan dunia dengan berbagai versi dan nama, memiliki akar sejarah yang mendalam dan filosofi kultural yang menarik.

Namun, sebelum memahami kekayaan di balik semangkuk bubur, mari kita telusuri asal-usul dan sejarah singkat dari makanan sederhana ini.

Bubur, dalam berbagai bentuknya, telah ada sejak zaman prasejarah. Buktinya, bebatuan prasejarah menunjukkan adanya penggilingan biji-bijian yang digunakan untuk membuat bubur.

Ketika manusia pertama kali belajar menanam biji-bijian, bubur mungkin menjadi salah satu makanan pertama yang mereka buat. Ini karena bubur mudah dibuat dan tidak memerlukan peralatan masak yang canggih. Hanya dengan air dan biji-bijian yang digiling, bubur bisa disajikan.

Di Asia, khususnya di Tiongkok, bubur nasi atau ‘congee’ telah lama menjadi bagian dari makanan pokok. Tradisinya yang kuat dalam pengobatan tradisional Tiongkok menjadikannya lebih dari sekadar makanan, yakni sebagai obat bagi berbagai penyakit.

Di Indonesia, bubur ayam dan bubur kacang hijau adalah dua dari berbagai varian bubur yang populer di kalangan masyarakat.

Lebih dari sekadar makanan, bubur memiliki makna simbolis dan filosofis yang mendalam di berbagai budaya. Di banyak masyarakat, bubur sering dihubungkan dengan kesederhanaan, kerendahan hati, dan pemulihan.

Bubur, dengan komposisi dasarnya yang sederhana, mengingatkan kita pada kehidupan tanpa hiasan. Dalam banyak tradisi, bubur dihidangkan saat upacara keagamaan atau meditasi untuk mengingatkan diri tentang pentingnya hidup sederhana dan kembali ke esensi.

Sebagai makanan yang umumnya mudah diakses oleh semua kalangan, bubur mengajarkan kerendahan hati. Bahkan di saat pesta atau perayaan, bubur kadang disajikan untuk mengingatkan para peserta tentang asal-usul mereka dan pentingnya tetap rendah hati.

Baca juga :  Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Di banyak budaya, bubur dianggap sebagai makanan yang memulihkan. Orang-orang yang sakit atau dalam masa pemulihan sering diberi bubur karena kandungan nutrisinya dan mudah dicerna. Ini juga mencerminkan filosofi tentang kembali ke keadaan alami dan dasar saat kita lemah atau sakit.

Bubur, meskipun sederhana, mengandung kekayaan sejarah dan filosofis yang mengejutkan. Ia adalah saksi bisu dari perjalanan umat manusia, dari zaman prasejarah hingga modern.

Lebih dari itu, bubur mengajarkan kita tentang nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kerendahan hati, dan arti pemulihan. Di balik setiap semangkuk bubur, terkandung cerita dan filosofi yang mendalam tentang kehidupan itu sendiri. (A49)

Exclusive content

Latest article

More article