HomeNalar PolitikPuti, Pewaris Trah Soekarno di Jatim

Puti, Pewaris Trah Soekarno di Jatim

Memasangkan Gus Ipul dengan Puti Guntur Soekarno dipandang sebagai hal menarik. Langkah ini disebut dapat mengukuhkan nama trah Soekarno di Jawa Timur.


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]DIP kelimpungan. Jagonya untuk mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Pilgub Jatim diterpa isu tak sedap dari masa lalu. Abdullah Azwar Anas terpaksa mundur akibat isu tersebut. Padahal saat itu masa pendaftaran calon gubernur (cagub) dan wakil gubernur (cawagub) di Pilkada Serentak sudah kian dekat.

Artinya, Partai Banteng tidak punya cukup waktu untuk mencari nama lain yang akan mendampingi Gus Ipul. PKB memang setia, tapi waktu sudah makin tidak tersedia. Sejumlah nama pun ditimang dan didekati untuk mengisi posisi tersebut.

Di detik terakhir, sosok pendamping Gus Ipul akhirnya terungkap. Puti Guntur Soekarno dipilih untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Anas. Pilihan PDIP ini terbilang menarik. Puti adalah salah satu pewaris trah Soekarno di dunia politik. Ia merupakan putri semata wayang Guruh Soekarnoputra, anak pertama sang proklamator.

Trah Soekarno adalah trah yang cukup diperhitungkan dalam politik negeri ini. Puti sebagai salah satu pewaris, kini diutus untuk bersaing di Pilgub Jatim. Bagaimana kans Puti yang menyandang nama pendiri republik dalam mengarungi Pilgub Jatim?

Jejak Sang Proklamator di Jatim

Secara historis, Soekarno memiliki riwayat cukup panjang di provinsi yang beribukota di Surabaya ini. Beberapa momen penting dalam hidup sang proklamator dihabiskan di Jatim.

Soekarno lahir di Surabaya, ibukota provinsi ini. Meski pernah menimbulkan perdebatan, sebagian besar sejarawan menyebut bahwa pencetus Marhaenisme ini lahir di Surabaya. Tidak hanya menjadi tempat kelahiran, Surabaya juga menjadi kota tempat Soekarno menimba ilmu pergerakan dan politik.

Surabaya memiliki peran tersendiri bagi pembentukan diri Soekarno. Ia bersekolah di  HBS Surabaya. Semasa itu, ia tinggal di tempat H.O.S. Tjokroaminoto. Di sanalah ia mendapat gemblengan politik dari Tjokroaminoto bersama tokoh-tokoh lain seperti Alimin, Musso, Semaun, dan Kartosuwiryo.

Puti, Pewaris Trah Soekarno di Jatim
Makam Bung Karno masih menjadi magnet bagi masyarakat. (Foto: PDIP Jatim)

Selain Surabaya, Blitar juga memiliki sejarah yang kuat dengan salah satu penggagas Gerakan Non Blok ini. Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan di wilayah yang dijuluki sebagai Kota Patria, bahkan Blitar juga yang menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Jejak Soekarno juga dapat ditemui di kota-kota lain di Jatim. Soekarno pernah tinggal di Mojokerto dan menghabiskan sebagian masa mudanya di sana. Di masa kecil, pencetus konsep Nasakom ini juga pernah tinggal di Tulungagung bersama kakeknya.

Riwayat sang proklamator ini pun masih menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat Jatim. Makam Soekarno di Blitar misalnya, kerap menjadi lokasi wisata utama di kota itu. Tidak hanya berwisata, para pengunjung juga ngalap berkah, berharap kekuatan magis yang datang dari makam sang pendiri bangsa.

Baca juga :  Kenapa PDIP PDKT ke Khofifah?

Secara tradisional, wilayah Mataraman juga disebut-sebut sebagai basis bagi pendukung Soekarno. Wilayah ini berada di bagian barat yang terdiri dari Ngawi, Madiun, Pacitan, Magetan, Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro. Daerah tersebut kerapkali memberi sumbangan suara terbesar bagi partai berhaluan nasionalis.

Magis Trah Soekarno

Nama besar trah Soekarno nampaknya masih menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat. Menyandang nama dari klan ini, kerapkali menjadi pelapang jalan bagi orang yang merintis karir di dunia politik. Hal ini nampak jelas dari kiprah anak kedua sang presiden pertama, yaitu Megawati Soekarnoputri.

Secara khusus, tuah trah Soekarno juga masih memiliki pengaruh di kancah politik Jatim. Bermodal garis keturunan, pewaris-pewaris dari klan ini berhasil meraup suara signifikan sehingga berbuah kursi bagi mereka.

Puti, Pewaris Trah Soekarno di Jatim

Salah satu pewaris trah Soekarno yang sukses di provinsi ini adalah Guruh Soekarnoputra. Putra bungsu Soekarno ini maju menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim I. Ia bertarung memperebutkan suara dari kota kelahiran ayahnya, Surabaya.

Bahkan ia berhasil menjadi anggota DPR dari Dapil tersebut dalam dua proses Pemilu. Pada Pemilu 2014, Guruh menyumbang suara yang amat signifikan bagi partainya, PDIP. Digelaran tersebut, ia meraup total 84.753 suara. Untuk  perolehan suara individu, suara Guruh berada nomor dua di bawah Syaikhul Islam dari PKB.

Selain Guruh, pengaruh trah Soekarno juga masih kuat hingga generasi ketiga. Cucu Soekarno yang merupakan putra dari Rachmawati, Didi Mahardika, berhasil terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil Jatim VI. Berbeda dengan Guruh, Didi melaju ke Senayan dengan tiket dari Partai Nasdem.

Sebagai debutan, langkah awal Didi di dunia politik cukup baik. Nama besar sang kakek nampaknya memberikan keuntungan tersendiri bagi Didi. Dapil Jatim VI terdiri dari Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Tulungagung. Di Dapil ini, Didi berhasil mendapat total 14.376 suara.

Melihat kiprah Guruh dan Didi, nampaknya nama besar Soekarno masih bertuah bagi para pewaris-pewarisnya. Baik Guruh maupun Didi, memperoleh keuntungan khusus yang tidak dimiliki oleh kandidat lain, yaitu warisan darah sang proklamator. Lalu bagaimana dengan kans Puti di Pilgub Jatim?

Menanti Puti di Jatim

Puti selama ini kerap dianggap sebagai pewaris klan Soekarno yang tersembunyi. Namanya memang tergolong masuk belakangan dalam dunia politik, ketimbang cucu Soekarno lainnya, Puan Maharani. Akan tetapi, bukan berarti potensinya bisa dianggap remeh.

Puti adalah putri tunggal dari Guntur Soekarnoputra. Figur sang ayah cukup memiliki pengaruh bagi karir politik Puti. Guntur sendiri memiliki hubungan yang baik dengan Rachmawati Soekarnoputri yang kini duduk dijajaran elit Gerindra. Disinyalir, Puti dapat lebih diterima Gerindra karena alasan ini.

Baca juga :  Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Potensi Puti juga nampak dari cara ia menunjukkan diri di hadapan publik. Selama ini publik menduga sosok Soekarno hanya akan terlahir kembali melalui Prananda Prabowo. Puti ternyata juga memiliki kepiawaian berorasi serupa sang kakek.

Bagi simpatisan PDIP di Jatim, nama Puti juga tidak terlampau asing. Meski berasal dari Dapil Jabar, Puti kerap hadir dalam berbagai aktivitas kampanye PDIP di Jatim. Di tahun 2005 misalnya, Puti menjadi juru kampanye PDIP di Ngawi, Trenggalek, Blitar, dan daerah lainnya di Jatim.

Di Pilgub Jatim nanti, Puti akan berpasangan dengan Gus Ipul. Seketika pula ungkapan “cucu pendiri republik berpadu dengan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU)” didengungkan banyak orang. Memiliki darah pendiri NU dan pendiri republik dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi Gus Ipul dan Puti. Keduanya merupakan gabungan tepat yang merepresentasikan kaum Nahdliyin dan nasionalis.

Jatim merupakan kantong massa yang cukup besar bagi NU dan nasionalis. Ini nampak misalnya pada hasil Pemilu 2014 lalu. PKB dan PDIP berada di posisi teratas pada Pemilu tersebut.

Secara khusus, nama Soekarno akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Puti. Kota-kota dengan kedekatan historis dengan sang proklamator seperti Surabaya dan Blitar, dapat memberi suara cukup signifikan bagi Puti. Sehingga bisa saja ia akan mendapatkan hasil seperti yang diraih oleh Guruh dan Didi.

Puti, Pewaris Trah Soekarno di Jatim
Segera setelah nama Puti diumumkan, dunia maya menyambut baik pasangan Gus Ipul-Puti (Gambar: Istimewa)

Pendukung-pendukung Soekarno di wilayah Mataraman juga dapat menjadi lumbung suara bagi Puti. Wilayah ini seringkali memberi suara signifikan bagi PDIP. Bukan tidak mungkin ia akan dapat mendulang suara terbesar dari wilayah ini.

Bagi kader-kader PDIP di Jatim, mereka menginginkan trah Soekarno dapat semakin kukuh terutama di Jatim. Impian mereka akhirnya dapat terwujud melalui sosok Puti. Mereka tentu akan bekerja keras memenangkan Puti, terutama di daerah-daerah basis pendukung Soekarno.

Menyandang nama besar Soekarno membuat peluang Puti cukup lebar. Apalagi Jatim cukup bersahabat bagi pewaris-pewaris trah ini sebelumnya. Berkolaborasi dengan pewaris darah NU, membuat kans Puti kian besar. Gabungan NU yang kuat di Tapal Kuda berpadu dengan Soekarnois yang berpengaruh di Mataraman, berpotensi menjadi lawan tangguh bagi kandidat lain. (H33)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...