HomeHeadlineOperasi Ganjar Membajak Jusuf Kalla

Operasi Ganjar Membajak Jusuf Kalla

Manuver Puan Maharani mendatangi elite-elite Golkar beberapa waktu terakhir memang membuka jalan bagi beralihnya partai beringin itu ke koalisi PDIP. Namun, catatan penting secara khusus bisa diarahkan pada sosok Jusuf Kalla (JK). Pasalnya, bukan rahasia lagi kalau Pak JK menjadi salah satu kunci elite politik – baik di Golkar maupun secara nasional – yang bisa ikut menentukan hasil akhir Pilpres 2024. Persoalannya, JK sejak lama dikenal sebagai sosok di belakang kesuksesan politik Anies Baswedan. Akankah kali ini Pak JK berubah haluan politik?


PinterPolitik.com

Kunjungan Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP, Puan Maharani ke kediaman Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla, pada tanggal 4 Oktober 2023 lalu, masih sangat layak untuk dipergunjingkan.

Bukan tanpa alasan, JK adalah elite politik yang sangat bisa mempengaruhi arah politik Partai Golkar. Selain itu, secara personal pun JK bisa sangat besar efeknya jika benar-benar mendukung Ganjar Pranowo yang menjadi kandidat yang diusung oleh PDIP.

Meski Pak JK menyatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah Partai Golkar akan mendukung Ganjar Pranowo atau tidak, yang jelas pertemuan itu membicarakan tentang situasi politik dan ekonomi saat ini. Sudah barang tentu bahwa topik Pilpres menjadi salah satu bagian dari perbincangan yang terjadi.

Namun, seperti disinggung di awal, ganjalan JK tentu saja adalah posisi mantan wapres itu yang selama ini dipersepsikan linear dengan Anies Baswedan. JK adalah orang yang mendorong Anies untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Dan karena Anies saat ini juga ikut bersaing di Pilpres 2024, posisi keduanya tentu sulit di hadapan PDIP, meski JK dan PDIP punya hubungan yang baik di periode pertama kekuasaan Presiden Jokowi.

Ganjar sendiri disebut mengaku senang jika JK bersedia bergabung dengan Tim Pemenangan Nasional Ganjar Presiden (TPN GP). Tentu efeknya bisa sangat besar, apalagi jika Golkar dalam posisi partai itu masih bersikukuh ada dalam koalisi pemenangan Prabowo Subianto.

Pertanyaannya adalah akankah JK benar-benar bisa menjadi kunci utama kemenangan siapapun yang ia dukung di 2024?

jk pilih anies atau ganjar.jpg

JK: Elite Politik Penentu?

Ketika berbicara soal Pak JK, maka yang ada di gambaran publik adalah sesosok elite politik yang sudah malang melintang di dunia bisnis dan politik. Oleh karena itu, menarik untuk melihat posisi JK itu sendiri dari konsep atau teori tentang elite.

Elite politik, sebagai konsep, mencerminkan kehadiran kelompok kecil individu atau kelompok yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang signifikan dalam suatu masyarakat. Istilah ini sering kali merujuk pada orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber daya, kekayaan, atau posisi politik yang memberikan mereka kendali atas arah dan kebijakan suatu negara atau komunitas.

Baca juga :  Iran vs Israel, PD III Sudah Dimulai?

Konsep ini membuka pintu untuk memahami bagaimana keputusan dibuat, kekuasaan didistribusikan, dan bagaimana dinamika politik suatu masyarakat berkembang.

Banyak ahli dan pemikir telah membahas teori elite dalam konteks politik. Beberapa di antaranya memberikan kontribusi signifikan dalam memahami dinamika kekuasaan, distribusi kekayaan, dan peran kelompok kecil dalam pengambilan keputusan politik.

Beberapa penulis dan pemikir terkenal yang perlu disebut adalah C. Wright Mills dalam bukunya yang terkenal The Power Elite, di mana ia secara lugas mengidentifikasi tiga kelompok utama – elite politik, elite ekonomi, dan militer – yang bersama-sama membentuk kekuatan elite. Pak JK sendiri masuk dalam kategori elite ekonomi dan elite politik.

Penulis lain yang juga membahas gagasan tentang elite ini antara lain Gaetano Mosca, Robert Michels, Vilfredo Pareto, hingga pemikir kiri macam Karl Marx dan Friedrich Engels.

Secara garis besar mereka menjelaskan bahwa asal usul kekuasaan elite bisa berasal dari berbagai lapisan masyarakat, seperti kelompok bisnis, keluarga politik, atau individu dengan kekayaan substansial.

Ini menciptakan dinamika sosial ekonomi yang unik, di mana sejumlah kecil orang memiliki kontrol yang signifikan atas kekayaan dan sumber daya, sementara mayoritas mungkin memiliki akses yang terbatas. Meskipun elite dapat membawa inovasi dan pertumbuhan ekonomi, peran mereka juga dapat menciptakan ketidaksetaraan yang signifikan.

Dalam konteks ini, keberadaan elite memainkan peran sentral dalam distribusi kekuasaan. Mereka memiliki potensi untuk membentuk arah kebijakan dan menentukan prioritas nasional atau komunitas. Ini sangat bisa dilihat dalam diri Pak JK dan efek pengaruhnya dalam politik.

Namun, tanggung jawab juga menyertai kekuasaan. Elite memiliki peran dalam memastikan bahwa kepentingan masyarakat umum diwakili dan dilindungi, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompok mereka sendiri.

Ketidaksetaraan yang muncul akibat keberadaan elite menciptakan tantangan dalam mencapai keseimbangan yang sehat dalam suatu masyarakat. Pada satu sisi, mereka dapat menjadi agen perubahan positif dan penggerak pertumbuhan ekonomi. Namun, pada sisi lain, terlalu banyak kekuasaan di tangan sedikit orang dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang tidak selalu mencerminkan kebutuhan dan keinginan mayoritas.

Konsep elite juga terkait dengan partisipasi politik dan representasi. Elite cenderung mendominasi institusi politik dan memegang kendali atas proses pengambilan keputusan. Ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana suara dan kepentingan mayoritas tercermin dalam kebijakan publik. Oleh karena itu, ada tuntutan untuk mendiversifikasi dan mendemokratisasi proses politik agar lebih mewakili spektrum yang lebih luas dari masyarakat.

Baca juga :  Meraba Politik Luar Negeri Prabowo Subianto 

Dalam era globalisasi dan teknologi informasi, elite politik mengalami transformasi. Akses terhadap informasi yang lebih cepat dan komunikasi global memungkinkan munculnya kelompok-kelompok baru yang dapat bersaing dengan elite tradisional. Ini menciptakan dinamika baru dalam pengelolaan kekuasaan dan memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana perubahan ini akan membawa perubahan positif dalam tata kelola politik.

anies cak imin menang satu putaran.jpg

JK Kunci Menang Ganjar?

Menyebut Pak JK sebagai kunci menang Ganjar sepertinya tidak berlebihan. Pasalnya sosok seperti JK memiliki pengaruh besar dalam masyarakat, serta memiliki beberapa kepentingan dan dampak penting dalam Pilpres.

JK jelas memiliki pengaruh dan otoritas, sehingga dukungan pada Ganjar misalnya, akan memberikan legitimasi dan meyakinkan pemilih bahwa kandidat yang didukung oleh elite tersebut memiliki kualitas dan kapabilitas yang diperlukan untuk memimpin.

JK juga memiliki jaringan politik dan sosial yang mumpuni. Dengan memberikan dukungan, sosok seperti JK membawa bersamaan basis pemilih, pendukung finansial, dan dukungan dari kelompok-kelompok penting dalam masyarakat. Hal ini dapat memberikan keuntungan signifikan bagi kandidat yang didukung oleh Jk.

Kemudian, elite politik seringkali memiliki akses ke sumber daya finansial yang besar. Dukungan finansial dari tokoh-tokoh seperti Jusuf Kalla dapat membantu kampanye politik dengan menyediakan dana yang diperlukan untuk iklan, kampanye lapangan, dan kegiatan politik lainnya. Tanpa dukungan finansial yang cukup, sebuah kampanye mungkin sulit untuk mencapai potensi maksimalnya.

Sebagai elite politik, Pak JK tentu memiliki akses yang lebih besar ke media. Dengan demikian, akan ada pemberitaan yang lebih besar dan positif di media, yang dapat membentuk opini publik terhadap Ganjar misalnya.

Ganjar juga dapat meraih dukungan lebih luas karena pemilih mungkin melihat dukungan tersebut sebagai pertimbangan strategis yang dapat memperkuat kandidat dalam menghadapi persaingan politik.

Dari poin-poin tersebut, jelas bahwa posisi JK bisa akan sangat menentukan bagi Ganjar. Persoalannya adalah apakah hal ini bisa terwujud dengan mempertimbangkan variabel Anies Baswedan? Well, tak ada yang tahu pasti.

Yang jelas, JK adalah salah satu tipe politisi yang pragmatis. Jika baginya peluang menang dan keuntungan politiknya lebih besar jika ia mendukung Ganja, mungkin hal itu akan diambil tanpa keraguan. Kita tidak pernah tahu, kalau elite politik berseberangan dengan partai sekuat PDIP, akankah ada hal-hal besar lain yang terjadi, katakanlah seperti yang saat ini menimpa Nasdem dan Surya Paloh.

Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.