HomeNalar PolitikObama Jadi Pembicara dan Penulis Buku

Obama Jadi Pembicara dan Penulis Buku

Obama, Presiden ke-44 AS, yang meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2017 digantikan oleh Donald Trump, juga telah menunjuk pengacara Robert Barnett dan Deneen Howell untuk menangani kontrak buku yang akan dia tulis.


pinterpolitik.com

WASHINGTON, DC – Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan istrinya, Michelle, sudah merencanakan aktivitasnya ke depan. Obama akan aktif menjadi pembicara dan penulis buku. Untuk itu, dia sudah menunjuk  agensi yang akan mengatur  kegiatannya.

Menurut juru bicara Obama, Kevin Lewis, Jumat (2/2/2017), dalam penunjukan itu Harry Walker Agency akan mewakili Obama dan istrinya jika diminta tampil sebagai pembicara.

Agensi ini juga yang mewakili Hillary Clinton, seperti halnya suaminya, Bill Clinton, untuk semua kegiatannya sebagai pembicara setelah tak menjadi menteri luar negeri pada 2013.

Merujuk laporan media, selain Bill dan Hillary Clinton, beberapa klien agensi ini adalah nama-nama yang cukup dikenal, seperti mantan juru bicara Gedung Putih, John Boehner, pilot Sully Sullenberger, dan mantan Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest.

Obama, Presiden ke-44 AS, yang meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2017 digantikan oleh Donald Trump,  juga telah menunjuk pengacara Robert Barnett dan Deneen Howell untuk menangani kontrak buku yang akan dia tulis. Sebelumnya, Barnett telah mewakili Obama untuk penerbitan beberapa bukunya.

Saat ini, Obama dan keluarga masih tinggal di Washington DC, mungkin menunggu perpustakaannya di Chicago selesai dibangun.

Sementara itu, George W Bush, presiden ke-43 AS, yang meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2009, setelah menjabat dua periode, juga memilih menulis buku untuk mengisi hari-harinya. Pagi hari dia berangkat ke kantor dan menulis anekdot untuk bukunya.

Baca juga :  Gibran, Wapres Paling Meme?

Setelah tidak menjadi presiden, Bush tak tertarik lagi dengan dunia politik. James Glassman, mantan Direktur Institut George W Bush, suatu ketika menceritakan pengalamannya ketika menghadiri acara makan malam di kediaman sang mantan presiden. Saat itu, para tamu, di antaranya mantan Menlu AS, Condoleezza Rice, membicarakan masalah politik, namun, Bush sama sekali tidak mau menyinggungnya.

Glassman mengatakan, sangat mengejutkan melihat bagaimana minimnya perhatian Bush terhadap dunia politik.

Sesekali Bush pergi ke Afrika tempat yayasan yang dia dirikan untuk merenovasi rumah sakit dan mengembangkan program memerangi kanker serviks.

Bagaimana dengan mantan presiden AS, Jimmy Carter? Carter kini sibuk dengan lembaganya, Carter Center. Saat lengser dari kursi kepresidenan, Carter baru berusia 56 tahun, dan saat itu dia yakin masih bisa hidup hingga seperempat abad ke depan.

“Dia ingin hidupnya produktif dan mencoba terus mencari sesuatu untuk dia kerjakan,” kata Phil Wise, Wakil Direktur Carter Center.

Salah satu keberhasilan Carter pada masa pemerintahannya adalah tercapainya kesepakatan damai antara Mesir dan Israel, yang disponsorinya, dan dikenal sebagai Perjanjian Camp David. Dia kemudian mendirikan Carter Center.

Selama 30 tahun terakhir, Carter Center memantau lebih dari 100 pemilihan umum di dunia dan terlibat dalam pemberantasan penyakit guinea worm di Afrika. (Berbagai sumber/E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...