HomeNalar PolitikMeraba Kaukus Partai Pendukung Prabowo

Meraba Kaukus Partai Pendukung Prabowo

Prabowo Subianto telah membubarkan Koalisi Adil Makmur yang mengusung dirinya dan Sandiaga Uno sebagai paslon dalam Pilpres 2019. Pembubaran tersebut disertai dengan pembentukan kaukus coffee morning sebagai forum komunikasi informal lanjutan.


PinterPolitik.com

“I am more than what you bargained for and nothin’ less than real” – Drake, penyanyi rap asal Kanada

Mahkamah Konstitusi (MK) yang disebut-sebut menjadi endgame bagi perjuangan kubu Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019 telah mengumumkan putusannya beberapa waktu lalu. Bisa dibilang, hasil dari endgame kali ini tidak memuaskan kubunya.

Dengan putusan tersebut, drama dugaan kecurangan Pemilu 2019 bisa dibilang telah berakhir. Kubu Prabowo-Sandi yang sebelumnya beberapa kali melontarkan isu tersebut telah menyatakan bahwa pihaknya menghormati putusan tersebut.

Penerimaan putusan ini pun menjadi akhir bagi Koalisi Adil Makmur yang sebelumnya berjuang bersama-sama mengusung Prabowo-Sandi. Beberapa waktu lalu, Prabowo bersama pimpinan-pimpinan parpol pengusungnya – seperti Gerindra, PKS, PAN, Demokrat, Berkarya – memutuskan untuk membubarkan diri.

Semua jalan memang memiliki akhir. Namun, seperti yang banyak orang bilang, suatu akhir bukanlah akhir dari segalanya. Partai-partai politik ini nantinya pun akan menentukan arah politiknya masing-masing.

Uniknya, di samping mempersilakan masing-masing parpol menentukan arahnya sendiri, Prabowo juga dikabarkan membentuk sebuah kaukus guna menjadi wadah komunikasi lanjutan yang informal. Kaukus yang juga disebut sebagai coffee morning ini nantinya akan membahas berbagai isu yang dianggap penting.

Terbentuknya kaukus ini pun menimbulkan beberapa pertanyaan. Apa signifikansi kehadiran kaukus ini bagi perpolitikan Indonesia? Lalu, mengapa partai-partai ini membentuk kaukus tersebut?

Kaukus Politik

Kaukus sendiri sebenarnya merupakan istilah yang memiliki banyak arti yang berbeda di berbagai negara. Meskipun tidak memiliki arti yang pasti dalam setiap budaya politik, istilah ini telah sering digunakan di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Uganda.

Di AS, kaukus sering kali merujuk pada suatu tahap pertemuan dalam proses pemilihan tingkat lokal atas kandidat dari suatu partai politik.  Namun, makna dari istilah “kaukus” sendiri tidak hanya terbatas pada proses pemilihan kandidat.

Di Uganda, kaukus dipahami sebagai sebuah pertemuan yang terdiri atas anggota-anggota legislatif yang memiliki kepentingan yang sama. Kesamaan kepentingan ini dapat didasarkan pada partai, agama, wilayah, dan lain-lain.

Hampir sama dengan di Uganda, kaukus di negeri paman Sam juga dapat berarti suatu sub-kelompok dalam Kongres – lembaga legislatif AS. Sub-kelompok ini dapat terdiri atas anggota-anggota Kongres hingga individu-individu independen.

Baca juga :  Sembako Siap Melambung Akibat Iran? 

Biasanya, kaukus di AS biasanya juga terbentuk atas dasar kesamaan yang dimiliki anggotanya, yaitu etnis, ideologi politik, dan kepentingan. Dalam situsnya, Senat AS menjelaskan bahwa kaukus biasanya turut mendiskusikan isu yang menjadi perhatian bersama dan perencanaan kebijakan bagi anggotanya.

Kaukus adalah sebuah pertemuan yang terdiri atas individu-individu yang memiliki kesamaan kepentingan. Click To Tweet

Beberapa contoh kaukus yang dibentuk atas dasar kepentingan adalah Congressional Black Caucus (CBC). Kaukus ini dibentuk untuk memperjuangkan kepentingan kelompok Afrika-Amerika dan kelompok-kelompok minoritas di negeri paman Sam ini.

Di bawah kepresidenan Donald Trump, kaukus ini memiliki kepentingan untuk mengambil aspirasi komunitas Afrika-Amerika serta menaikkan kondisi perekonomian komunitas tersebut. Guna memenuhi kepentingannya, CBC juga menekankan pada kolaborasi bipartisan dalam sejarahnya.

Namun, CBC yang didominasi oleh Partai Demokrat AS ini kerap mengkritisi kebijakan Trump. Usulan anggaran negara 2020 oleh pemerintahan Trump misalnya, dikritik oleh CBC karena telah meminimalisir akses terhadap kesehatan, pendidikan, pelatihan kerja, dan sebagainya.

Selain CBC, terdapat juga Congressional Taiwan Caucus dan Senate Taiwan Caucus. Kedua kaukus ini dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat hubungan AS dengan Taiwan. Selain itu, kaukus ini juga berupaya untuk memengaruhi kebijakan luar negeri AS di kawasan Asia Timur.

Jika kaukus banyak dibentuk untuk memperjuangkan kepentingan dan memengaruhi kebijakan pemerintah di AS, bagaimana dengan di Indonesia?

Meskipun jarang terdengar di masyarakat Indonesia, beberapa kaukus telah berdiri di Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan tertentu. Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) misalnya, dibentuk untuk memperjuangkan hak-hak kelompok perempuan Indonesia.

Hampir sama dengan kaukus di AS, KPPI juga memiliki anggota yang berasal dari partai-partai politik Indonesia. Kaukus yang didirikan pada tahun 2000 ini berdiri atas gagasan sembilan aktivis perempuan dari parpol PAN, Golkar, PDIP, PKB, PPP, dan PKS.

Lantas, bagaimana dengan kaukus yang dibentuk oleh partai-partai pengusung Prabowo-Sandi?

Kaukus coffee morning tersebut bisa jadi memiliki tujuan yang hampir sama dengan kaukus pada umumnya, yaitu memengaruhi kebijakan pemerintah. Selain itu, kaukus ini juga disebut-sebut akan membicarakan dan mengadvokasikan berbagai isu yang dianggap penting.

Mungkin, kehadiran kaukus ini ditujukan agar dapat menjadi wadah komunikasi partai-partai oposisi bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Dengan adanya wadah komunikasi tersebut, kaukus ini bisa jadi menggunakan isu-isu tertentu untuk mengkritik pemerintahan Jokowi.

Jadi Strategi?

Kehadiran kaukus untuk memperjuangkan kepentingan dan isu yang luput dari perhatian pemerintah memang terdengar mulia. Namun, kaukus coffee morning sendiri bisa saja memiliki fungsi lain.

Menurut Clive J. Napier dan Pieter Labuschagne dalam tulisan mereka yang berjudul Political Party Caucuses and Democracy, dibentuknya sebuah kaukus politik sebenarnya bersifat pragmatis dan strategis. Dengan mengutip Sven Berg, Napier dan Labuschagne menjelaskan bahwa kaukus dibentuk dengan tujuan untuk memaksimalkan pengaruh dan kesatuan partai.

Baca juga :  Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Dengan tujuan untuk meningkatkan pengaruh, kaukus coffee morning bisa jadi dibentuk untuk memengaruhi negosiasi kohabitasi yang disebut-sebut tengah terjadi. Berdasarkan desas-desus yang tersebar di masyarakat kini, Gerindra dan beberapa partai dari Koalisi Adil Makmur sedang mendapatkan ajakan untuk bergabung dengan pemerintahan Jokowi.

Bisa jadi, berkaitan dengan hal tersebut, partai-partai Prabowo ingin menghindari kooptasi yang mungkin tengah dilakukan oleh Jokowi. Kooptasi merupakan upaya penguasa untuk melibatkan penantang potensial dalam sistem guna menjaga status quo.

Hampir sama dengan kohabitasi yang diharapkan oleh beberapa pihak untuk terjadi, kooptasi menempatkan penantang dalam sistem pengambilan keputusan untuk menghilangkan perlawanan dari oposisi. Namun, perbedaannya terletak pada bagaimana kooptasi dapat meniadakan pengaruh dari pihak yang dikooptasi.

Ketakutan koalisi Prabowo terhadap kooptasi oleh Jokowi bisa jadi beralasan. Pasalnya, sang presiden sendiri menyatakan bahwa hendak berdiskusi terlebih dahulu dengan partai-partai koalisinya terkait wacana pelibatan Mantan Danjen Kopassus tersebut dalam masa pemerintahan keduanya.

Gerindra sendiri memiliki beberapa perbedaan visi dengan pemerintahan Jokowi meskipun disinyalir akan bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Seperti yang diungkapkan oleh Waketum Gerindra Arief Poyuono, Gerindra ingin tetap menjadi partai yang kritis terhadap kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

Mungkin, upaya ini juga menjadi cara bagi kubu Prabowo untuk meningkatkan posisi tawar dalam negosiasinya dengan Jokowi. Pasalnya, Mantan Danjen Kopassus tersebut belum juga memberikan selamat pada lawannya dalam Pilpres 2019.

Prabowo sendiri dikabarkan akan segera bertemu dengan Jokowi. Menurut Anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade, rencana tersebut telah diungkapkan oleh Prabowo ketika melakukan pembubaran Koalisi Adil Makmur beberapa waktu lalu.

Terkait hal tersebut, Prabowo juga berjanji akan memberikan kabar pada partai-partai eks-koalisinya mengenai hasil pertemuan tersebut. Bisa jadi, ini menjadi upaya Prabowo untuk tetap melibatkan partai-partai eks-koalisinya guna meningkatkan daya tawarnya.

Pada akhirnya, kaukus dan partai-partai eks-koalisinya menjadi upaya dari mereka untuk menyeimbangkan posisinya terhadap Jokowi yang juga tetap melibatkan partai-partai koalisinya dalam negosiasi yang disebut-sebut tengah dalam proses.

Jika benar begitu, lirik rapper Drake pun menjadi relevan. Bisa jadi, ini upaya kubu Prabowo untuk menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya terhadap Jokowi. Menarik untuk dinanti kelanjutannya. (A43)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

More Stories

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?