HomeDuniaKemesraan RI-Australia Jangan Cepat Berlalu

Kemesraan RI-Australia Jangan Cepat Berlalu

Kunjungan kenegaraan dan berbagai pertemuan telah memberikan hasil konkret, di antaranya di bidang ekonomi, politik, hukum, keamanan, serta peningkatan hubungan rakyat dengan rakyat dari kedua negara.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Pasang surut suhu dalam hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Australia  sering berlangsung. Misalnya, yang terbaru, pada awal 2017, terjadi satu kasus yang terkait dengan pelecehan Pancasila oleh seorang tentara Australia, sehinga TNI menghentikan satu kerja sama antara TNI dan Australia Defence Force (ADF).

Pada saat itu Presiden Joko Widodo meminta agar masalah tersebut diselesaikan secara tuntas oleh kedua belah pihak. “Ini masalah biar di-clear-kan dulu, karena juga masalah itu di tingkat operasional. Tapi, ini masalah prinsip,” kata Jokowi, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Air Chief Marshal Mark Biskin telah melayangkan surat kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa persoalan ini akan ditangani secara serius. Ia berkata, pihaknya akan menginvestigasi masalah pelecehan itu, sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Pertahanan Australia, minister.defence.gov.au, Rabu (1 Februari 2017).

Pada akhirnya, sesuai jadwal kenegaraan, Presiden Jokowi bersama beberapa menteri melakukan kunjungan ke Australia, (24-26 Februari 2017). Dalam pembicaraan Presiden Jokowi dan PM Australia Malcolm Trunbull dicapai kesepakatan untuk melanjutkan kembali kerja sama pertahanan dan militer.

Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden RI, Bey Machmudin, mengatakan, kunjungan kenegaraan dan berbagai pertemuan telah memberikan hasil konkret, di antaranya di bidang ekonomi, politik, hukum, keamanan, serta peningkatan hubungan rakyat dengan rakyat dari kedua negara.

Hal ini juga  disampaikan Menteri Luar Negeri  Retno Marsudi di International Convention Center di Sydney, Australia, Minggu (26/2).

Baca juga :  Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

“Tapi, tentunya satu hal yang perlu selalu kita lakukan adalah apa pun “arrangement” yang akan kita lakukan  dasar utamanya adalah kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Retno.

“Kedua belah  pihak juga sepakat untuk memperkuat  kerja sama melalui pilar “two plus two” dan  kerja sama antara Menko Polhukam dan Jaksa Agung dalam membentuk ministerial council,” ujarnya.

Pada diplomasi santai antara Presiden Jokowi dan PM Turnbull, kedua pihak sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing negara. Hal ini sungguh suatu kemajuan lagi, untuk menjalin hubungan yang lebih mesra  tanpa muncul gesekan-gesekan politik yang akan menaikkan suhu. Semoga kemesraan kedua negara jangan cepat berlalu. (Berbagai sumber/G18).

spot_imgspot_img

#Trending Article

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...