HomeCelotehComeback Susi “Sikat” Jokowi?

Comeback Susi “Sikat” Jokowi?

“So many friends turn to enemies” – Big Sean, penyanyi rap asal Amerika Serikat


PinterPolitik.com

Kalau kalian ingin melihat pertunjukan yang seru tentang seseorang yang sengaja dibuang dari perkumpulan kemudian datang kembali sebagai lawan, maka sepak bola adalah mediumnya. Sini kuceritakan.

Pada tahun 1973, tepatnya pada tanggal 27 April,  pemain hebat Eropa yang bernama Dennis Law dibesarkan oleh Manchester United (MU) yang sebelumnya digadang-gadang sebagai jimat kemenangan bagi Old Trafford justru menjadi petaka bagi tim berjuluk Setan Merah. Kala itu, Law menjadi aktor utama di balik kekalahan yang berdampak pada terdegradasinya MU.

Law yang musim sebelumnya berseragam MU pada pertandingan ini harus berganti baju kesebelasan milik Manchester City, cuy, alias klub tetangga. Kisah Law ini menjadi alegori pembalasan dendam sang mantan secara profesional, pasalnya Law yang membawa kejayaan MU justru dijual ke klub tetangga itu dengan status bebas transfer. Hadeuh, gak menghargai blas.

Tetapi, semarah apa pun Law kepada manajemen MU, tetap saja hati doi selalu abadi buat tim mantan. Buktinya, patung doi bersama dua kawannya masih berdiri kokoh tak tertandingi di depan stadion Old Trafford.

Sekilas kisah di atas menginspirasi tulisan kali ini, gaes, yakni kisah tentang Ibu Susi Pudjiastuti, cuy. Pasalnya, doi kan pernah membanggakan tim kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode pertama. Dengan segala kemampuan dan kegigihannya, sampai-sampai doi mendapat julukan sebagai Aquawoman gengs. Indonesia akhirnya punya superhero versi lokal ya, gengs. Hehehe.

https://www.instagram.com/p/B_UN45Xh7Ru/

Setelah Ibu Susi tidak lagi bekerja untuk Presiden Jokowi, bukan berarti nganggur lho ya. Yaelah, pekerjaan buat mengabdi bagi bangsa dan negara kagak melulu harus jadi menteri, cuy. Ye kan?

Baca juga :  The Presidents’s Sons: Didit vs Gibran

Nah, Bu Susi saat ini memilih untuk membantu negaranya lewat jalur lain, cuy. Maka, tidak heran kalau suara Aquawoman masih lantang, termasuk saat mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. Terlebih, soal rapuhnya sisi transparansi dan integritas pendidikan.

Selain dua hal itu, yang jadi keresahan Bu Susi juga soal permainan politik di Indonesia yang semakin gak karuan liarnya, cuy. Coba simak omongannya doi. “Apa yang berbeda dari negara maju dan berkembang adalah kontrol sosial. Kontrol sosial di negara maju itu lebih kuat. Itu juga sudah telah ditetapkan bertahun-tahun yang lalu, bahkan berabad-abad yang lalu,” ucapnya.

Mantap kali Tante Susi ini. Sebenarnya sih, bagus ya, gengs. Di samping kesibukan doi sebagai pebisnis ternyata masih mau mencurahkan pikirannya untuk bangsa dan negaranya. Tapi, ngomong-ngomong, ada apa nih, bu? Sudah tidak jadi menteri kok keras sama Presiden Jokowi?

Memang sih, Bu Susi ini kan dulu juga terlibat aktif dalam kabinet. Sudah tentu doi paham tentang ke-riweuh-an dan kerikil-kerikil pemerintahan. Makanya, doi akhir-akhir ini memberikan beberapa kritik pedas.

Tapi, ngomong-ngomong, jangan terlalu keras, Bu, kritiknya kepada Presiden Jokowi. Doi kan lagi pusing tuh ngurusin masalah Covid-19 dan kabinetnya yang sedikit amburadul. Upsss. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Megawati Sukses “Kontrol” Jokowi?

“Extraordinary claims require extraordinary evidence” – Carl Edward Sagan, astronom asal Amerika Serikat (AS) PinterPolitik.com Gengs, mimin mau berlagak bijak sebentar boleh, ya? Hehe. Kali ini, mimin mau berbagi pencerahan tentang...

Arief Poyuono ‘Tantang’ Erick Thohir?

“Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata” – Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN PinterPolitik.com Gengs, kalian...

Sri Mulyani ‘Tiru’ Soekarno?

“Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya” – Soekarno, Proklamator Indonesia PinterPolitik.com Tahukah kalian, apa yang menyebabkan Indonesia selalu...