HomeBelajar PolitikGatot Kangen Merapat ke Istana?

Gatot Kangen Merapat ke Istana?

“Bukan apa-apa, tapi memang saya ingin rapim ini sekali-sekali kita lakukan di sini, kan nggak ada salahnya.” ~ Joko Widodo


PinterPolitik.com

[dropcap]D[/dropcap]i sebuah kota bernama Dreamland, hiduplah seorang lelaki bernama Iim. Ia mengaku di hadapan orang bahwa dirinya adalah generasi milenial yang melek akan politik negeri.

Suatu sore, Iim bersama teman sebayanya, Nana duduk di pinggir pantai bercengkrama sambil menunggu matahari pamit dari senjanya yang indah. Memang di setiap senja Iim selalu berdua dengan Nana minum es kelapa saling bertukar cerita sebelum pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat dan kembali mengerjakan tugas kuliahnya.

Sore ini, Iim yang biasa aktif mengeluarkan pendapat terlihat sangat kaku. Lantas Nana melontarkan pertanyaan kepada Iim.

Nana: “Im, kenapa kok tumben kamu diam-diam aja. Biasanya kamu yang paling bersemangat memulai topik pembicaraan tentang politik.”

Iim: “Hmm, iya nih Na. Aku lagi bingung kenapa ya kalau orang penting sekelas Mantan Panglima Perang kita yang namanya Jenderal Gargadot pergi ke Istana Negara untuk memenuhi undangan malah dikira memberikan dukungan politik. Apa mungkin ya orang-orang pada punya analisa secetek itu?”

Nana: “Kalau menurut aku sih Im, kedatangan Jenderal Gargaldot ke Istana memang sebuah pertanda deh kalau dia memberi dukungan kepada presiden. Soalnya ini bukan hanya sekali loh Im. Dulu juga kan ada partai politik oposisi yang pakai fotonya doi untuk kampanye di baliho. Tapi apa? Diprotes kan sama Gargaldot. Bisa jadi dong ini sudah ada dua bukti kalau seluruh mantan angkatan bersenjata, termasuk Gargaldot mendukung presiden?”

Iim: “Hmmm, jadi kalau menurut kamu datangnya Gargaldot ke Istana bersama mantan petinggi yang lainya itu sedang deklarasi memberikan dukungan secara tertutup?”

Nana: “Bisa jadi, Im.”

Iim: “Kalau apa yang kamu prediksikan itu benar terjadi, berarti presiden dan mereka yang datang pada enggak tahu aturan dong?”

Nana: “Kok bisa?”

Iim: “Iya bisa dong, kan Istana Negara harus independen dan netral. Di Istana Negara kan harusnya bicara soal human interest. Di situ berarti menyalahgunakan aset dong?”

Nana: “Yeh Im, namanya kan dugaan aja.” Click To Tweet

Iim: “Iya sih, tapi kayaknya enggak mungkin deh kalau dua prediksi itu dijadikan dugaan bahwasanya para mantan jenderal memberi dukungan pada presiden untuk kampanye. Mungkin kalau memberikan dukungan kepada presiden dalam melakukan tugas negara bisa masuk akal sih, tapi kalau kampanye hmmm.”

Nana: “Atau mungkin aja Im, Jenderal Gargaldot datang ke Istana bukan hanya sekadar melegkapi pangilan kenegaraan. Tapi doi ke Istana juga sembari curhat begini: ‘Aduh boss, ternak ayam susah juga ya. Bisa kali nih kalau menang lagi di periode kedua saya jadi menteri’”.

Iim: “Wkwkwk, bisa jadi sih. Jadi intinya Gargaldot datang ke istana bisik-bisik minta posisi ya? Bisa aja kamu suudzonnya Na! Udah ah, jangan diterusin. Dosa woi, dosa! Mending kamu baca deh ungkapannya Oliver Wendell Holmes ini: Dosa memiliki banyak alat, tetapi dusta adalah pegangan yang cocok untuk mereka semua.” (G35)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Kuda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...