HomeNalar PolitikSiap-siap, Uang Kuliah di Kampus Negeri Naik!

Siap-siap, Uang Kuliah di Kampus Negeri Naik!

Ketidakadilan muncul karena uang kuliah yang dibayar mahasiswa jumlahnya sama, baik yang orang tuanya berpenghasilan Rp 10 juta maupun Rp 100 juta. Seharusnya ada kelonggaran batas atas untuk mengakomodasi masyarakat berpenghasilan sangat tinggi.


pinterpolitik.com

YOGYAKARTA – Siap-siap, biaya pendidikan di kampus negeri bakal semakin mahal. Terdapat sebelas perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN BH) yang berencana menaikkan uang kuliah tunggal (UKT). Kenaikan tarif itu berlaku khusus untuk kelompok atau kelas yang paling mahal. Berikut adalah rincian jumlah UKT dari 11 PTN tersebut.

Uang Kuliah di Kampus Negeri Naik

Adapun skema penetapan UKT dibagi dalam beberapa kelompok. Ada kampus yang menetapkan pengelompokan besaran uang kuliah hingga tujuh jenis, ada pula yang di bawah tujuh. Nantinya setiap mahasiswa baru akan dimasukkan ke dalam kelompok tertentu sesuai dengan kondisi ekonomi keluarganya.

Rektor UGM, Dwikorita Karnawati (Foto: beritasatu.com)

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa rencana kenaikan uang kuliah itu masih dalam tahap pembahasan. Karena berstatus PTN BH, kebijakan soal UKT cukup ditetapkan oleh internal kampus.

Kenaikan UKT ini khusus hanya untuk kelompok paling atas. Penetapan ini dimaksudkan untuk tetap menjaga rasa keadilan. Dwikorita mencontohkan bahwa UKT paling atas diberlakukan untuk mahasiswa baru yang penghasilan orang tuanya Rp 10 juta sampai Rp 100 juta per bulan. Hal tersebut menurutnya tidak adil.

Ketidakadilan tersebut muncul karena uang kuliah yang dibayar mahasiswa jumlahnya sama, baik yang orang tuanya berpenghasilan Rp 10 juta maupun Rp 100 juta. Seharusnya ada kelonggaran batas atas untuk mengakomodasi masyarakat berpenghasilan sangat tinggi.

Dwikorita mengungkapkan, 70 persen mahasiswa UGM berasal dari keluarga kurang mampu. Karena itu, tidak perlu khawatir rencana kenaikan uang kuliah bakal dimanfaatkan kampus sebagai ajang mencari uang. Dia menegaskan bahwa UGM akan terus menjadi kampus kerakyatan.

Baca juga :  Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Di lain tempat, rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga menjabat Ketua Umum Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Herry Suhardiyanto mengatakan, usulan kenaikan uang kuliah masih menjadi kajian internal kampus. Sejauh ini belum ada penetapan resmi UKT untuk mahasiswa baru tahun akademik 2017–2018.

Kemenristekdikti juga belum memastikan akan meloloskan usulan kenaikan tersebut. Namun, sudah ada tanda-tanda bahwa usulan tersebut akan disetujui. Sekjen Kemenristekdikti Ainun Naim menyatakan, yang terpenting besarnya uang kuliah itu terjangkau sehingga masyarakat miskin juga tetap bisa mengakses pendidikan.

Di lain kesempatan, pemerhati pendidikan tinggi sekaligus mantan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Satrio Soemantri Brojonegoro mengungkapkan, besaran uang kuliah termahal sebaiknya tetap memiliki batasan, bahkan seharusnya tidak perlu dinaikkan. Jika ada orang tua mahasiswa yang ingin menyumbang, sebaiknya dibuatkan skema baru, misalnya berupa sumbangan di luar UKT. Satria mengungkapkan bahwa orang tua yang kaya raya itu bisa menyumbang melalui dana abadi kampus, dana pembangunan laboratorium, atau sejenisnya.

Meski berstatus PTN BH, kampus-kampus tersebut adalah aset negara. Bukan seperti kampus swasta yang bisa menetapkan uang kuliah sendiri-sendiri. Menurut Satrio, menaikkan uang kuliah untuk masyarakat kaya dikhawatirkan membuat kampus berubah halauan. Dari yang semula harus fokus mendidik menjadi sibuk mencari mahasiswa kaya. “Martabat kampus harus dijaga,” kata guru besar ITB itu.

Pemerintah sebaiknya menetapkan rata-rata batas atas uang kuliah se-Indonesia. Nominal tersebut kemudian dikurangi dengan rata-rata kemampuan membayar masyarakat setempat. Nah, kekurangannya menjadi tanggungan pemerintah. Sebab, PTN itu adalah aset pemerintah.

Wacana kenaikan uang kuliah di kampus negeri ini dikhawatirkan akan melahirkan gelombang protes dan penolakan. Kampus negeri seharusnya tidak membeda-bedakan mahasiwanya. Kalau memang orang kaya ingin membayar lebih, maka tidak perlu difasilitasi melalui uang kuliah. Mekanisme sumbangan saja yang dipakai. Jika difasilitasi melalui uang kuliah, maka akses untuk jurusan kelas atas yang ‘dimahalkan’ itu tidak bisa dinikmati oleh masyarakat kelas bawah. Oleh karena itu, wacana kenaikan ini perlu dipikirkan lagi. (Jwaps/S13)

Baca juga :  Gibran, Wapres Paling Meme?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Apa Siasat Luhut di Kewarganegaran Ganda?

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan agar kewarganegaraan ganda untuk diaspora Indonesia diperbolehkan. Apa rugi dan untungnya?

Budi Gunawan Menuju Menteri Prabowo?

Dengarkan artikel ini: Nama Kepala BIN Budi Gunawan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon menteri yang “dititipkan” Presiden Jokowi kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Hal...

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

More Stories

Budi Gunawan Menuju Menteri Prabowo?

Dengarkan artikel ini: Nama Kepala BIN Budi Gunawan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon menteri yang “dititipkan” Presiden Jokowi kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Hal...

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.