HomeCelotehLSI: Jokowi Bukan Ahok

LSI: Jokowi Bukan Ahok

“Apa yang kita lihat sangat bergantung pada apa yang kita cari.” ~Sir John Lubbock


PinterPolitik.com

[dropcap]L[/dropcap]SI Denny JA baru aja mengeluarkan hasil survei terbaru nih. Kali ini tekait dampak Reuni 212 elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Penasaran?

Survei dilakukan seusai Reuni 212, yakni pada 5-12 Desember 2018 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden 1.200 orang dan margin of error-nya 2,8 persen.

Dari survei tersebut, ternyata diketahui lima alasan kenapa Reuni 212 tidak berdampak pada elektabilitas pasangan capres-cawapres. Pasangan Jokowi-Ma’ruf cenderung stagnan, sedangkan Prabowo-Sandiaga agak turun sedikit. Aneh ya? Padahal Reuni 212 itu kan banyak disebut berafiliasi dengan pasangan nomor urut 02.

Jokowi memang bisa di-Ahok-Ahokan? Mana bisa? Click To Tweet

Jadi, menurut temuan LSI, ada lima alasan mengapa Reuni 212 nggak punya efek elektoral yang signifikan pada kedua capres. Apa ya?

Mayoritas pemilih yang suka dengan Reuni 212 ternyata memiliki sikap yang sulit dipengaruhi Rizieq Shihab, terutama terkait soal NKRI bersyariah dan seruan ganti presiden. Disebutkan hanya 12,8 persen dari penyuka Reuni 212 yang mendukung konsep tersebut. Sementara itu, terkait seruan ganti presiden, mayoritas responden yang menyukai Reuni 212 tetap melabuhkan dukungan ke Jokowi-Ma’ruf.

Alasan kedua, karena ada yang datang ke Prabowo karena Reuni 212, tapi ada juga yang pergi karena acara tersebut.

Ketiga, publik ternyata masih merasa puas atas kinerja Pakde Jokowi sesudah Reuni 212, nggak banyak berubah, yakni sebesar 72,1 persen.

Selain itu, kemunculan Ma’ruf di samping Jokowi konon menjadi jangkar untuk pemilih muslim. Sekitar 65,8 persen pemilih setuju bahwa simbol Islam nggak bisa digunakan untuk menggerus dukungan Islam ke Jokowi karena cawapresnya ulama.

Baca juga :  Puan yang Nggak Direstui

Nggak cuma itu, alasan terakhirnya adalah, Reuni 212 dianggap nggak bisa dijadikan sebagai alat untuk mendiskreditkan Jokowi, seperti Aksi 212 sebagai sikap atas kasus penistaan agama yang menimpa Ahok. Aksi 212 yang fenomenal pada 2016 itu berlangsung menjelang Pilgub DKI 2017 dan dianggap sebagai salah satu elemen suksesnya Anies Baswedan-Sandiaga Uno dari petahana kala itu, Ahok-Djarot Saiful Hidayat.

Ya, Jokowi berbeda dengan Ahok. Gerakan 212 efektif menurunkan elektabilitas Ahok karena isu ‘Ahok tersangka dengan tuduhan penistaan agama’, sementara itu Jokowi bukan common enemy bagi pemilih muslim.   Nah loh, kalau sudah begini, mungkin harus ada cara lain agar Jokowi bisa digerus elektablitasnya. Ada ide?  (E36)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Abdi Negara Terbelenggu Kemiskinan?

"Oemar Bakri, Oemar Bakri, pegawai negeri…” ~Lirik Lagu Oemar Bakri -  Iwan Fals PinterPolitik.com Jadi pegawai negeri itu merupakan impian banyak orang. Pokoknya jadi PNS itu...

Luhut Panjaitan Memeluk Orba

"Luka tidak memiliki suara, sebab itu air mata jatuh tanpa bicara." ~Dilan 1990 PinterPolitik.com Orde Baru masih menjadi sejarah yang amat menakutkan dari sebagian besar masyarakat....

Ma’ruf Amin yang Terbuang?

"Sebagai kekasih, yang tak dianggap aku hanya bisa mencoba mengalah. Menahan setiap amarah…” ~Lirik Lagu Kekasih yang Tak Dianggap – Kertas Band PinterPolitik.com Jika di dunia...