Pinter EkbisPenjelasan Panas "Derajat Naik Terus"

Penjelasan Panas “Derajat Naik Terus”


socioloop.co

Beberapa hari terakhir, Indonesia mengalami cuaca yang sangat panas dengan suhu melebihi 30 derajat Celsius. Fenomena ini menjadi sorotan dan menyulitkan masyarakat, terutama yang tinggal di daerah yang terkena dampaknya.

Pekan kemarin, akun Instagram Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu maksimum tertinggi mencapai 37,9 derajat Celsius di beberapa wilayah. Sementara itu, suhu terendah tercatat di sekitar 35,2 derajat Celsius.

Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menjelaskan bahwa suhu tinggi ini adalah dampak dari beberapa faktor, salah satunya adalah kondisi langit yang sering cerah tanpa awan.

Selama bulan September 2023, suhu maksimum melebihi 30 derajat Celsius selama 12 hari. Hal ini cukup signifikan karena biasanya suhu maksimum di bawah 30 derajat Celsius.

Faktor lain yang memengaruhi cuaca ekstrem ini adalah perubahan dalam kondisi awan, di mana awan-awan yang terbentuk menjadi tipis dan mudah meluruh. Radiasi matahari yang terserap oleh atmosfer menjadi lebih maksimal pada saat langit cerah, dan ini mengakibatkan suhu udara meningkat.

Selain itu, peningkatan suhu juga dapat disebabkan oleh perubahan iklim global. Data menunjukkan bahwa suhu di wilayah Indonesia telah meningkat pesat dalam dekade terakhir. Ada kenaikan suhu mencapai 4 derajat Celsius pada bulan Juli, yang merupakan salah satu bulan dengan suhu global tertinggi.

Erma juga menjelaskan bahwa fenomena El Niño dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif ikut berkontribusi dalam cuaca panas ini. Kondisi minim awan akibat dua fenomena ini menyebabkan udara menjadi lebih kering.

Efek dari kondisi cuaca yang panas ini adalah meningkatnya risiko kebakaran hutan, peningkatan suhu maksimum pada siang hari, kelembapan minimal, polusi udara yang bertahan lebih lama, dan risiko kejadian kebakaran yang lebih besar dan cepat meluas.

Untuk mengatasi cuaca panas yang ekstrem ini, tindakan perlu diambil, termasuk peringatan dini terkait bahaya El Niño, pengelolaan sumber daya air yang efisien, dan upaya konservasi untuk mengurangi emisi karbon.

Saat ini, Indonesia mengalami dua fenomena iklim, yaitu El Niño dan IOD positif, yang berkontribusi pada musim kemarau yang lebih ekstrem dan panjang. Cuaca ekstrem seperti ini menekankan pentingnya perencanaan adaptasi dan mitigasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang semakin nyata. (Oleh: Rania Husein)

Exclusive content

Latest article

More article