Pinter EkbisMenelusuri Jejak Sejarah di Tanah Kelahiran Kopi

Menelusuri Jejak Sejarah di Tanah Kelahiran Kopi


socioloop.co

Ketika kita menyeduh secangkir kopi di pagi hari, sedikit di antara kita yang menyadari bahwa biji kopi yang kita nikmati memiliki akar sejarah yang mendalam di Etiopia, tanah kelahiran kopi.

Etiopia tidak hanya dikenal sebagai produsen kopi terbaik di dunia tetapi juga memiliki tradisi dan ritual kopi yang kaya dan bersejarah. Mari kita jelajahi perjalanan kopi di tanah ini, dari sejarah awalnya hingga cara tradisional penyajiannya.

Legenda populer mengenai asal-usul kopi berasal dari Etiopia, dengan cerita tentang seorang gembala bernama Kaldi.

Dikisahkan, Kaldi menemukan kopi setelah melihat kambing-kambingnya menjadi lebih berenergi setelah memakan buah dari pohon tertentu.

Penemuan ini akhirnya menyebar ke biarawan di biara lokal, yang mulai merebus buah-buah tersebut untuk membuat minuman yang membantu mereka tetap terjaga semalaman saat beribadah.

Dari momen inilah, kopi mulai dikenal dan menyebar ke berbagai wilayah di Etiopia dan akhirnya ke seluruh dunia.

Penyajian kopi di Etiopia adalah proses yang rumit dan ritualistik. Proses ini dikenal sebagai “Buna”, dan melibatkan beberapa Langkah. Biji kopi yang belum dipanggang akan dipanggang di atas kompor atau api terbuka hingga berwarna gelap.

Selama proses ini, biji kopi akan terus diaduk untuk memastikan pemanggangan merata. Setelah dipanggang, biji kopi digiling menggunakan alat penggiling tradisional atau lesung batu.

Biji kopi yang sudah digiling kemudian diseduh dengan air panas dalam sebuah teko khusus yang disebut “jebena”. Penyeduhan membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Ritual minum kopi di Etiopia adalah kegiatan sosial yang mendalam. Bukan hanya sekedar aktivitas mengonsumsi kafein, tetapi juga saat di mana teman dan keluarga berkumpul untuk berbagi cerita dan berkomunikasi.

Baca juga :  Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Sebuah sesi Buna biasanya melibatkan tiga putaran penyajian kopi: Abol (putaran pertama), Tona (putaran kedua), dan Baraka (putaran ketiga).

Dengan setiap putaran, kopi menjadi semakin ringan. Dipercayai bahwa Baraka, atau putaran terakhir, memberkati peminum dengan keberuntungan.

Kopi biasanya disajikan dengan gula atau kadang-kadang dengan garam atau mentega di beberapa wilayah Etiopia. Untuk menemani kopi, mungkin juga disajikan camilan seperti popcorn atau roti tradisional.

Kopi, bagi Etiopia, bukan hanya produk ekspor atau minuman. Ini adalah bagian integral dari budaya dan sejarah mereka.

Ritual Buna menunjukkan betapa mendalamnya penghargaan masyarakat Etiopia terhadap kopi dan betapa pentingnya momen berbagi dengan komunitas.

Saat kita menikmati secangkir kopi Etiopia, kita tidak hanya menikmati rasa dan aroma, tetapi juga sejarah dan tradisi panjang dari tanah kelahiran kopi. (A49)

Exclusive content

Latest article

More article