Pinter EkbisKisah Epik Pecah Kongsi Bisnis Mie 

Kisah Epik Pecah Kongsi Bisnis Mie 


PinterEkbis

Dalam perjalanan Djajadi Djaja sebagai salah satu pendiri PT Sanmaru Food yaitu merek Indomie, menghadirkan dinamika bisnis yang sangat menarik. 

Djajadi Djaja adalah salah satu tokoh utama dalam pendirian PT Sanmaru Food bersama dengan koleganya, seperti Wagyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. Perusahaan ini berada di bawah payung Grup Djangkar Djati yang didirikan oleh Djajadi Djaja pada tahun 1964. 

Pada sekitar 80-an, Anthony Salim, seorang pengusaha ternama, mengajukan tawaran kerjasama kepada Djajadi Djaja. Tujuan tawaran ini adalah untuk menghindari persaingan langsung yang sulit dengan Djajadi Djaja. 

Namun, Djajadi Djaja menolak tawaran tersebut, meskipun sadar bahwa bersaing dengan Salim di era Orde Baru adalah tantangan yang serius. 

Penolakan Djajadi Djaja terhadap tawaran tersebut memicu munculnya merek pesaing, yaitu “Sarimi,” yang menjadi pesaing utama bagi Indomie. Salim berani menginvestasikan jumlah uang besar, termasuk biaya fantastis hingga US$ 10 juta, untuk memasarkan produk Sarimi dengan harga yang lebih rendah daripada Indomie. 

Hasilnya, strategi ini berhasil, dan Sarimi berhasil memenangkan persaingan, menguasai 40 persen pangsa pasar mi instan di Indonesia. Kesuksesan ini memberi Salim keyakinan untuk kembali mengajukan proposal kerjasama kepada Djajadi Djaja. 

Pada kesempatan ini, Djajadi Djaja akhirnya terpaksa mengakui keunggulan Salim. Mereka setuju untuk membentuk perusahaan patungan yang dikenal sebagai PT Indofood Interna pada tahun 1984. 

Di perusahaan ini, Djajadi Djaja memiliki 57,5 persen saham, sedangkan Salim memiliki 42,5 persen saham. Sementara itu, posisi CEO masih dipegang oleh Hendy Rusli, seorang individu yang dekat dengan Djajadi Djaja. 

Keputusan ini mencerminkan strategi bisnis umum yang digunakan oleh Grup Salim yaitu monopoli dagang, yang melibatkan manajemen bersama dengan mitra bisnis dalam kerangka grup usaha. Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keahlian teknis dari mitra bisnis di bidang mereka masing-masing dan mencari dukungan finansial serta memperluas gurita bisnisnya. 

Dalam kasus PT Indofood Interna praktik monopoli eolah berhasil, memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya menguasai pasar mie namun bisnis gandum dan bahkan mengakuisisi merek pesaing, seperti Supermi dari PT Lima Satu Sankyu. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran kepemilikan dan pengendalian dari Djajadi Djaja ke Salim Group. (Oleh: Rania Husein)

Exclusive content

Latest article

More article