BerandaHeadlineWaspada Kuda Hitam Anies-Cak Imin

Waspada Kuda Hitam Anies-Cak Imin

Banyak yang mempertanyakan apakah poros Anies Baswedan akan berperforma dengan baik di Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres). Salah satu kecurigaan terbesarnya berangkat dari dugaan-dugaan penjegalan politik. Namun, apakah mungkin Anies justru menyimpan satu senjata yang bisa membalikkan keadaan? 


“Politics is war without bloodshed while war is politics with bloodshed.” – Mao Zedong, pendiri Republik Rakyat Tiongkok 

PinterPolitik.com 

Semakin kita mendekati Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres), semakin banyak pula dinamika politik yang menarik untuk kita soroti. Salah satunya tentu adalah persoalan tarik ulur keseimbangan kekuatan politik antara para bakal calon presiden (bacapres) yang bakal bertanding, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan tentunya Prabowo Subianto. 

Terkait poros Anies Baswedan, belakangan ada satu topik yang sepertinya sangat menarik untuk kita bahas, yaitu gejolak permasalahan yang sekarang sedang mengguncang partai pengusungnya, Partai Nasdem. 

Yap, setelah sebelumnya Nasdem terguncang oleh penetapan tersangka KPK kepada Johnny G. Plate, kader Nasdem yang menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), kini kader Nasdem lain, yakni Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang menjabat sebagai Menteri Pertanian (Mentan), juga ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, terkait dugaan pemerasan jabatan di Kementan. 

Hal ini sontak menjadi perhatian publik, mengingat penetapan-penetapan tersebut terjadi pada “injury time” Pilpres 2024. Akibatnya, tidak sedikit yang menilai ini sebagai bagian dari “penjegalan politik” terhadap poros Anies.  

Namun, andai saja narasi itu memang benar, pertanyaannya adalah, kenapa SYL perlu menjadi “peluru kedua” untuk menyakiti Nasdem? Tidak-kah Plate cukup menjadi serangan politik bagi Anies, Nasdem, dan Surya Paloh? 

image 2


AMIN adalah Gabungan Tradisional dan Moderat? 

Pada tanggal 4 Oktober 2023, Wakil Ketua Umum (Waketum) PKB, Jazilul Fawaid, menghadiri acara maulid dan deklarasi Jaringan Relawan Anies (Jawara) di Jakarta Selatan, ia menyampaikan pernyataan yang cukup menarik.  

Baca juga :  Anies vs Prabowo, Perang Wibu 2024?

“Insya Allah pasangan AMIN menang satu putaran, siapapun lawannya,” katanya.  

Walau ucapan dari Jazilul tadi kemungkinan besar hanya sebagai pemberi semangat semata, menarik juga sebetulnya untuk kita bayangkan, apakah kira-kira Anies dan porosnya memiliki satu senjata rahasia yang mungkin bisa membuat para lawannya begitu takut? Well, kalau kita lihat Anies dan Cak Imin sebagai dua variabel yang kemudian “dipolimerisasi” atau digabungkan, mungkin sebetulnya senjata itu memang ada.  

Dan itu adalah potensi pemilih kalangan Islam yang luar biasa. 

Anies adalah politisi yang selalu direkatkan dengan identitas Islam. Bahkan, tidak hanya itu, Anies sebenarnya cukup diidentikkan dengan pemilih Islam yang, katakanlah, tradisional. Kita bisa lihat sendiri bagaimana dalam Pemilihan umum Gubernur (Pilkada) Jakarta 2017, Anies berhasil menggaet ribuan massa yang marah akibat kasus Kasus dugaan penistaan agama di Indonesia yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

Lalu, di sisi lain, Cak Imin bisa dipersepsikan sebagai sosok yang cukup berlawanan, yakni politisi Islam yang moderat. Partainya, PKB, adalah salah satu partai berbasis Islam di Indonesia yang paling gencar melakukan proses modernisasi. Kemudian, PKB juga memiliki akar yang cukup kuat di Nahdlatul Ulama, organisasi Islam Indonesia yang selalu mengedepankan ke-moderat-an. 

Menariknya, perbedaan ini sepertinya berpotensi menjadi sinergi yang sangat kuat. Hal tersebut karena bersatunya Anies dan Cak Imin sebetulnya adalah simbol bahwa kekuatan kalangan Islam tradisional dan Islam moderat telah bergabung di satu poros.  

Hal ini bisa jadi jawaban yang lebih menarik bila kita mengingat dua poros pemilih tersebut pada Pemilu 2019 adalah poros yang berlawanan. Pemilih moderat beralih ke Jokowi Ma’ruf-Amin, sementara pemilih tradisional ke Prabowo-Sandi. Dengan demikian, AMIN sebetulnya bisa menjadi satu-satunya poros yang dapat merangkul pemilih kalangan Islam moderat dan Islam tradisional untuk Pilpres 2024. 

Baca juga :  Perang Dunia Ketiga di Tangan Jepang? 

Namun, sepertinya bukan hanya itu senjata rahasia yang dimilikki AMIN, sehingga porosnya seakan begitu ditakuti. Lantas, senjata apalagi yang kira-kira dimiliki Anies? 

image 3

Yang Tidak Puas dengan Jokowi Sebetulnya Banyak? 

Ada satu variabel menarik terkait peta politik tiga bacapres yang perlu kita simak. Variabel ini mampu jadi penentu nasib Anies sebagai potensi “kuda hitam” pada Pilpres 2024. 

Variabel tersebut merupakan hasil temuan dari survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian berbasis di Australia, yaitu Utting Research. Dalam survei yang dilakukan pada tanggal 12-17 Juni 2023, Utting Research menemukan bahwa ternyata hanya 18 persen dari responden yang menyatakan keinginan untuk melanjutkan program pemerintahan Jokowi secara keseluruhan. 

Sementara itu, sebanyak 81 persen dari responden menyatakan dukungan terhadap perubahan, 61 persen menginginkan kelanjutan dengan adanya perubahan, dan 20 persen menginginkan perubahan total. 

Apabila hasil survei ini dapat dianggap mewakili pendapat masyarakat secara umum, maka narasi “perubahan” yang diusung oleh Anies Baswedan tampaknya mendapatkan dukungan yang signifikan dari kalangan grassroot.  

Oleh karena itu, bila benar masyarakat luas menginginkan perubahan terhadap situasi dan program saat ini, peluang Anies untuk memenangkan Pilpres 2024 sesungguhnya dapat dikatakan besar. Apalagi, bila digabungkan dengan sinergi pemilih kalangan Islam moderat dan Islam tradisional yang sebelumnya kita bahas. Pantas bila banyak pihak yang menakuti potensi AMIN. 

Tapi tentu, ini semua hanya-lah dugaan belaka, yang berangkat dari kecurigaan kenapa kubu Anies dan Nasdem belakangan mendapat tekanan politik yang begitu besar. Pada akhirnya, jelas bahwa penegakkan hukum harus selalu kita dukung. Semoga saja, kecurigaan-kecurigaan politik yang selama ini kita bayangkan hanya berhenti di tahap asumsi semata. (D74) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Gemoy Effect Prabowo Seperti Bongbong Marcos di Filipina?

Kata “gemoy” menjadi istilah yang tengah naik daun dalam beberapa waktu terakhir, utamanya dikaitkan dengan kampanye Prabowo Subianto. Demam gemoy membuat citra Prabowo menjadi...

Siapa Capres Dukungan CIA di 2024?

Isu tentang kepentingan Amerika Serikat di sekitaran Pilpres 2024 memang menjadi salah satu perdebatan yang menarik di Indonesia. Secara spesifik, poin perbincangannya membawa-bawa nama...

Kritik Megawati, Bumerang Hantam PDIP?

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri seolah mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti era Orde Baru (Orba). Namun, kritik ini tampaknya justru menjadi...

Anies ‘Perubahan’, Prabowo ‘Keberlanjutan’, Ganjar?

Masing-masing capres telah usung temanya masing-masing. Anies bawa Perubahan. Prabowo bawa Keberlanjutan. Bagaimana dengan Ganjar?

Pemilih Bimbang Perlu Belajar Machiavellianisme?

Swing dan undecided voters masih menghantui Pemilu 2024. Tidak sedikit di antara mereka yang bingung memilih karena melihat semua kandidat “sama buruknya”. Bagaimana kita bisa merubah pola pikir yang seperti ini? 

Tetap Pede, Jokowi’s Anomaly?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) unggah foto artikel koran berjudul "Indonesia Builds Superpower Dreams". Menjelang 2024, Jokowi tetap pede?

AS Sudah Tidak Mampu “Jaga” Dunia?

Di era yang awalnya disebut sebagai era perdamaian, kita kini sekarang berhadapan dengan tensi-tensi geopolitik yang semakin berbahaya. Apakah ini merupakan pertanda buruk akan datangnya sebuah mala-bahaya geopolitik global? 

Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?

Salah satu pendiri CSIS Jusuf Wanandi menyebut Pilpres 2024 akan diisi oleh dua paslon. Dengan PDIP secara terang-terangan menginginkan dua paslon, apakah pernyataan Jusuf...

More Stories

Perang Dunia Ketiga di Tangan Jepang? 

Di balik tensi-tensi geopolitik yang sekarang terjadi, masih tersimpan bayang-bayang potensi konflik di Selat Taiwan. Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat (AS) yang paling krusial, bagaimana peran yang akan dipegang Jepang dalam potensi eskalasi geopolitik ini? 

Pemilih Bimbang Perlu Belajar Machiavellianisme?

Swing dan undecided voters masih menghantui Pemilu 2024. Tidak sedikit di antara mereka yang bingung memilih karena melihat semua kandidat “sama buruknya”. Bagaimana kita bisa merubah pola pikir yang seperti ini? 

AS Sudah Tidak Mampu “Jaga” Dunia?

Di era yang awalnya disebut sebagai era perdamaian, kita kini sekarang berhadapan dengan tensi-tensi geopolitik yang semakin berbahaya. Apakah ini merupakan pertanda buruk akan datangnya sebuah mala-bahaya geopolitik global?