BerandaHeadlineSudah Waktunya Megawati Pensiun?

Sudah Waktunya Megawati Pensiun?

Saat melihat PDIP yang seolah “ditinggalkan” kader terbaiknya membuat banyak pihak yang beranggapan bahwa Megawati sebagai Ketua Umum (Ketum) sudah harus melepas jabatannya agar terdapat penyegaran di PDIP.


PinterPolitik.com

Sebagai mantan Presiden dan seorang negarawan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah banyak berkontribusi dalam dunia perpolitikan Indonesia.

Megawati telah aktif di dunia politik sejak menjadi anggota DPR tahun 1987. Karier politiknya mencapai puncaknya ketika dia menjadi Presiden ke-5 RI pada tahun 2001.

Namun, setelah melihat dinamika yang terjadi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, banyak pihak menilai sudah seharusnya Megawati meletakkan jabatannya sebagai Ketua Umum (Ketum) PDIP.

Hal ini mencuat setelah melihat beberapa kader terbaik PDIP memilih untuk keluar karena seolah merasa tidak nyaman dengan berbagai keputusan yang dibuat sang ketum. Salah satunya adalah penunjukkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) 2024.

ada upaya benturkan jokowi dengan megawati

Kader tersebut diantaranya adalah Budiman Sudjatmiko, hingga mungkin saja, Gibran Rakabuming Raka yang memilih merapat ke kubu Prabowo Subianto. Bahkan, Gibran telah ditunjuk sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo.

Selain itu, alasan utama mengapa Megawati harus meletakkan jabatan Ketum PDIP adalah agar generasi muda dalam partai itu memiliki kesempatan untuk memimpin.

PDIP sejatinya memiliki banyak kader muda yang potensial untuk dapat membawa partai itu kearah yang lebih fresh.

Selain itu, dengan pensiun dari politik aktif, Megawati dapat fokus pada isu-isu yang dia pedulikan tanpa harus terikat pada tuntutan politik sehari-hari.

Dia juga dapat mendukung isu-isu seperti pemberdayaan perempuan, pendidikan, dan lingkungan dengan lebih besar dan lebih mendalam.

Lantas, selain faktor diatas, apa yang kiranya membuat Megawati harus meletakkan jabatannya sebagai Ketum PDIP?

Baca juga :  Jusuf Kalla Keliru Soal Jokowi?

Terjebak Delusi Kekuasaan?

Dengan faktor usia yang semakin bertambah, tak dapat dipungkiri adanya perubahan faktor kognitif dalam diri seseorang. Meskipun, penting untuk diingat bahwa teori kognitif lanjut usia ini bersifat umum dan tidak berlaku untuk setiap individu.

Setiap orang mengalami perubahan kognitif dengan cara yang berbeda, tergantung pada faktor-faktor seperti faktor genetik, kesehatan fisik, tingkat aktivitas mental, dan dukungan sosial.

Jika dilihat secara kasat mata, indikasi akan adanya faktor penurunan kognitif di Megawati memang belum terlihat. Namun, tetap ada kecemasan akan terjadinya hal tersebut yang akan berdampak pada PDIP.

Selain itu, ada faktor Megawati yang tampaknya terjebak dalam delusi kekuasaan. Fenomena ini kiranya banyak menyerang para elite politik.

Sebagai orang yang memiliki eksposur yang tinggi dengan adanya kekuasaan dan kekuatan, para elite politik rentan terkena fenomena ini.

Dalam beberapa penelitian, individu yang pernah terekspos dengan kekuatan besar, seperti seorang presiden atau elite politik, berpotensi besar terbuai membalut kekuasaan mereka dengan nilai fiktif.

Penyebabnya sebenarnya cukup sederhana, yakni karena manusia secara naluriahnya kerap berimajinasi dan rakus.

Selain itu, sulit membayangkan diri mereka dalam posisi rendah bila sebelumnya pernah merasakan kekuasaan.

Terkait dengan Megawati, bukan tidak mungkin dirinya sedang terkena fenomena itu. Hal ini bisa dilihat saat dirinya berulang kali melakukan glorifikasi kekuasaan dirinya atau bahkan Soekarno yang merupakan ayahnya.

Hal ini mungkin saja yang membuat beberapa kader dalam tubuh PDIP kian “gerah”, membentuk faksi internal mereka sendiri, bahkan memilih untuk hengkang dari partai berlambang banteng moncong putih itu.

infografis nalar budiman ke prabowo megawati melemah 01

Waktu yang Tepat?

Megawati telah menjabat sebagai Ketua Umum PDIP selama lebih dari dua dekade. Meskipun dia memiliki pengalaman yang luar biasa dalam politik, kepemimpinan yang terlalu lama dalam satu partai dapat mengakibatkan stagnasi.

Baca juga :  PDIP Masih Butuh Jokowi?

PDIP perlu penyegaran dan ide-ide segar untuk tetap relevan dan memenangkan hati pemilih. Dengan perkembangan politik nasional yang semakin dinamis, penting untuk PDIP untuk menyesuaikan hal tersebut.

Terlebih, dunia perpolitikan nasional saat ini banyak didominasi kaum muda, baik dari segi pemilih maupun kaderisasi.

Penting bagi sebuah partai politik untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkembang dan berkontribusi.

Case itu yang sepertinya terlihat dari keputusan Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP, untuk terjun ke politik praktis dan langsung didapuk sebagai Ketum PSI.

PDIP harus memberikan ruang bagi kader muda yang memiliki visi baru dan gagasan segar untuk memimpin partai ke depan. Telebih, Megawati adalah salah satu figur ikonik dalam politik Indonesia.

Namun, meletakkan jabatan sebagai Ketua Umum PDIP tidak berarti menghilangkan warisannya.

Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk menjaga warisan partai dan memastikan bahwa PDI-P tetap menjadi kekuatan politik yang relevan.

Dengan adanya kepemimpinan yang baru, partai kiranya dapat memperkuat prinsip transparansi dan akuntabilitas. Ini akan membantu membangun kepercayaan anggota partai dan pemilih.

Serta, dengan adanya beberapa konflik dalam internal PDIP dalam beberapa tahun terakhir. Pergantian kepemimpinan dapat kemungkinan membantu mengatasi ketidakharmonisan dan memulihkan stabilitas dalam partai.

Well, menarik untuk melihat langkah apa yang akan diambil Megawati selanjutnya setelah melihat adanya ketidakstabilan dalam internal partai yang dipimpinnya. (S83)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
spot_imgspot_img

#Trending Article

Gemoy Effect Prabowo Seperti Bongbong Marcos di Filipina?

Kata “gemoy” menjadi istilah yang tengah naik daun dalam beberapa waktu terakhir, utamanya dikaitkan dengan kampanye Prabowo Subianto. Demam gemoy membuat citra Prabowo menjadi...

Siapa Capres Dukungan CIA di 2024?

Isu tentang kepentingan Amerika Serikat di sekitaran Pilpres 2024 memang menjadi salah satu perdebatan yang menarik di Indonesia. Secara spesifik, poin perbincangannya membawa-bawa nama...

Kritik Megawati, Bumerang Hantam PDIP?

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri seolah mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti era Orde Baru (Orba). Namun, kritik ini tampaknya justru menjadi...

Anies ‘Perubahan’, Prabowo ‘Keberlanjutan’, Ganjar?

Masing-masing capres telah usung temanya masing-masing. Anies bawa Perubahan. Prabowo bawa Keberlanjutan. Bagaimana dengan Ganjar?

Pemilih Bimbang Perlu Belajar Machiavellianisme?

Swing dan undecided voters masih menghantui Pemilu 2024. Tidak sedikit di antara mereka yang bingung memilih karena melihat semua kandidat “sama buruknya”. Bagaimana kita bisa merubah pola pikir yang seperti ini? 

Tetap Pede, Jokowi’s Anomaly?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) unggah foto artikel koran berjudul "Indonesia Builds Superpower Dreams". Menjelang 2024, Jokowi tetap pede?

Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?

Salah satu pendiri CSIS Jusuf Wanandi menyebut Pilpres 2024 akan diisi oleh dua paslon. Dengan PDIP secara terang-terangan menginginkan dua paslon, apakah pernyataan Jusuf...

AS Sudah Tidak Mampu “Jaga” Dunia?

Di era yang awalnya disebut sebagai era perdamaian, kita kini sekarang berhadapan dengan tensi-tensi geopolitik yang semakin berbahaya. Apakah ini merupakan pertanda buruk akan datangnya sebuah mala-bahaya geopolitik global? 

More Stories

Qatar, Pemimpin Baru Negara Arab?

Peran Qatar dalam kawasan Timur Tengah (Timteng) tampaknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Negara ini kini menjadi salah satu negara Arab yang menjadi pemain...

Kritik Megawati, Bumerang Hantam PDIP?

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri seolah mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti era Orde Baru (Orba). Namun, kritik ini tampaknya justru menjadi...

Hamas Rugikan Israel, Tapi Untungkan AS?

Israel diperkirakan akan mengalami kerugian secara ekonomi jika terus melanjutkan serangan mereka ke Jalur Gaza. Hal itu berdasarkan data utang luar negeri Israel melonjak...