HomeNalar PolitikJabar Ogah Terima Beras Impor

Jabar Ogah Terima Beras Impor

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan (Aher) menyatakan bahwa Jabar nggak butuh beras impor karena masih memiliki stok beras yang cukup hingga tiga bulan ke depan. Hm, kalau begini ntar beras impornya mau dikemanain?


PinterPolitik.com

P[dropcap]P[/dropcap]olemik soal impor beras masih berbuntut panjang. Rata-rata semua provinsi di daratan Jawa menolak kebijakkan pemerintah tersebut. Jawa Tengah misalnya, melalui Gubernurnya Ganjar Pranowo menolak impor beras lantaran stok beras masih melimpah. Begitu pula dengan Jawa Timur, melalui Gubernurnya Sukarwo turut menyatakan penolakkan terhadap beras impor.

Sementara itu,Gubernur DKI Jakarta juga kelihatannya menolak kehadiran beras impor. Soalnya hari ini (23/1), ia mengikuti panen raya di daerah Banjir Kanal Timur (BKT), Cakung, Jakarta Timur. Banten juga nggak mau ketinggalan. Melalui Kepala Dinas Pertanian setempat, Agus M Tauchid menyatakan bahwa Banten juga menolak kehadiran beras impor karena saat ini sedang berlangsung panen padi di hampir seluruh daerah Banten.

Aksi senada juga dilakukan oleh Jawa Barat. Melalui Gubernurnya, Ahmad Heryawan alias Aher menolak kehadiran beras impor. Ia menolak lantaran stok beras di Jabar masih melimpah. Nah, kalau kayak gini ngapain impor beras? Au ah, ucing ala uwe mikirinnya.

Duh, duh, kasian amat nasib si beras impor, belum menjejakkan kaki di Indonesia, udah mendapat penolakkan di mana-mana. Hm, nasibnya udah kayak anak yang kelahirannya tak diinginkan, ya? Ckckckckck.

Tentu saja ini menjadi masalah serius, sebab mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Ditambah lagi,  beras sudah mejadi makanan pokok di negeri ini. Bukankah akan jauh lebih bijak, kalau manfaatin hasil panen para petani lokal dari pada harus impor kan? Yah, itung-itung ikut melestarikan produk lokal, atau gimana?

Tapi, semua kembali kepada pemerintah sendiri sih. Apakah akan tetap lanjut impor beras atau malah urung karena sudah mendapat penolakkan di seluruh daerah Jawa? Yang pasti, pemerintah perlu meninjau ulang rencana tersebut. Apakah beras impor memang tengah dibutuhkan di Indonesia atau malah akan mubazir karena masuknya bertabrakan dengan panen raya di nusantara? Untung saya bukan Jokowi ya. (K-32)   

Baca juga :  Gibran Wants to Break Free?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

More Stories

PDIP dan Gerindra Ngos-ngosan

PDI Perjuangan dan Gerindra diprediksi bakal ngos-ngosan dalam Pilgub Jabar nanti. Ada apa ya? PinterPolitik.com Pilgub Jabar kian dekat. Beberapa Partai Politik (Parpol) pun mulai berlomba-lomba...

Arumi, ‘Srikandi Baru’ Puan

Arumi resmi menjadi “srikandi baru” PUAN. Maksudnya gimana? PinterPolitik.com Fenomena artis berpolitik udah bukan hal baru dalam dunia politik tanah air. Partai Amanat Nasional (PAN) termasuk...

Megawati ‘Biro Jodoh’ Jokowi

Megawati tengah mencari calon pendamping Jokowi. Alih profesi jadi ‘biro jodoh’ ya, Bu? PinterPolitik.com Kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu laksana lilin yang bernyala. Lilin...