HomeCelotehMeraba Sebab Pengeroyokan Ade Armando

Meraba Sebab Pengeroyokan Ade Armando

Aksi unjuk rasa mahasiswa pada 11 April 2022 lalu menyisakan momen yang pelik bagi seorang Ade Armando. Bukannya tanpa alasan, saat turun untuk memantau situasi kala itu, beliau menjadi sasaran aksi bulan-bulanan pengeroyokan oleh beberapa pihak yang disinyalir bukan dari unsur mahasiswa.


PinterPolitik.com

Pernahkah kamu berada di posisi ketika dihadapkan oleh tugas ataupun kegiatan yang menumpuk lainnya? Tugas yang overwhelming itu pastinya membuat kita jenuh dan rasanya ingin mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia.

Memang benar dan sudah sepastinya bahwa ketika dikeroyok oleh tugas dan kegiatan yang menumpuk, kita seakan tidak punya pilihan dan tidak dapat berkutik bukan?

Nah, aksi pengeroyokan tadi tidak hanya berlaku untuk konteks tugas yang menumpuk saja, lho. Salah satunya seperti apa yang dialami oleh bung Ade Armando, yang merupakan salah seorang akademisi dan pegiat kanal media terkenal yaitu CokroTV.

Ketika turun untuk mengamati situasi aksi unjuk rasa 11 April 2022 kemarin, Ade Armando mendapatkan aksi pengeroyokan oleh sekelompok oknum massa yang berkerumun di sekitar kejadian aksi. Aksi pengeroyokan itu konon katanya disinyalir oleh perdebatan serta cekcok panjang antara bung Ade dengan beberapa ibu-ibu.

Mungkin, konteks aksi pengeroyokan sendiri kalau dilihat dari budaya populer dapat dirujuk dari salah satu game yang dahulu sempat mengisi masa kecil kita, yakni Bully: Scholarship Edition. Bahkan, dengan nilai tersirat dari game tersebut, yang sarat akan unsur kekerasan dan pengeroyokan geng pemuda, membuat kita secara tidak langsung menjadi terpengaruh akan hal tersebut.

Berkaitan juga dengan aksi pengeroyokan, hal tersebut dapat kita pahami juga dengan konsep kerumunan (crowd) dan huru-hara (riot). Dalam suatu aksi gerakan sosial, dapat dimungkinkan terjadinya kerumunan – kondisi yang mana sekelompok orang berkumpul pada suatu tempat tertentu yang sedang melangsungkan suatu kegiatan atau pergerakan, dan sekelompok orang tersebut terpengaruh atas pesan dari pergerakan tersebut.

Di sisi lain, masih terdapat adanya kemungkinan terjadinya huru-hara – kondisi lanjutan dari kerumunan yang emosional dan akan melakukan tindak kekerasan tanpa adanya tujuan tertentu dan cenderung tidak terkontrol.

Jika kerumunan dan huru-hara ini menjadi berkaitan dengan perkembangan budaya populer dari game Bully: Scholarship Edition, hal tersebut dimungkinkan untuk dapat dilihat irisannya. Berangkat dari hal ini, apakah game lain seperti serial Tropico yang temanya seputar membangun suatu negara dan perkembangan kekuasaan menjadi kasus khusus budaya populer game lainnya?

Masyarakat sekarang “katanya” mendukung penuh adanya wacana perpanjangan periode jabatan kekuasaan dari seorang penguasa. Apakah hal tersebut juga memang terpengaruh dari game semata saja? Atau bahwa semua realitas politik yang ada merupakan suatu game elektoral bagi orang-orang yang ada di atas sana? (Y79)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Mungkinkah Jokowi-Elon Musk “Match”?

Presiden Jokowi dan CEO SpaceX-Tesla, Elon Musk, sudah bertemu dalam kunjungan presiden ke AS. Mungkinkah meet-up iniberujung "match"?

Menilik “Arogansi” Cak Imin

Ketum PKB Cak Imin disebut arogan setelah anggap Ketum PBNU Gus Yahya tidak punya andil untuk PKB. Mengapa ada arogansi demikian?

Luhut Kena “Sentil” Lagi?

Direktur Lokataru Haris Azhar kembali sentil Menko yang dianggap jalankan praktik oligarki. Apakah Menko Marves Luhut kena sentil lagi?