HomeBelajar PolitikSetya Novanto, Sang Ahli Akrobatik

Setya Novanto, Sang Ahli Akrobatik

Sungguh hebat memang Setya Novanto, kelihaiannya berakrobatik ini membuat dirinya seakan tidak bisa ditangkap oleh kasus apa pun dan oleh siapapun.

pinterpolitik.com

Tokoh kebal hukum yang penuh kontroversi, mungkin itulah julukan yang cocok kita berikan kepada Setya Novanto. Bagaimana tidak kebal hukum, sosoknya yang akrab dengan sanksi dari Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan wajahnya yang sering wara – wiri keluar masuk gedung KPK itu  belum bisa menyatakan dirinya bersalah dalam kasus apapun.

Bahkan kursi ketua DPR yang sempat ia “tinggalkan” karena kasus “papa minta saham”  itu pada akhirnya bisa kembali kepelukannya lagi. Mengenai kasus “papa minta saham” disini terlihat kelihaiannya, Beberapa saat menjelang MKD menjatuhkan vonis, Si Papa langsung mengambil langkah cepat dengan mengundurkan diri dari jabatan Ketua DPR.

Dengan pengunduran diri itu, MKD langsung menutup sidang dan menganggap kasus selesai tanpa ada putusan resmi yang dikeluarkan lembaga etik DPR ini. Sehingga si papa tidak jadi dijerat hukum dan namanya kembali bersih.

Belum lagi kelakuannya yang juga menghebohkan adalah saat dia bersama Fadly Zon hadir dalam kampanye Donald Trump terkait pencalonan Trump sebagai capres AS tahun 2016 di Trump Tower, New York City. Namun lagi – lagi Si Papa lolos dari hukuman MKD dan hanya mendapatkan teguran ringan.

Sungguh hebat memang Setya Novanto, kelihaiannya berakrobatik ini membuat dirinya seakan tidak bisa ditangkap oleh kasus apa pun dan oleh siapapun.

Baru – baru ini Setya Novanto dipertemukan kembali dengan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai saksi kasus dugaan korupsi pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) di Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) pada 2011-2012 yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun, namun dirinya meminta KPK untuk menjadwal ulang pemanggilannya karena si papa sedang berlibur ke ke luar negeri.

Si Papa dikabarkan ikut menerima cipratan dari proyek tersebut senilai Rp 6 triliun. Dalam kasus ini, KPK telah menetapkan mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Irman serta pejabat pembuat komitmen proyek e-KTP, Sugiharto, sebagai tersangka.

Apakah kasus ini dapat menjegal langkah Papa Setya Novanto dalam petualangan politiknya? Mari kita tunggu bersama kelanjutan ceritanya. (A15)

Setya Novanto Kembali Dipanggil KPK
spot_imgspot_img

#Trending Article

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Singapura ‘Ngeri-ngeri Sedap’ ke Prabowo?

Jokowi ajak Prabowo ketika bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong dan deputinya, Lawrence Wong. Mungkinkah 'ngeri-ngeri sedap' ke Prabowo?

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...