HomeCelotehPribumi Berujung Polisi

Pribumi Berujung Polisi

Maksud hati ingin membakar semangat rakyat, apa daya kata-kata berujung laporan polisi!


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]A[/dropcap]bdul ingat, dulu guru Bahasa Inggris di SMA-nya pernah bilang: “Your words are your swords”. ‘Kata-katamu adalah pedangmu’. Mungkin itulah kira-kira yang sedang jadi pemberitaan di halaman depan koran pagi yang sedang ia baca.

Pasalnya, baru beberapa jam dilantik, pemimpin ibukota malah membuat pernyataan yang melahirkan kontroversi hati! Abdul ingat kata-kata itu karena ia juga menyaksikan live pidato gubernur baru di pos ronda bersama warga.

Namun, kata-kata ‘pribumi’ yang diucapkan bapak gubernur itu terdengar horor, bahkan lebih mengerikan daripada soundtrack film Pengabdi Setan. Mungkin Om Joko Anwar pun akan setuju dengan pernyataan ini.

Begitu kata-kata itu terucap, Abdul merasakan seolah layar TV berubah jadi menampilkan film-film perang perjuangan kemerdekaan Indonesia macam Janur Kuning (1979), atau yang kekinian kayak Merah Putih (2009) karya Yadi Sugandi.

Rasanya seperti mendengar kata-kata bahasa Indonesia yang diucapkan oleh para penjajah yang digambarkan dalam film itu.

“Kamu orang, kenapa tidak membayar pajak? Kamu orang mau jadi pengkhianat? Verdomme!” Abdul sampai sekarang belum paham apa arti ungkapan yang terakhir itu.

Gara-gara ‘pribumi’, wartawan senior seperti Alwi Shahab sampai harus menulis kolom khusus tentang sejarah di Republika.co.id. Salut, Om, tulisannya!

Gara-gara ‘pribumi’, semua media sosial jadi penuh dengan pembahasan tentang sejarah bangsa, siapa penduduk asli negara ini, hingga pribumi itu sebenarnya sebutan untuk siapa.

Gara-gara ‘pribumi’, perasaan senang punya pemimpin baru tergantikan oleh pertanyaan: negara kita masih sehat?

Akhirnya, euforia punya pemimpin baru terusik karena pemimpin barunya langsung dilaporkan ke polisi gara-gara kata-kata ‘pribumi’ itu! Pasalnya, sudah ada UU No 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis yang melarang pejabat negara menggunakan kata ‘pribumi’.

Baca juga :  “Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Hmm, hati-hati, Bang! Kursi gubernur ibukota ini kursi panas. Sekali kepeleset, satu republik bisa kacau. Walau jadi lawan waktu Pilkada, setidaknya bisa belajar dari gubernur yang lalu. Kata-kata kepeleset sedikit, langsung melayang impian jadi pemimpin lagi.

Baru sehari menjabat saja sudah langsung dilaporin ke polisi, bagaimana di sisa lima tahun lagi, ya?

“Woi, Dul! Enak kali kerjaan kau. Mandi sana, badan kau bau pasir reklamasi teluk Jakarta. Berani dihentikan?”

Busyet, bini gue kok kayak orang Medan. Apa ketularan yang mau mantu sama orang Batak ya?

Di kota lain, di depan warung sate, pria kurus itu asik menggoyang-goyangkan kepalanya ditemani lantunan lagu pengamen jalanan. Jambalaya and a crawfish pie and fil gumbo…

Tarik, Pakde!

(S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.