HomeCelotehJangan Hardik Istri Terdidik

Jangan Hardik Istri Terdidik

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”  ~ Tere Liye


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]emua manusia memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan. Hasrat untuk menuntaskan pendidikannya tak terbatai oleh sekat-sekat apapun.

“Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami?”

Bahkan ada sebuah adagium yang menyatakan “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”. Hal ini merepresentasikan sebuah gairah belajar yang takkan berhenti dan tidak ada halangan yang dapat membatasi keinginan untuk belajar, bahkan sampai ke liang lahat sekalipun.

“Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal.” ~ RA Kartini

Dalam sebuah jalinan pernikahan terkadang latar belakang pendidikan antara suami dan istri kerap menjadi batu ganjalan. Gengsi diantara satu sama lain. Terlebih, bila pendidikan suami lebih rendah dibandingkan istrinya.

Bukan hanya sekadar gengsi saja, namun terkadang dalam saat – saat tertentu sang suami merasa seperti terkucilkan atau bahkan merasa martabatnya dihancurkan.

Terjadi sebuah dialog yang akhirnya sangat tak terduga antara suami – istri yang masih terbilang muda. Tragedi yang akan terjadi ini berawal dari keinginan sang istri untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas.

Namun, karena sang suami menganggap pendidikan itu sebuah ancaman, secara perlahan ia pun menyatakan ketidaksetujuannya dengan bahasa yang halus. Tetapi, sang istri yang begitu bergairah untuk terus menuntut ilmu, berupaya keras membujuk suaminya agar restu bisa didapatkannya.

Bujukan yang tak henti ini, pada akhirnya membuat sang suami merasa terganggu  Sekali waktu, sang suami pun terpaksa membentak istrinya yang terus menerus bertanya mengenai alasan ia tak direstui untuk belajar lagi.

Cekcek diantara keduanya pun tak terhindarkan, istri yang merasa dikekang hak-haknya mulai berani memberontak. Akibatnya, suaminya pun kerap terpancing. Apalagi, ketika istrinya kembali mengungkit pendidikan dirinya yang lebih rendah.

Suatu malam, pasangan ini kembali bersilang pendapat sampai-sampai kemarahan sang suami tidak lagi bisa dibendung. Emosi ini tersulut akibat rasa jemu dengan kengototan istrinya yang tak kunjung reda. Maka tanpa pikir panjang, suaminya pun melakukan suatu tindakan yang tidak terduga.

Dengan pikiran yang tak jernih lagi, sang suami mengambil sebilah golok lalu menarik paksa tangan istrinya. Di tebasnya golok itu pada tangan istrinya, sehingga kelima jari tangan kanan istrinya putus.

Jerit kesakitan diiringi tangis pilu sang istri, seakan tak diindahkan oleh suaminya. Apalagi saat istrinya yang berlumuran darah itu menerjangnya hingga tersungkur. Bukan rasa iba yang ada di hati suaminya, terjangan ini malah membuat amarahnya semakin membara.

Dengan kasar sang suami pun bangkit dan menjambak rambut istrinya. Dengan penuh amarah, ia berkata, “Masih mau belajar hah? Sekarang mau menulis pakai apa kau? Jadi istri tak tahu diuntung, jarimu putus semua. Masih mau belajaaaaar hah??”

Malam itu, dua impian sang istri melayang sudah. Pernikahannya tidak akan pernah sama lagi seperti dahulu, begitu pun hasratnya untuk meneruskan pendidikan ikut musnah.

Niatnya untuk menjadi ibu dan istri yang terpelajar dan bermanfaat bagi keluarga, berbuah nestapa. Belum lagi trauma psikologis yang ia terima malam itu, membuatnya terus merasa ketakutan dan kepedihan yang mendalam.

“Demikian kisahnya berakhir di tengah – tengah manusia.”

(Z19)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Wali Kota Depok ‘Biduan Lampu Merah’

"Kualitas humor tertinggi itu kalau mampu mengejek diri sendiri. Cocok juga ditonton politisi. Belajar becermin untuk melihat diri sendiri yang asli, " - Butet...

DPR Terpilih ‘Puasa Bicara’

“Uang tidak pernah bisa bicara; tapi uang bisa bersumpah,” – Bob Dylan PinterPolitik.com Wakil rakyat, pemegang amanah rakyat, ehmmm, identitas yang disematkan begitu mulia karena menjadi...

Ridwan Kamil Jiplak Jurus Jokowi

“Untuk melakukan hal yang buruk, Anda harus menjadi politisi yang baik,” – Karl Kraus PinterPolitik.com Pemindahan Ibukota masih tergolong diskursus yang mentah karena masih banyak faktor...