HomeNalar PolitikSandi Kembali Unjuk Gigi

Sandi Kembali Unjuk Gigi

Setelah Pilpres menghilang 3 hari akibat sakit, Cawapres Sandiaga Uno kembali. Sandi kembali berkeliling Indonesia, dia kembali bergerak, menyemangati relawan, mendirikan Rumah Siap Kerja, dan menggemakan OK OCE. Di tengah digembosinya kubu penantang, akankah langkah Sandi ini sebagai strategi solid koalisi Prabowo-Sandi, ataukah dia sedang memainkan bidaknya sendiri?


Pinterpolitik.com 

[dropcap]S[/dropcap]andiaga kembali, Instagramnya aktif menguggah aktivitas olahraganya per tanggal 21 April, sembari menyatakan bahwa dia sudah sehat kembali. Sempat beredar rumor bahwa Sandi tidak solid lagi dengan koalisi, dan bahkan dipertanyakan komitmennya oleh Prabowo soal menjadi Wapres di detik-detik deklarasi kemenangan, nyatanya Sandi terjun kembali di kolam politik.

Di tengah diamnya para elite politik, Jokowi, Prabowo dan Ma’ruf Amin yang lebih banyak bergelut dengan suasana politik di tingkat atas, Sandiaga justru kembali ke akar rumput, menyapa masyarakat, bersua ke berbagai daerah, persis seperti ketika dia melakoni 1.500 titik kunjungan kali lalu.

OK OCE sebagai program yang melontarkannya ke panggung DKI 2, digemakan kembali di berbagai daerah. Sandi mencanangkannya sebagai program nasional. OK OCE berubah nama menjadi OK OCE Indonesia. Targetnya One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship (OK OCE).

Hari ini, Sandi memperlebar kerja dari OK OCE dengan menjangkau industri kreatif, atau disebut dengan Ge-Krafs, Gerakan Ekonomi Kreatif, isinya akan bervariasi dari kuliner, kriya, hingga fashion. Sandi ingin menjawab kegelisahan anak muda yang enggan bekerja kantoran, dan lebih ingin meningkatkan kreativitasnya.

Meluncurkan Ge-Krafs, menjadikan OK OCE sebagai program nasional, dan terus-menerus memaparkan kesuksesan OK OCE ke akar rumput, Sandi terus saja bergerak. Selaras dengan program OK OCE nya, Sandi juga meluncurkan Rumah Siap Kerja yang juga menjawab persoalan ekonomi yang sedari awal Sandi bawa naik ke permukaan.

Dua rencana ini yang juga disematkan ketika berkunjung ke daerah-daerah pasca Pilpres. Sandi setidaknya tercatat ke Surabaya, Bandung, Padang, untuk menyemangati para relawan pemenangan Prabowo-Sandi. Sandi merasa perlu untuk bertemu langsung, berterima kasih, dan tetap menjaga agar formulis C1, serta suara 02 tidak tercecer satupun. Sandi selalu menekankan, bahwa perjuangan belum selesai hingga 22 Mei nanti.

Baca juga :  Anomali Jokowi

Di sela-sela itu, Sandi juga gemar mengomentari dengan segala apa yang terjadi di Pilpres 2019. Mulai dari kritik dia soal banyaknya petugas KPPS yang meninggal, sekitar 545 orang, yang tidak dikategorikan sebagai bencana, padahal 20-30 orang meninggal disebut bencana. Dia juga mengkritik anggaran Pemilu yang mencapai 24 triliun dikontraskan dengan kejadian tersebut.

Kritik soal people power yang menyasar kubu Prabowo-Sandi juga dielakkan oleh Sandi. Dia menegaskan bahwa Prabowo bukanlah diktator, dan bukan orang yang punya kekuatan untuk mendikte rakyat.

Situs pemantau PIlpres 2019 yang sempat diblokir dan dianggap tak netral mendapatkan dukungan langsung dari Sandiaga. Dia bertolak ke kantor Jurdil2019.org yang ada di Tebet. Dukungan ini diberikan persis seperti ketika Prabowo sedang naik darah di panggung debat, dengan memijat punggung salah satu relawan Jurdil. Sandi yakin Jurdil bekerja independen dan tidak terafiliasi dengan capres maupun kepentingan apapun.

Terbaru, Sandi menggunakan istilah yang cukup tajam, dengan mengkritik bahwa hukum tajam ke pengkritik dan tumpul ke penjilat. Sandiaga menyoroti bagaimana penetapan tersangka Ustaz Bachtiar Nasir yang dianggap tidak bersalah. Sandi bahkan mengorek sejarah apa yang terjadi di Pilkada DKI kali lalu.

Langkah-langkah politik yang dilakukan Sandi tentu sesuatu yang anomali, selain karena semua sedang menahan diri dan justru bermain di elite, Sandi justru bergerak ke akar rumput. Anomali ini yang menjadikan sikap Sandi harus dicerna secara analitis.

Penggembosan Badan Pemenangan Prabowo-Sandi

Kekuatan terbesar Sandi tentu berasal dari orang-orang terdekat yang mengusungnya, yang mendukung pencalonannya, mereka adalah para anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Hari-hari ini tim Prabowo-Sandi seperti digembosi, banyak dari seluruh unsur kekuatan capres-cawapres penantang dipreteli oleh pemerintah.

Penggembosan ini dilakukan dengan jalan memangkas kekuatan politik, partai politik di badan pemenangan kemudian diberikan angin ke kubu pemerintah. PAN, melalui Zulkifli Hasan nampak bersilaturahmi dan akrab dengan Jokowi akhir-akhir ini. Bara Hasibuan bahkan mencoba membawa PAN secara tegas berada di kubu pemerintah.

Demokrat juga melalui AHY menyambangi Jokowi secara empat mata, dan dikabarnya ditawari menjadi Menteri Pertahanan.

Di luar itu, banyak tokoh-tokoh terafiliasi dengan oposisi juga kini harus menghadapi kasus hukum. Eggi Sudjana misalnya ditersangkakan pasal makar terhadap negara. Tak hanya itu, kasus Ustaz Bachtiar Nasir di tahun 2017 lalu juga kini digulirkan kembali dengan penetapan tersangka  sang penceramah.

Baca juga :  Karpet Merah Paloh Untuk Prabowo
Sandi bergerak! Click To Tweet

Praktis tim BPN Prabowo-Sandi terlihat seperti terus menerus dilemahkan kekuatannya oleh pihak-pihak yang terafiliasi dengan pemerintah. Padahal, di masa-masa genting seperti ini, soliditas tim menjadi hal yang penting. Kekuatan full team jelas diperlukan untuk membendung berbagai isu yang menerpa Prabowo-Sandi.

Terus dilemahkannya pihak-pihak tersebut tentu menjadi ganjalan untuk menghadapi momentum dan publikasi yang tengah tak berpihak kepada Prabowo-Sandi. Hingga saat ini, berdasarkan hasil perhitungan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo-Sandi masih tertinggal dari Jokowi-Ma’ruf. Sebelumnya, mereka juga sudah dipublikasikan tertinggal lebih dahulu oleh sejumlah lembaga survei dalam hasil hitung cepat.

 

Uji Kesolidan Team Player

Kelemahan ini yang coba disingkirkan oleh Sandi, kekalahan secara hancur lebur ini yang ditepis dengan semangat dia yang membara. Apa yang dilakukan Sandi adalah tetap menjaga semangat, menjaga momentum, menunggu dan mencipta kesempatan, dia terus memupuk kekuatan. Di tengah tidak unggulnya survei terhadap dirinya dan Prabowo, serta digembosinya tim pemenangannya.

Di satu sisi Sandi tidak pernah mendelegitimasi klaim kemenangan dari Prabowo Subianto. Dengan susunan kosa katanya, Sandi mengatakan bahwa dia tetap optimis hasil pemilu positif kepada kubu Prabowo-Sandi. Sandi menggunakan kata-kata yang santun, dan bahkan dengan terang benderang membuka jalan rekonsiliasi di tengah tutupnya jalan tersebut.

Sandi yang diisukan akan masuk ke kabinet demi menjaga momen politik hingga 2024 nampaknya belum membuka jalan tersebut. Terlihat dari komentarnya yang semakin keras terhadap pemerintah. Sandi punya cara lain untuk menjemput sesuatu yang lebih besar.

Pada titik ini, Sandi boleh jadi tengah menjaga momentum agar optimisme tim dan pendukungnya tetap terjaga. Momentum di dalam politik sendiri tergolong sebagai hal yang penting. Hal ini diungkapkan misalnya oleh Patrick J. Kenney dan Tom W. Rice  dalam The Psychology of Political Momentum.

Sandi sedang mengatur bidaknya, dia sedang terus bermain, selama peluit belum berhenti, tidak ada kata kalah, begitulah aturan dalam permainan olahraga, Sandi paham hal tersebut, sehingga dia terus men-dribble bolanya terus menerus, terlebih dia adalah jawaranya di bidang basket. Kita lihat saja nanti bagaimana pergerakan Sandi ini akan memberikan hasil seperti apa. (N45)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

Puan-Mega, Ada ‘Perang Sipil’ PDIP? 

Berbeda dari Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani belakangan tunjukkan gestur yang lebih lembut kepada pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengapa demikian?

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Lolos “Seleksi Alam”, PKS-PKB Seteru Abadi?

Berkaca pada hasil Pileg 2024, PKB dan PKS agaknya akan menjadi dua entitas politik yang akan terlibat dalam persaingan ceruk suara pemilih Islam ke depan. Terlebih di saat PAN seakan telah melepaskan diri dari karakter Islam dan PPP harus “terdegradasi” dari kancah legislatif nasional.

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Elon Musk dan Dimulainya Era Feudalisme Teknologi 

Perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Starlink semakin memiliki keterikatan dengan dinamika politik. Jika pola ini terjaga, akan seperti apa pengaruhnya terhadap dunia politik di masa depan? 

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

More Stories

Politik Kebahagiaan Sandiaga Uno

Sandiaga Uno kerap menampilkan aktivitas politik yang menyenangkan, penuh dengan canda tawa, penuh dengan energi positif. Sandiaga membangun narasi politik kebahagiaan dalam dirinya. PinterPolitik.com Sedari...

Tito Berpeluang di Pilpres 2024?

Keberhasilan Polisi menangani kerusuhan di demo 22 Mei menaikkan nama Tito Karnavian sang Kapolri. Namanya masuk di radar Pilpres 2024, akankah Tito berhasil membidik...

Demo 22 Mei, Proyek Demokrasi Bayaran?

Demo 22 Mei di Bawaslu berakhir ricuh, banyak yang menduga disusupi provokator. Polisi menangkap 257 tersangka dengan barang bukti uang, batu, bom Molotov, serta...