HomeHeadlineIndonesia Merdeka Karena Radio?

Indonesia Merdeka Karena Radio?

Pada era kemerdekaan, radio menjadi salah satu media komunikasi yang sering digunakan untuk penyebaran sebuah informasi secara luas. Bahkan, radio juga disebut mempunyai peran penting terhadap kemerdekaan Indonesia.


PinterPolitik.com

Kecepatan penyampaian informasi pada era kemerdekaan tidak bisa semudah akses terhadap sebuah informasi di era digital seperti sekarang ini.

Sebagai salah satu media komunikasi massa yang paling efektif pada masa itu, radio memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi, memotivasi massa, dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan perlawanan.

Dengan adanya radio, mempermudah seluruh masyarakat pada saat itu untuk mengakses informasi secara tepat dan cepat.

Selain lewat radio, biasanya penyampaian informasi secara luas pada era itu juga biasa dilakukan melalui surat kabar. Namun, efektivitas penyampaian informasi melalui surat kabar berbeda ketika dilakukan melalui radio.

Radio kemudian pada akhirnya menjadi salah satu alat utama dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat luas mengenai perkembangan perjuangan kemerdekaan.

Pada masa itu Indonesia menggunakan radio sebagai sarana untuk menyampaikan pidato-pidato penting, pengumuman, dan berita terkini kepada rakyat.

akhirnya belanda akui kemerdekaan 17 agustus

Hal ini memungkinkan informasi penting dapat tersebar dengan cepat dan akurat kepada masyarakat, membangkitkan semangat nasionalisme, dan merangsang partisipasi aktif dalam perjuangan.

Radio pada masa itu juga digunakan untuk memotivasi dan membangkitkan semangat perjuangan rakyat.

Program-program radio yang berisi ceramah, lagu-lagu perjuangan, dan pidato-pidato nasionalis menjadi sarana untuk menginspirasi rakyat dalam menghadapi tantangan penjajahan.

Namun, selain digunakan untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan, radio juga tak jarang digunakan para penjajah seperti Belanda dan Jepang untuk menyebarkan propaganda mereka.

Radio kiranya juga berperan penting dalam mengoordinasikan pergerakan perlawanan melawan penjajah.

Pesan rahasia dan kode-kode tertentu disampaikan melalui siaran radio, memungkinkan kelompok-kelompok perlawanan untuk berkomunikasi dan mengatur strategi tanpa mudah terdeteksi oleh penjajah.

Tempat Munculnya Nasionalisme?

Radio telah menjadi bagian penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, menandai kekuatan media massa dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi perjalanan sejarah.

Seorang Indonesianis dari Cornell University Benedict Anderson yang memang secara khusus meneliti nasionalisme di Indonesia sebagai suatu konsep, mengakui jika Indonesia mempunyai konsep nasionalisme yang unik.

Lewat slogan Bhinneka Tunggal Ika Indonesia dapat bersatu meski berbeda suku bangsa, regional, dan agama.

Namun, Anderson berpandangan jika nasionalisme di Indonesia tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya contoh dari apa yang terjadi di Barat.

Baca juga :  Puan x Prabowo: Operasi Rahasia Singkirkan Pengaruh Jokowi?

Lebih tepatnya, Anderson meyakini jika nasionalisme di Indonesia adalah duplikasi dari nasionalisme Amerika Serikat (AS) dan Revolusi Prancis.

Dalam bukunya yang berjudul Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism Anderson menjelaskan jika nasionalisme adalah proses top-down yang dijalankan oleh elit politik dan bersatu dengan kapitalisme.

Oleh karena itu, nasionalisme dan persatuan suatu bangsa merupakan hasil khayalan atau imajinasi yang di konstruksi sesuai kepentingan elite.

Dari sebuah konstruksi imajinasi tentang nasionalisme itu kemudian menghasilkan kelompok-kelompok revolusi yang terdiri dari para pemuda pada zaman itu.

Dalam bukunya yang lain berjudul Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan Di Jawa 1944-1946, Benedict Anderson menjelaskan munculnya generasi dengan kesadaran baru itu juga tak lepas dari peran Jepang yang saat itu menggalang kaum muda di Jawa untuk melawan sekutu.

Melalui kelompok-kelompok pemuda itu, muncul bibit semangat revolusi yang diberikan dalam berbagai bentuk, salah satunya stasiun radio.

Radio kemudian semacam menjadi “senjata makan tuan” bagi Jepang. Berbagai semangat revolusi para pemuda kemudian muncul kembali dalam bentuk dan tujuan yang berbeda.

Pasca kekalahan Jepang dari sekutu, radio kemudian menjadi media para pemuda Indonesia untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan kemerdekaan.

Propaganda anti-imperialisme juga disiarkan melalui radio sehingga membantu memperkuat rasa persatuan dan nasionalisme di kalangan masyarakat.

Bahkan, lewat radio pula masyarakat Indonesia saat itu mengetahui akan kemerdekaan bangsanya setelah pembacaan teks proklamasi disiarkan lewat radio ke seluruh penjuru Indonesia.

Oleh karena itu, tak berlebihan rasanya jika radio jamak dinilai mempunyai peran penting terhadap konstruksi imajinasi nasionalisme yang tumbuh di Indonesia.

Lewat radio, konstruksi imajinasi para tokoh bangsa Indonesia tentang sebuah kemerdekaan dapat disampaikan dan dikemas dengan bumbu nasionalisme atau kebanggaan sebagai bangsa yang besar.

Radio juga membantu mengatasi kendala geografis yang ada di Indonesia. Seiring dengan luasnya wilayah Indonesia, radio memungkinkan pesan-pesan kemerdekaan dapat diakses oleh seluruh penjuru tanah air.

Hal Ini menjadi sangat penting dalam membangun rasa kesatuan dan kesadaran nasional.

Tanpa radio, informasi akan konstruksi imajinasi para tokoh bangsa itu boleh jadi tidak akan sampai secara efektif pada masyarakat.

10 negara pertama akui kemerdekaan indonesia

Bagian dari Alat Perjuangan

Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, radio memainkan peran yang sangat vital dalam menyebarkan informasi, membangkitkan semangat, mengoordinasikan pergerakan, dan mengatasi kendala geografis.

Baca juga :  Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Dengan kemampuannya dalam mencapai massa yang luas, radio membantu memperkuat semangat nasionalisme dan persatuan.

Berbeda dengan perspektif penjajah, radio justru dipandang sebagai sesuatu yang dapat membahayakan.

Rosihan Anwar dalam bukunya Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya menjelaskan bahwa ketika Jepang pertama kali tiba di Indonesia, hal pertama yang mereka lakukan adalah menyegel stasiun radio.

Jepang memutuskan untuk memusatkan otoritas radio-radio di Indonesia di bawah pengawasan Nippon Hoso Kyokai (NHK).

Siaran-siaran yang mengudara di Indonesia diawasi secara ketat, sementara siaran dari luar negeri diputus oleh pemerintah Jepang.

Salah satu sosok penggerak kemerdekaan Indonesia Sutan Sjahrir berhasil lolos dari sensor dari pemerintah Jepang. Sjahrir saat itu memang mempunyai sebuah radio kesayangan yang disembunyikan di kamar tidurnya.

Radio itu dapat menangkap saluran siaran dari luar negeri yang tidak terkena sensor pemerintah Jepang. Memiliki radio ilegal semacam itu adalah hal yang sangat berisiko tinggi pada zaman itu.

Salah satu siaran yang kiranya menjadi titik balik bagi kemerdekaan Indonesia tak terlepas dari peran Sjahrir.

Saat masa pengasingannya, Sjahrir mendengar informasi siaran radio dari Brisbane jika Jepang telah menyerah pada sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Setelah mendengar kabar itu, Sjahrir lantas memberitahu teman-temanya seperti Wikana, Chaerul Saleh dan Darwis untuk mendesak golongan tua segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah itu, kemudian terjadilah peristiwa Rengasdengklok yang menjadi salah satu rangkaian peristiwa bersejarah sebelum kemerdekaan Indonesia.

Selain berperan dalam proses menuju kemerdekaan, radio juga memiliki peran setelah pembacaan teks proklamasi. Berita tentang Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Nusantara.

Padahal saat itu pemimpin tentara Jepang di Indonesia, Jenderal Yamamoto telah memerintahkan untuk tidak menyebarkan berita proklamasi. Kantor Berita Domei dan Harian Asia Raya pun dilarang memuat berita itu.

Tapi, larangan itu tidak digubris oleh para pemuda yang kemudian menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan secara langsung oleh stasiun radio Domei hingga tiga kali.

Rangkaian kejadian diatas mencerminkan betapa pentingnya peran radio pada sebelum, saat, dan pasca pembacaan teks proklamasi. Jadi tak berlebihan kiranya jika kita menyebutkan Indonesia dapat merdeka karena radio. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?