HomeCelotehJokowi vs Nasdem, PDIP Jilid 2?

Jokowi vs Nasdem, PDIP Jilid 2?

“Walaupun Nasdem ada di koalisi Jokowi, namun Nasdem sepertinya akan jadi anak nakal atau bad boy dan akan banyak mengkritik Jokowi serta kebijakan-kebijakannya dari dalam koalisi”. – Ujang Komaruddin, Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia


PinterPolitik.com

Partai Nasdem baru saja merayakan ulang tahunnya beberapa hari yang lalu. Perayaan ulang tahun kali ini terasa cukup istimewa, mengingat sebagai partai paling bungsu di parlemen saat ini, pencapaian politik Nasdem tak bisa dianggap remeh.

Iyess, 9 tahun berdiri, 9,05 persen perolehan di Pemilu 2019, dan masuk 5 besar partai dengan suara terbanyak, hal yang istimewa, bukan? Strategi politik Nasdem nyatanya berhasil membuat partai tersebut moncer dan bahkan diprediksi akan terus naik.

Namun, pencapian ini tak luput dari dinamika politik, utamanya dalam konteks hubungan dengan Presiden Jokowi. Buat yang belum tahu, Nasdem adalah salah satu partai yang paling awal mendeklarasikan pencalonan kembali Presiden Jokowi untuk Pilpres 2019. Nggak tanggung-tanggung loh, pakai pakta tertulis segala.

Sayangnya, tidak seperti di periode pertama kekuasaannya, kali ini Pak Jokowi agak sedikit “berkeras hati” terkait keinginan Nasdem untuk jabatan tertentu di kabinet. Misalnya, posisi Jaksa Agung yang di periode pertama diduduki “orangnya” Nasdem, kini tak lagi diberikan padanya. Demikianpun dengan posisi menteri-menteri strategis lainnya.

Nggak heran, sempat muncul gejolak kecil antara Jokowi dengan Nasdem, katakanlah ketika sang Ketua Umum, Surya Paloh, melakukan safari politik ke lawan-lawan politik Jokowi, misalnya ke PKS. Bahkan, Surya Paloh juga sempat menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang lagi-lagi menyiratkan persoalan tersebut – mengingat Anies kerap berseberangan dengan pemerintah pusat juga.

Nah, dalam peringatan ulang tahun Nasdem kali ini, Surya Paloh ternyata menyisipkan sedikit kritik juga, yakni terkait penanganan Covid-19. Ia menyebutkan bahwa pemerintah memang terlihat gagap dalam mengatasi pandemi ini, sekalipun memang telah berusaha keras dengan segala cara untuk membuat keadaan terkendali.

Baca juga :  Ini Rahasia Jokowi Kalahkan Megawati?

Hmmm, bau-bau kritik di depan umum ini mirip loh dengan yang sering dilakukan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mega emang terkenal sering menyisipkan sedikit “cambukan” di setiap pernyataannya terkait kondisi negara dan pemerintah.

Mungkin masih ada yang ingat soal istilah “petugas partai” yang ia ungkapkan untuk mengingatkan Presiden Jokowi bahwa PDIP-lah yang memberikannya jalan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Wih, bakalan seru nih kalau Nasdem akhirnya mengikuti jalan politik ini. Serunya tuh kayak nonton FTV Azab yang ceritanya tentang pasangan suami istri yang kalau di muka umum terlihat mesra dan baik-baik saja, eh nggak taunya di rumah kerjaannya berantem mulu. Sampai-sampai piring di dapur aja udah pada habis dipakai buat lempar-lemparan. Uppps.

Semoga hubungan Pak Jokowi dan Nasdem nggak sampai separah itu ya. Well, biar nggak ada gejolak-gejolak besar yang bikin ribut terus. Menarik buat ditunggu kelanjutannya. (S13)


Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.