BerandaCelotehJokowi Pilih Luhut atau Megawati?

Jokowi Pilih Luhut atau Megawati?

Menurut pengamat politik Refly Harun, Presiden Jokowi sedang dibingungkan dalam memilih antara Luhut dan Megawati. Jika memang harus memilih, siapa yang sebaiknya dipilih RI-1? 


PinterPolitik.com

Siapa yang tidak bingung jika dihadapkan pada dua pilihan. Apalagi, kalau keduanya merupakan sosok penting dalam hidup kita. Mungkin kegalauan ini yang sedang dirasakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Soalnya nih, menurut pengamat politik Refly Harun, Presiden Jokowi sedang dihadapkan pada dua sosok yang berpengaruh, yakni Luhut Binsar Pandjaitan dan Megawati Soekarnoputri. Luhut adalah menteri serba bisa yang kinerjanya sangat baik. Sementara Megawati sangat berjasa dalam karier politik sang RI-1. Yang menjadi masalah, menurut Refly, hubungan Luhut dan PDIP tengah memanas. 

Ketegangan ini misalnya dapat dilihat pada wacana penundaan pemilu. Berbagai petinggi PDIP termasuk Megawati dengan jelas mengatakan tidak, sementara Luhut justru berkali-kali mendorongnya. Politisi senior PDIP Masinton Pasaribu bahkan sampai meminta Presiden Jokowi untuk memecat Luhut beberapa waktu yang lalu.

Dilema ini semakin terasa apabila kita membaca tulisan Aaron L Connelly yang berjudul Indonesian Foreign Policy Under President Jokowi. Menurutnya, hubungan Presiden Jokowi dengan Luhut sudah terjalin sejak RI-1 masih menjabat Wali Kota Solo pada tahun 2008.

Kemudian, Kanupriya Kapoor dalam tulisannya Indonesian President Treads Fine Line by Empowering Chief of Staff, juga menyebut Luhut menjadi semacam “bemper” Presiden Jokowi dari berbagai tekanan politik dan kelompok kepentingan.

Tulisan Connelly dan Kapoor sepertinya membenarkan dugaan Refly. Menurut Refly, sekalipun Luhut akhirnya didepak dari kursi menteri, posisinya sebagai orang dekat Presiden Jokowi tidak akan tergantikan. 

Jika sudah begini kondisinya, Presiden Jokowi jelas saja mengalami dilema dan perasaan galau. Ada dua sosok penting dan berjasa dalam karier politiknya yang perlu untuk dipilih.

Baca juga :  Ke Mana Fadli Zon?

Namun, kalau misalnya diperbolehkan memberi saran, mungkin ada satu variabel penting yang perlu dipertimbangkan Presiden Jokowi. Variabel itu adalah keberlangsungan ketahanan politik. 

Mungkin benar hubungan Presiden Jokowi dengan Luhut sudah berlangsung lama dan sekarang begitu dekat. Namun, jika berbicara ketahanan politik jangka panjang, berada di bawah sebuah partai besar tentu lebih menjanjikan.

Soalnya, tidak seperti Megawati yang merupakan Ketua umum PDIP, Luhut hanya merupakan anggota Partai Golkar. Kemudian, ini yang terpenting, Presiden Jokowi perlu memastikan agar tidak ada yang “mengoyangnya” menjelang akhir masa jabatan dan setelah selesai menjabat RI-1. Untuk kepentingan itu, memiliki benteng politik besar dan berpengaruh tentu sangat dibutuhkan.

Atas pertimbangan-pertimbagan itu, mungkin Presiden Jokowi dapat memilih Megawati. Ini adalah jaminan atas ketahanan politik. Namun, pilihan ini tentu bergantung dari Presiden Jokowi. Apakah RI-1 akan memilih menggunakan rasionalitas atau perasaannya. Bagaimana pun, seperti yang sering kita alami, cukup sulit berlaku rasional jika berbicara soal hubungan dekat. Hmmm.

Well, perlu untuk digaris bawahi, segala analisis ini tentu hanya interpretasi semata. Bagaimana pun, pernyataan Refly kalau Presiden Jokowi sedang dilema memilih Luhut atau Megawati sulit untuk diverifikasi. Kita lihat saja ke mana arah kapal politik Presiden Jokowi akan berlabuh. (R53)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

Sandiaga Akan Kembali ke Prabowo?

Sandiaga Uno telah pamit dari Partai Gerindra. Mungkinkah Sandiaga bertemu Prabowo Subianto kembali di masa depan?

Coldplay ke Indonesia karena Jokowi?

Band ternama asal Inggris, Coldplay, dikabarkan akan konser di Jakarta, Indonesia. Mungkinkah Coldplay akan sampaikan pesan untuk Jokowi?

Rumor Reshuffle, Anies Akan Hilang Lagi?

April lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambahkan jabatan Wakil Menteri Kominfo (Wamenkominfo) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2023. Akibatnya, isu reshuffle kabinet pun kembali muncul. Mungkinkah ini jadi sentilan reshuffle selanjutnya pada Partai Nasdem, dan Anies?

Ganjar Perlu Branding Politik Baru?

Pada 21 April 2023, Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri, resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden (capres) usungan partai. Padahal, baru Maret lalu, Ganjar mengalami blunder hebat akibat pernyataannya mengenai Piala Dunia FIFA U-20 di Indonesia. Karena itu, pantas kita pertanyakan, bisakah PDIP pertahankan titel king maker dengan capres pilihannya?

Safari Politik Prabowo Mulai dari Atas?

Momen Lebaran akhir April lalu rupanya digunakan Prabowo Subianto, Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, untuk bersilaturahmi ke kediaman berbagai kolega dan temannya. Adapun beberapa tempat yang ia kunjungi adalah kediaman Joko Widodo (Jokowi), Mahfud MD, Wiranto, AM Hendropriyono, dan lainnya. Apakah safari politik Prabowo berbalutkan sowan dimulai dari kunjungan ke para elite?

Anas Urbaningrum: Anti-villain SBY?

Anas Urbaningrum telah bebas setelah jalani hukuman. Apakah Anas akan menjadi anti-villain setelah akhirnya bergabung ke PKN?

Pejabat Sudah Tidak Bisa ‘Flexing’?

Berbagai larangan agar pejabat dan ASN tidak 'flexing' mulai dikeluarkan oleh pemerintah. Apakah pejabat dan keluarganya sudah tidak bisa 'flexing'?

Kawaii, Mega-chan?!

Selain "janda", Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri juga kerap disebut "Mega-chan" di media sosial. Saatnya PDIP embrace budaya kawaii?

More Stories

Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?

Salah satu pendiri CSIS Jusuf Wanandi menyebut Pilpres 2024 akan diisi oleh dua paslon. Dengan PDIP secara terang-terangan menginginkan dua paslon, apakah pernyataan Jusuf...

Airlangga Hartarto Sedang Disembunyikan?

Tidak seperti kandidat lainnya, manuver politik Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto justru senyap terdengar. Apakah Airlangga menarik diri dari perlombaan kandidat, atau justru...

Saatnya Anies Menyerang Balik?

Penangkapan eks Sekjen NasDem Johnny G. Plate seolah menjadi titik balik bagi Koalisi Perubahan untuk intens mengkritik pemerintah. Ini kah momentum Anies Baswedan tancap...