“Sosok hebat adalah dia yang memiliki setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” – H.O.S. Tjokroaminoto, Pahlawan Nasional Indonesia
Ketemu lagi nih, cuy, sama memori-memori mimin dalam film Game of Thrones. Nggak bosen kan kalau mimin mengulang lagi cerita-cerita seru di dalamnya? Pasti nggak-lah, karena memang relate dengan konteks yang kita alami kok.
Seperti yang bakal nyambung dengan aktivitas politik Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang akhir-akhir ini sering melakukan ‘over’ klaim atas beberapa tokoh. Terbaru nih, Ahmad Dhani, si musisi asal Surabaya yang mimin kagumi, juga diklaim.
Padahal, sebelumnya sudah diingatkan publik lho saat KAMI “nyatut” Duta Besar Palestina untuk Indonesia. Mimin cuma mengingatkan sih bahwa ‘over’ klaim itu boleh-boleh aja dalam politik, tapi kalau nggak bijak dan cermat bisa mendatangkan petaka.
Kalau nggak percaya tanya saja sama Robb Stark, Lady Catelyn (ibu Robb), Talisa (istri Robb) dan serigala mereka, Gray Wind, yang meninggal dalam episode ke-9 di Season ke-3 Game of Thrones.
Menurut mimin, penyebab mereka meninggal tuh cuma satu ‘over’ klaim dan terlalu percaya dengan orang lain. Lihat saja. Andai Lady Catelyn nggak percaya dengan Lord Walder dari Klan Tully (pembantai keluarga Stark), dan Robb nggak mengklaim bahwa Tully berada di barisan pendukung Stark, maka kejadian pembantaian yang dikenal dengan nama ‘Red Weddings’ nggak mungkin terjadi.
Ya, memang begitu sih, cuy. Politik memang penuh dengan intrik. Kalau nggak direm dengan ketenangan dan kecermatan, maka akibatnya akan fatal.
Mimin cerita begitu karena geli aja dengan over ‘klaim’ KAMI sih. Aneh saja. “Kok bisa para tokoh-tokoh yang tergabung dalam KAMI menjalankan aktivitas politiknya seperti organisasi amatir-an?” batin mimin.
Sudah gitu, pas release komite struktur organisasi dalam bidang Seni dan Budaya, di mana Ahmad Dhani dicantumkan di dalamnya, ternyata Ahmad Dhani tuh nggak tau apa-apa, cuy. Weleh-welehh, “Kok ya nggak malu Pak Din Syamsuddin Cs yang sudah lama jadi pesohor nih, ya?” batin mimin lagi.
Sepatutnya, sebagai organisasi yang mengklaim menyelamatkan Indonesia, KAMI harus memberi contoh yang baik dong. Masa kalah sama anak-anak karang taruna yang menjalankan mekanisme organisasi dengan baik dan berwibawa – di mana sebelum memasukkan anggotanya, pasti mereka berbondong-bondong silaturrahim ke rumah yang bersangkutan sembari minta kesediaan dicantumkan ke dalam struktur.
Heran saja sih mimin nih. Hadeh, mending dengerin nasihatnya Bu Tedjo saja deh, “Mbok ya nuraninya itu dipakai lho, Pak.” Hehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.