HomeCelotehAirlangga Moncer Kalau Didukung JK

Airlangga Moncer Kalau Didukung JK

“Pak JK tolak ukurnya prestasi, termasuk dengan Pak Airlangga yang tentu menjadi satu yang diperhitungkan”. – Husain Abdullah, Jubir Jusuf Kalla


PinterPolitik.com

Kingmaker. Kalau diterjemahkan secara lurus artinya “pembuat raja”. Well, bukan pembuat raja dalam artian seperti tukang roti atau tukang bangunan gitu ya. Ini maksudnya orang yang menentukan seseorang lain bisa atau tidak menjadi raja atau penguasa.

Di era Romawi dulu dikenal yang namanya Praetorian Guard. Ini adalah pasukan pengaman kaisar Romawi – semacam paspampres lah kalau saat ini. Namun, seiring berjalannya waktu, jenderal-jenderal yang ada di Pretorian Guard ini justru menjadi penentu siapa kaisar selanjutnya yang akan berkuasa di Roma.

Baca Juga: Sia-Sia Saja Pemerintah Bubarkan FPI

Walaupun demikian, sebutan kingmaker itu sendiri baru populer ketika Earl of Warwick ke-16, Richard Neville (1428-1471) menjadi tokoh penting dalam suksesi di Kerajaan Inggris. Ia menjadi sosok yang menentukan kekuasaan dua raja di Inggris kala itu. Makanya, sebutan kingmaker kemudian disematkan pertama kali kepadanya.

Nah, konteks kingmaker ini lagi jadi perbincangan hangat, terutama terkait kontestasi elektoral yang akan terjadi di tahun 2024 mendatang. Salah satu sosok yang tengah disoroti saat ini adalah politisi senior Golkar sekaligus mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Doi dikenal cukup berhasil sebagai seorang kingmaker, misalnya ketika menjadi orang yang mendorong pencalonan Anies Baswedan pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Hasil akhirnya Anies yang awalnya jauh tertinggal dibandingkan lawan-lawannya kala itu, bisa melanggeng dengan mudah dan memenangkan kursi kekuasaan di DKI Jakarta.

Kini banyak yang bertanya-tanya, siapa lagi nih yang bakal didukung Pak JK untuk kontestasi elektoral selanjutnya, utamanya di Pilpres 2024.

Baca juga :  Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Spekulasi terbaru muncul bahwa Pak JK bisa saja menjadi kingmaker untuk sosok yang berasal dari internal Golkar sendiri. Salah satu nama yang mencuat adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Sosok yang kini menjabat sebagai Menko Perekonomian ini emang beberapa waktu terakhir santer disebut-sebut sebagai kandidat yang bisa menjadi penantang utama untuk Pilpres 2024.

Apalagi, Presiden Jokowi sendiri – ini gosip di media sosial loh ya – disebut-sebut juga cenderung makin dekat dengan Golkar. Ini yang bikin pencalonan Airlangga bisa saja nantinya akan didukung oleh Jokowi.

Wih, kalau udah didukung Pak Jokowi, terus ditambah lagi sama Pak JK, bakal makin nggak terbendung nih perjalanan Pak Airlangga. Jadi keingat sama game Mario Bros. loh.

Pak Airlangga itu ibaratnya Mario, sementara Pak Jokowi dan Pak JK itu ibaratnya jamur ajaib yang bikin Mario bisa jadi gede dan maju terus tanpa terhalangi apapun sampai ke garis finish. Wih, sakti nih kalau beneran terjadi.

Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?