HomeCelotehRocky Gerung Oposisi Tunggal Jokowi

Rocky Gerung Oposisi Tunggal Jokowi

“Begini ya, seandainya ada partai oposisi, maka seluruh caci maki, hinaan itu difilter oleh partai, disampaikan sebagai pikiran politik. Kekacauan (belakangan) ini terjadi karena Presiden Jokowi bilang enggak perlu oposisi”. – Rocky Gerung, pengamat politik


PinterPolitik.com

Demokrasi di Indonesia saat ini emang sedang mendapatkan banyak sorotan. Cara pemerintah menghadapi kritikan yang datang dengan cara yang cenderung represif – misalnya dengan penangkapan aktivis dan sejenisnya – dianggap sudah keluar dari batas penghargaan dan penghormatan terhadap kebebasan berekspresi dan mengungkapkan pendapat.

Hmm, jangan-jangan tiap kali mewacanakan mau ngritik pemerintah atau menjadi oposisi, tau-tau ada pesan WhatsApp masuk dari nomor baru, ngirimin meme Saruman yang tulisannya: “So you have chosen … death?”

Kan ngeri-ngeri sedap kalau dapat pesan dengan meme kayak gitu. Uppps. Buat yang belum tahu, Saruman adalah salah satu tokoh dalam kisah The Lord of The Rings.

Mungkin hal-hal kayak gini – terutama terkait represi yang keras terhadap para pengkritik – yang membuat di periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi banyak yang “takut” dan enggan jadi oposisi. Apalagi, Pak Jokowi sendiri pernah bilang bahwa di periode kedua kekuasaannya nggak perlu ada oposisi.

Hal ini disinggung oleh pengamat politik yang cukup tajam dan sering mengritik pemerintah, Rocky Gerung. Pengajar filsafat ini menyebutkan bahwa berbagai persoalan yang terjadi di seputaran UU Cipta Kerja yang menimbulkan gejolak besar di masyarakat, pun dalam hal yang lainnya, terjadi karena pemerintahan Presiden Jokowi tak ingin punya oposisi.

Akibatnya, segala kritikan dan caci maki yang bermunculan tak ada filternya, katakanlah lewat partai oposisi atau sejenisnya. Masuknya Prabowo Subianto ke pemerintahan adalah contoh upaya “penghilangan oposisi” itu.

Baca juga :  Singapura 'Ngeri-ngeri Sedap' ke Prabowo?

Iya sih, masuk akal apa yang dibilang oleh pendiri Setara Institute ini. Soalnya, saat ini yang jadi partai oposisi cuma Partai Demokrat dan PKS. Itupun secara kekutan politik berdasarkan jumlah kursi di DPR juga sangat nggak sebanding.

Hmm, tapi kalau dilihat-lihat, Bung Rocky ini dari dulu selalu berani mengatakan bahwa pemerintah “dungu” dalam kebijakan-kebijakan tertentu. Itu masuk kategori “caci maki” nggak ya? Uppps.

Artinya, memang hanya Bung Rocky yang selama ini konsisten dan berani menjadi oposisi tunggal. Udah kebal lah dengan meme-meme ala Saruman. Hehehe.

Apa pun itu, kekuasaan yang terlalu absolut suatu saat akan bermasalah. Pemerintah memang butuh koalisi yang kuat di DPR agar program-programnya bisa berjalan lancar. Namun, bukan berarti hal tersebut berarti menutup ruang-ruang kritik dari masyarakat. Kan lama-lama jadi terancam juga demokrasi di negara ini. Upps. Please jangan dikirimin meme Saruman ya, Pak. Hehehe. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?