HomeCelotehTiada Gay di Internal Kecebong

Tiada Gay di Internal Kecebong

Kemarin (10/10), kanal berita nasional ramai meliput adanya pembongkaran salah satu markas homoseksual Indonesia yang berbentuk bisnis spa di Harmoni, Jakarta Pusat.


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]S[/dropcap]eperti yang dilansir sumber terpercaya, bisnis tersebut merugikan negara sebesar 0 rupiah dan tidak sedikit pun melemahkan iman heteroseksual orang lain.

Namun, nyatanya spa tersebut digeruduk aparat pasca dilaporkan oleh warga setempat yang resah. Gubernur Djarot bereaksi, bahwa izin bisnis spa tersebut disalahgunakan untuk prostitusi homoseksual. Maka, bisnis ini harus ditutup dan pemiliknya digelandang.

Nah lho, kayaknya Pak Djarot bingung mau dikenakan hukum apa. Homoseksual jangankan diatur, diakui pun tidak dalam hukum. Sebabnya, ruang dewan yang terhormat terlalu suci untuk kenajisan hak asasi mereka ini. Makanya, tembak saja pakai pelanggaran izin bisnis.

Lagipula ya, berdasarkan laporan, tindakan prostitusi itu tidak ada, karena tidak ada PSK. Catat: tidak ada PSK. Nyatanya, izin bisnis spa-lah yang dijalankan. Sementara pengunjungnya yang menikmati spa, membawa pasangan gay-nya sendiri. Tidak transaksional. Konsensual. Paham?

Sini saya ajari. Konsensus (kesepakatan) atau yang tercakup dalam konsep konsensus yang terinformasi (informed consent) adalah ketika dua atau lebih individu telah secara sadar dan terinformasi sepakat akan suatu hal. Nah, mereka yang sudah dianggap dewasa oleh negara harusnya sudah bisa ber-konsensus dengan orang lain. Itu mengapa mereka punya KTP, kan?

Berdasar pada itu, homoseksual tidak jadi masalah selama mereka sudah dewasa dan punya kesadaran. Tidak ada aparat, ketua RT, atau bahkan ibu-ibu PKK yang perlu untuk melapor polisi. Mereka gak ngapa-ngapain kok, cuma harus kabur ke luar rumah karena di rumah dikucilkan.

Karenanya juga, hubungan seksual dengan anak adalah DOSA BESAR. Sebabnya, anak kecil belum bisa menemukan konsensus. Mereka harus dijaga oleh orangtuanya dari pedofilia. Sampai di sini, selamat! Negara kita sudah melarang pedofilia. Tapi, jangan sampai homoseksual dilarang ya! Tidak berguna pelarangannya! Mereka sudah dewasa, urusan mereka gak perlu diatur!

Apa gimana? Tetap mau ngatur orang spa harus ngapain aja? Mau ngawasi gerak gerik dua laki-laki berdekatan? Jangan, ngga bisa gitu pak. Saya aja suka menginap sama teman-teman sejenis saya. Siapa yang tahu saya dan teman saya ngapain?

Memang warga kita aneh. Suka resah kalau ada yang saling cinta. Giliran saling gosip dan menebar benci, tentu paling bisa. Padahal, yang resah itu cuma karena imannya lemah. Atau mereka gak punya pasangan. Makanya, lebih baik kita musyawarah untuk membangun lingkungan, kerja bakti, dan aktif melakukan aksi sosial.

Gini lho, kalau kamu homoseks, silahkan cari pasanganmu. Kalau kamu heteroseks, silahkan cari pasanganmu. Hukum pasar. Sederhana, kan?

Ya sudah, siap-siap habis ini saya dikatain kecebong oleh pentol korek, si polisi moral. (R17)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Mengejar Industri 4.0

Revolusi industri keempat sudah ada di depan mata. Seberapa siapkah Indonesia? PinterPolitik.com “Perubahan terjadi dengan sangat mendasar dalam sejarah manusia. Tidak pernah ada masa penuh dengan...

Jokowi dan Nestapa Orangutan

Praktik semena-mena kepada orangutan mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), praktik-praktik itu terus...

Indonesia, Jembatan Dua Korea

Korea Utara dikabarkan telah berkomitmen melakukan denuklirisasi untuk meredam ketegangan di Semenanjung Korea. Melihat sejarah kedekatan, apakah ada peran Indonesia? PinterPolitik.com Konflik di Semenanjung Korea antara...