HomeCelotehRachmawati: Megawati Emang Gitu

Rachmawati: Megawati Emang Gitu

“Aku tak seperti yang kau pikirkan, yang bisa kau samakan dengan yang lainnya. Aku tak seperti yang kau pikirkan, yang bisa kau bujuk dengan rayu-rayumu”. – The Sisters, Kamu Kamu Lagi


PinterPolitik.com

[dropcap]H[/dropcap]ubungan persaudaraan antara dua anak perempuan memang selalu menarik untuk dipergunjingkan. Kadang-kadang rukun dan damai, kadang-kadang juga bisa saling berselisih dan bisa menghadirkan Perang Pasifik di dalam rumah. Bukan beneran perang loh ya, cuma suasananya aja.

Apalagi kalau salah satu di antaranya lebih cantik, lebih pintar dan lebih-lebih yang lainnya. Terus orang tuanya suka membanding-bandingkan kelebihan-kelebihan itu. Beh, percaya deh, pasti akan ada bara di dalam sekam!

Nah, hubungan dua anak perempuan yang demikian mungkin bisa dilihat dalam diri Megawati Soekarnoputri dan Rachmawati Soekarnoputri. Anak kedua dan ketiga dari pernikahan Soekarno dan Fatmawati ini emang kayak yin dan yang, sering banget berseberangan.

Bahkan, hingga kini pun keduanya mungkin udah nggak pernah bertemu karena beda pandangan.

Keduanya emang nggak kayak persaudaraan Shireen dan Zaskia Sungkar yang asik-asik aja bareng-bareng bikin grup vokal The Sisters.

Bukan berarti Mega sama Rachma harus bikin duo grup vokal loh ya – walaupun bisa jadi sukses juga sih. Maksudnya dalam aliran politik dan pandangan-pandangannya, kalau selaras kan enak dilihatnya, iya nggak?

Perseteruan ini emang rada aneh sih. Kenapa ya mereka nggak bisa rukun-rukun aja kayak anak-anaknya Soeharto yang kelihatan nggak pernah berseteru – setidaknya dari yang diberitakan media.

Rachma emang dari awal nggak pernah setuju ketika Megawati mulai masuk politik di era tahun 1980-an. Soalnya di antara anak-anak Soekarno emang ada konsesus bersama untuk tidak terlibat politik.

Baca juga :  The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Nah, pas Mega masuk politik, doi dianggap mengingkari konsensus itu. Apalagi, Mega terus-terusan membawa nama ayah mereka sebagai “alat jualan”.

Hal itulah yang kini disampaikan lagi oleh Rachma saat kampanye Prabowo Subianto di Solo beberapa hari lalu.

“Saya anak Soekarno, tapi nggak jual-jual gambarnya kayak yang kemarin”, begitu kata doi. Beh, itu mah serangan telak cuy.

The Tale of Two Sisters alias kisah dua saudara ini – minjem judul film horor Korea biar keren hehe – emang nggak pernah ada habisnya.

Kini Mega dukung Jokowi, sementara Rachma dukung Prabowo. Jadinya sama-sama bisa menjual Soekarno sih di kampanye politik.

Soalnya survei Indo Barometer pada pertengahan 2018 lalu masih nempatin Soekarno sebagai presiden paling berhasil di urutan kedua. Bapak Proklamator ini cuma kalah dari Soeharto doang. Artinya, nama Soekarno masih populer banget untuk dijual.

Walapun demikian, apa yang dibilang Rachma benar juga sih. Terus-terusan menjual nama Soekarno juga pasti suatu saat akan ada kelemahannya. Buktinya sekarang Mega lagi bingung, mau pensiun tapi nggak tahu siapa yang akan gantiin doi jadi pemimpin PDIP.

Pada akhirnya, Rachma emang lagi ngritik saat bilang Mega jualan nama Soekarno. Walaupun Mega bukan pedagang Pasar Klewer yang jualan kaos bergambar Soekarno, setidaknya doi berpengalaman berdagang juga.

Itu loh, Indosat dan kawan-kawannya. Upppss. Itu kata kubu lawan loh ya. Hehehe.

Akhir pekan ini mari nonton The Tale of Two Sisters sambil dengerin Shireen dan Zaskia nyanyi! Ashiaapp! (S13)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.