HomeCelotehDemonstran “Lapar” Serbu Markobar

Demonstran “Lapar” Serbu Markobar

“Pok ame ame, belalang kupu kupu. Siang makan nasi, kalau malam minum susu.” ~ Leony, ‘Pok Ame Ame’


PinterPolitik.com

[dropcap]L[/dropcap]aris manis martabak manis milik Gibran Rakabuming. Pagi-pagi sudah diserbu ratusan warga Solo. Sayang memang, toko belum buka di pagi itu. Seandainya toko buka lebih pagi, pasti banyak yang akan membungkus untuk oleh-oleh mertua di rumah hehehe.

Pada umumnya, memang ocehan seorang istri dan rengekan anaklah yang dapat menahan garangnya sifat ayah. Mungkin ini yang menjadi alasan para pengunjuk rasa beraksi di depan gerai Markobar milik Gibran, putra sulung Presiden Jokowi.

Memahami besarnya dampak ultimatum istri dan anak, barangkali ini yang menjadi motivasi terbesar  pengunjuk rasa untuk mempengaruhi Jokowi melalui rengekan anaknya.

Berharap dapat mempengaruhi ayahnya dari sang anak, eh malah dapat kecaman di media sosial. Emangnya masih bocah apa? Diambil mainannya langsung ngadu sama ayahnya? Ya kalo situ sih iya, udah gede masih ngambek ahaha.

Btw gengs, memang tak ada tempat lain selain di depan gerai Markobar? Demo di depan warung martabak, itu demo apa lapar ya? Kenapa gak sekalian aja demo di depan kantor kurir JKW biar pesannya langsung dikirim ke Istana Presiden? Onok onok wae cah.

Sejak kapan Istana Presiden pindah ke toko martabak ya. Jangan-jangan saya kurang piknik hehehe. Atau mereka yang kebanyakan piknik sampe lupa Istana Presiden di mana.

Suka miris gitu gengs lihatnya. Kalo BBM naik oke lah, ya bisa demo di depan SPBU. Menuntut peradilan koruptor, oke lah ya demo di depan gedung KPK. Lah ini demo nuntut ganti Presiden di depan toko Martabak! Plis ini guyon apa ujuk rasa? #kreatiftingkatdewa.

Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, like father like son. Respon singkat dan datar dari Gibran sangat mirip dengan ayahnya. Komentar datar pun sering diberikan kepada media di saat Jokowi ditanya persoalan bumi datar atau bulat. Eh maksudnya ditanya persoalan berbagai kasus di negeri ini.

Ini dibuktikan saat Gibran ditanya tanggapanya persoalan unjuk rasa itu. Seakan tidak ingin ambil pusing, Gibran memberi komentar: “Bagus, unjuk rasa berjalan tertib dan santun.”

Walah mas, mbok bilang juga: “Sayang demonya pagi. Coba sore atau malam saya bisa sekalian promosi produk baru kan hehehe”.

Lumayan sembari promosi mas, unjuk rasa itu dapat mengingatkan konsumen lagi loh akan merek martabak Markobar yang sempat cetar membahana hehehe.

Bagaimanapun gengs, unjuk rasa menjadi instrumen terpenting di negeri yang menganut demokrasi ini. Tapi inget ya, intelegensi juga dibutuhkan saat menyampaikan orasi politik kita.

Nih ungkapan Pramoedya Ananta Toer untuk kalian: “Perkembangan yang ideal akan tercapai melalui demokrasi. Tak ada jalan lain daripada yang memungkinkan setiap manusia untuk menggunakan hak-haknya.” (G11).

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...