HomeNalar PolitikUsaha Jokowi Rapatkan Pengusaha

Usaha Jokowi Rapatkan Pengusaha

“Saya rasa kan bagus ya kalau ada Ketua Kadin, Ketua HIPMI bergabung itu luar biasa. Kenapa, berarti kan Kadin dan HIPMI peduli ekonomi Indonesia,” Erick Thohir, Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf


PinterPolitik.com

Kamp pemenangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin baru saja mendapat amunisi baru. Dua pemimpin asosiasi pengusaha terkemuka tanah air dikabarkan merapat ke kubu mereka. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia dikabarkan telah bergabung dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf.

Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf Erick Thohir menyambut baik kehadiran mereka di timnya. Keduanya telah mendapatkan posisi cukup penting di TKN Jokowi Ma’ruf. Rosan diplot menjadi Wakil Ketua Umum sementara Bahlil diproyeksikan untuk posisi Direktur Penggalangan Anak Muda Milenial dan Kepemudaan.

Bisa dibilang kehadiran dua sosok pimpinan asosiasi pengusaha ini menjadi amunisi yang cukup penting. Sebagai pegiat ekonomi, mereka bisa menjadi sosok yang memperkuat visi ekonomi Jokowi-Ma’ruf yang kerap menjadi sasaran tembak kubu lawan.

Lalu keuntungan seperti apa yang bisa dimaksimalkan Jokowi-Ma’ruf dengan kehadiran Rosan dan Bahlil di tim pemenangan mereka? Lantas, seperti apa pula keuntungan yang bisa diambil oleh dua pengusaha itu dengan memilih merapat ke kubu petahana ini?

Menambal Lubang

Jokowi dan Ma’ruf selama ini memang kerap menjadi sasaran tembak untuk perkara ekonomi. Kondisi ekonomi yang seperti tidak menentu belakangan ini membuat kubu oposisi leluasa mengkritik pemerintahan Jokowi karena dianggap tidak mumpuni mengurusi persoalan tersebut.

Kondisi menjadi tambah pelik karena di kubu lawan, cawapres yang dipilih adalah sosok yang dapat dikatakan kenyang pengalaman di bidang tersebut. Sandiaga Uno, pengusaha terkemuka, menjadi cawapres Prabowo yang dianggap mengerti betul urusan ekonomi. Hal ini tergolong kontras jika dibandingkan dengan sosok Ma’ruf Amin yang lebih kental urusan agamanya.

Banyak yang menganggap bahwa Pilpres 2019 akan menjadi perang  ekonomi, alih-alih agama seperti pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Berdasarkan kondisi tersebut, analis risiko politik Kevin O’Rourke menyebut sosok Ma’ruf dapat menjadi hambatan bagi Jokowi dalam menghadapi kritik-kritik dalam perang ekonomi tersebut.

Kehadiran Rosan dan Bahlil dapat menjadi antidot dari kritik-kritik ekonomi yang mengarah ke kubu mereka. Sebagai pimpinan dua asosiasi pengusaha terkemuka di Indonesia, keduanya tentu paham betul dengan kondisi ekonomi negeri ini.

Rosan merupakan salah satu pengusaha yang cukup sukses. Ia merupakan pimpinan dari Recapital Group yang bergerak dalam bidang keuangan dan investasi. Menariknya, itu adalah perusahaan yang ia dirikan bersama Sandiaga Uno. Kiprahnya sebagai pengusaha berhasil mengantarkannya ke posisi 88 orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia dengan total kekayaan mencapai US$ 450 juta.

Sementara itu, Bahlil merupakan CEO PT Rifa Capital yang bisnisnya tersebar di berbagai pulau di Indonesia mulai dari Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Pria asal Fakfak ini menggeluti bisnis di bidang perdagangan kayu.

Kehadiran Rosan dan Bahlil melengkapi kekuatan ekonomi yang sudah lebih dahulu ada dalam TKN Jokowi-Ma’ruf. Seperti diketahui, sebelum mereka bergabung, sosok Erick Thohir sudah lebih dahulu didaulat sebagai Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf.

Memang, dukungan Rosan dan Bahlil bersifat pribadi dan bukan menjadi suara organisasi yang mereka pimpin. Meski begitu, merapatnya mereka dapat menjadi penanda bahwa ada sebagian kelompok pengusaha yang memberikan restu kepada ikhtiar Jokowi menuju periode keduanya.

Perang Nasain

Kehadiran Rosan dan Bahlil tidak hanya bisa dilihat dari sisi menguatnya skuad ekonomi Jokowi dari segi visi jelang Pilpres 2019. Merapatnya dua pengusaha ini dapat menjadi gambaran ekspansi unsur insan bisnis di kamp pemenangannya.

Secara tradisional, politik negeri ini kerap dianggap diwakili oleh dua aliran utama, yaitu kelompok nasionalis dan kelompok agamais atau Islamis. Padahal, ada satu unsur yang belakangan mulai ambil bagian dan memiliki peran besar: insan bisnis.

Para pengusaha atau insan bisnis ini memang mau tidak mau harus terlibat di dalam perkara politik tanah air. Menurut Jeffrey Winters, para pengusaha ini harus menjadi aktor politik untuk mengamankan tatanan oligarki bisnis mereka.

Unsur insan bisnis ini dapat dikatakan sebagai perwujudan dari kapitalisme. Mau tidak mau, kapitalisme memang menjadi sebuah kekuatan besar yang dampaknya menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Oleh karena itu, paham ini dapat dikatakan cukup kuat tidak hanya di negeri ini, tetapi juga di seluruh dunia.

Di titik itu, kehadiran Rosan dan Bahlil melengkapi tiga unsur utama politik negeri ini di tim Jokowi-Ma’ruf. Nasionalis, agamais, dan insan bisnis (Nasain) berpadu dalam tim pemenangan mereka. Unsur nasionalis sudah terlebih dahulu diisi oleh sosok Jokowi sebagai capres. Sementara itu, unsur agamais menjadi porsi dari Ketua MUI non-aktif Ma’ruf Amin.

Unsur insan bisnis di kubu ini sebenarnya telah terlebih dahulu diisi oleh Erick Thohir. Meski begitu, munculnya sosok Rosan dan Bahlil menjadi tambahan amunisi berharga bagi Jokowi-Ma’ruf dalam menghadapi gempuran dari kubu seberang.

Jika diperhatikan, unsur yang sama juga ada di kubu lawan. Unsur nasionalis menjadi bagian dari Prabowo. Sandiaga memiliki peran sebagai insan bisnis. Sementara unsur agamais diisi oleh PKS dan kelompok pendukung lain, termasuk mereka yang tergabung dalam Ijtima Ulama.

Berdasarkan kondisi tersebut, perang Nasain di Pilpres 2019 menjadi tak terhindarkan. Rosan dan Bahlil menjadi sosok kunci yang dapat memberi kontribusi bagi Jokowi dan Ma’ruf dalam perang Nasain di Pilpres 2019 nanti.

Membeli Pengaruh

Dalam melihat relasi antara kandidat dengan pengusaha, unsur “membeli pengaruh” kerap menjadi salah satu yang kentara. Hal ini ditangkap misalnya oleh David Callahan, penulis The Givers: Wealth, Power, and Philanthropy in a New Gilded Age. Dalam artikelnya di The Guardian, ia menyebut bahwa mereka yang kaya bisa dengan mudah membeli pengaruh dan banyak dari mereka benar-benar melakukannya.

Di titik itu, dari sisi Rosan dan Bahlil, bisa saja mereka tengah berusaha untuk “membeli pengaruh” dari Jokowi. Jika merujuk kepada Callahan, Rosan dan Bahlil bisa mendorong agenda pribadi mereka dengan memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf.

Berdasarkan kondisi tersebut, Rosan dan Bahlil boleh jadi memperoleh keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Winters sebelumnya. Mereka dapat memperoleh keuntungan berupa mapannya posisi mereka dalam tatanan oligarki bisnis.

Sebagai gantinya, untuk membeli pengaruh tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan Rosan dan Bahlil. Lazimnya, pengusaha akan berkontribusi untuk urusan logistik dalam pemenangan suatu kandidat. Boleh jadi, logistik inilah yang menjadi “harga” yang harus dibayar mereka.

Praktik membeli pengaruh ini sebenarnya tidak hanya bisa dilihat dari sisi Rosan dan Bahlil saja. Jokowi juga sebenarnya bisa dianggap mendapat keuntungan serupa karena berhasil mengamankan dua pimpinan asosiasi pengusaha terkemuka negeri ini. Meski begitu, sumber daya Jokowi dalam membeli pengaruh ini boleh jadi tidak sepenuhnya berupa materi, katakanlah seperti pengusaha mendekati politisi.

Sebagai orang yang memiliki kekuasaan, Jokowi bisa saja menggunakan kuasanya tersebut untuk mengamankan posisi sosok-sosok pengusaha tersebut. Nama Rosan misalnya, belakangan tengah terseret kasus Newmont yang disebut melibatkan Mantan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB). Bisa saja publik menduga merapatnya Rosan ke kubu Jokowi adalah untuk mengurangi tekanan kasus tersebut kepada dirinya.

Merapatnya Ketua Kadin dan Ketua HIPMI dapat menjadi amunisi penting bagi Jokowi. Click To Tweet

Kehadiran mereka sendiri dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengurangi pengaruh Sandiaga sebagai pengusaha di kubu Prabowo. Selama ini, pengusaha-pengusaha ini memang memiliki pertalian dengan sosok Sandiaga.

Rosan adalah sahabat yang tergolong amat dekat dengan Sandiaga. Bersama-sama mereka bahu-membahu mengawal Recapital menjadi salah satu perusahaan yang terkemuka di negeri ini. Sementara itu, Bahlil menganggap Sandiaga sebagai seniornya. Hal ini tergolong wajar karena Bahlil mengikuti jejak Sandiaga yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI.

Kondisi itu seperti menggambarkan sebagian jejaring Sandiaga sebagai pengusaha mulai ditarik masuk ke kubu Jokowi. Sebelumnya, sosok Erick Thohir yang juga karib dengannya sudah terlebih dahulu digaet. Bukan tidak mungkin, berlabuhnya sosok-sosok ini membuat pengusaha lain mau merapat ke kubu Jokowi.

Merapatnya Rosan dan Bahlil di titik ini terlihat menjadi amunisi berharga bagi Jokowi dalam usahanya kembali merengkuh kursi RI-1. Yang menarik adalah, bagaimana kubu Prabowo-Sandiaga merespons langkah tersebut? Adakah strategi dari mereka untuk membalas perekrutan tersebut dalam perang Nasain di 2019 nanti? (H33)

Baca juga :  Budiman Sudjatmiko, Skenario Brilian Prabowo?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Sembako Siap Melambung Akibat Iran? 

erang Iran-Israel diprediksi akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Mengapa demikian? 

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...