HomeNalar PolitikRebutan Massa HTI

Rebutan Massa HTI

Rencana pembubaran HTI masih menjadi polemik. Di sisi lain, massa HTI yang cukup banyak ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi parpol.


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]B[/dropcap]anyaknya pihak yang menekankan pada pentingnya prosedur pembubaran organisasi massa (ormas) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), membuat pemerintah – dalam hal ini, Menteri Koordinator (Menko) bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Wiranto, menegaskan agar publik tidak meributkan lagi rencana tersebut. Menurutnya, pembubaran HTI telah diatur melalui mekanisme hukum.

“Sebenarnya, masalah ini tidak perlu diributkan lagi, tidak perlu dipertentangkan di masyarakat. Tinggal ditunggu saja nanti proses hukumnya,” kata Wiranto di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Rabu, (17/5). “Tentu pemerintah melakukan upaya hukum yang dianggap patut untuk melakukan niat ini,” lanjutnya.

Ia menegaskan, pembubaran tidak hanya ditujukan kepada kelompok HTI. Secara tegas, Wiranto menyatakan ormas apa pun yang bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan RI, akan dibubarkan. Pembubaran tersebut, dimaksudkan untuk mengamankan eksistensi bangsa Indonesia, mempertahankan keamanan, dan ketertiban.

Apalagi, lanjutnya, saat ini pemerintah tengah fokus melakukan pembangunan. “Agar kita bisa konsentrasi dalam konsep pembangunan yang saat ini dilakukan serius oleh pemerintah,” terang Wiranto yang juga memastikan keputusan itu bukan berarti pemerintah anti-ormas Islam, tetapi untuk menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kejaksaan Agung pun menyatakan tengah menunggu bukti-bukti pelanggaran yang dilakukan HTI dari pemerintah untuk diajukan ke pengadilan. Menurut Jaksa Agung H.M. Prasetyo, bukti tersebut sudah dikantongi kepolisian, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Hukum dan HAM.

Di luar sikap pemerintah yang telah ditegaskan Wiranto tersebut, kini timbul pertanyaan dibenak publik: apa yang akan terjadi dengan massa pendukung dan simpatisan HTI yang jumlahnya cukup banyak tersebut? Berbagai kalangan sudah mengutarakan simpatinya dengan meminta agar mereka untuk tidak diasingkan. Beberapa pihak menilai, sebaiknya mereka diberikan pemahaman secara terus menerus tentang Pancasila dan NKRI.

Baca juga :  Anies Bantu Prabowo Melupakan Jokowi?

Sementara itu menurut seorang sumber, persoalan HTI – terutama nasib pendukungnya, ternyata menarik perhatian sejumlah partai politik (parpol). Banyaknya anggota dan simpatisan HTI, merupakan aset yang sangat menggiurkan bagi para parpol untuk dirangkul. “Beberapa parpol mulai menarik simpati pendukung HTI. Mereka akan dijadikan konstituen partai. Ada beberapa partai yang mulai mendekati pendukung HTI, tidak hanya satu atau dua parpol saja,” ujar sumber tersebut, di Jakarta, Selasa (16/5).

Menurutnya, para parpol itu mengerahkan berbagai strategi guna menarik mereka. Salah satu caranya, adalah dengan berpura-pura menolak pembubaran HTI. “Parpol itu sebenarnya sepakat dengan sikap pemerintah untuk membubarkan HTI. Tapi demi kepentingan politik, terutama menjelang Pemilu 2019, mereka bersandiwara sebagai orang baik, sehingga para pendukung dan simpatisan HTI tersebut tertarik,” katanya.

Selain parpol, Gerakan Pemuda Anshor juga memberi kesempatan bagi para anggota HTI untuk bergabung. Kesiapan ini dinyatakan Ketua GP Anshor Kabupaten Kediri, Munasir Huda. “Meski terlambat, keputusan itu patut kita dukung,” ucapnya, Senin, (8/5). Ia berjanji akan menjadi teman diskusi yang baik, agar mereka tetap bisa mengaktualisasi kemampuan berorganisasi yang selama ini dipergunakan untuk membesarkan HTI.

Bila tidak, Huda menyarankan mereka bergabung dengan organisasi Islam yang sudah ada, seperti NU dan Muhammadiyah. Ia yakin, keduanya mau menerima untuk bersama-sama mempelajari Islam dan bernegara yang baik. “Sebab, ini bukan soal keyakinan, tapi pandangan politik yang keliru,” jelasnya. Ia juga berharap, pemerintah ikut berupaya menyadarkan anggota HTI agar kembali ke Pancasila. Pandangan khilafah yang diperjuangkan selama ini harus dinetralkan, sehingga tidak diam-diam tumbuh dan dipelihara. “Jika tidak, itu akan menjadi bahaya laten,” pungkasnya.

Baca juga :  Luhut ke Mana?

(SP/Berbagai sumber/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Pramono dan Candu Dinasti Politik

Politik dinasti bisa membawa efek candu yang berbahaya. Bagaimana kaitannya dengan Pramono Anung yang kini jadi calon gubernur Jakarta 2024?

Ironi Lumpuhnya Pasukan Perdamaian PBB

Israel yang mengusik dan melukai prajurit TNI dalam misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon seolah menguak hipotesa bahwa terdapat kelumpuhan sistematis di balik eksistensi para serdadu gabungan negara-negara yang sesungguhnya mulia tersebut.

Arti Kesetiaan Politik: Jokowi vs Prabowo

Dalam politik, nilai kesetiaan mempengaruhi manuver politik. Bagaimana kesetiaan politik dalam kaitannya dengan Jokowi dan Prabowo Subianto?

Luhut ke Mana?

Tumben nih Pak Luhut diem ajaa #LuhutBinsarPandjaitan #LuhutPandjaitan #Jokowi #GibranRakabumingRaka #fufufafa #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini  

PDIP Gabung Prabowo, Breeze atau Hurricane? 

Sinyal bergabungnya PDIP ke koalisi pemerintahan baru tampak semakin kuat. Akankah ini melahirkan guncangan baru bagi koalisi tersebut? 

Politik Hukum Jokowi dan Sejahtera Hakim

Para hakim melakukan “mogok” bertajuk cuti bersama. Mereka menuntut pemerintah menaikkan tunjangan dan gaji yang tidak berubah sejak tahun 2012.

Anies Bantu Prabowo Melupakan Jokowi?

Kendati tak saling berkaitan secara langsung, kemungkinan merangkul Anies Baswedan ke jajaran menteri bisa saja menambah kekuatan dan daya tawar Prabowo Subianto andai memiliki intensi melepaskan pengaruh Jokowi di pemerintahannya. Mengapa demikian?

Dharma Pongrekun vs ‘Elite Global’

Dharma Pongrekun singgung soal elite asing terkait pandemi Covid-19 dalam Debat Pilkada) Jakarta 2024. Mengapa konspirasi bisa begitu diyakini?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...