HomeNalar PolitikPrabowo: Terima Kasih FPI!

Prabowo: Terima Kasih FPI!

Menjadi jelaslah bahwa ucapan terima kasih yang disampaikan oleh Prabowo kepada Front Pembela Islam (FPI) menggambarkan bahwa ‘kemenangan dalam Pilkada DKI’ adalah hal yang sebetulnya selama ini diperjuangkan oleh semua yang menuntut Ahok. Alasan agama memang hanya dipakai untuk tujuan politik tersebut.


PinterPolitik.com

“Happiness depends upon ourselves” – Aristoteles (384-322 SM).

[dropcap size=big]B[/dropcap]erbunga-bunga, mungkin itulah kata-kata yang cocok disematkan pada Prabowo Subianto setelah hasil quick count atau hitung cepat hampir semua lembaga survei menampilkan hasil yang sama. Prabowo mungkin menjadi salah satu orang paling berbahagia atas hasil Pilkada DKI Jakarta putaran kedua karena pasangan calon yang diusung oleh partainya berhasil memenangkan kontes politik ini. Seperti kata Aristoteles, Prabowo dan semua tim sukses yang telah berjuang telah mengondisikan kebahagian itu bagi mereka sendiri.

Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei menempatkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Anies-Sandi) yang diusung Prabowo unggul dengan selisih suara hampir 15 % atas pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).

Kebahagiaan itu pula lah yang membuat Prabowo juga akhirnya menampakkan diri saat konferensi pers pasca keluarnya hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei tersebut – hal yang tidak dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri saat konferensi pers pasangan Ahok-Djarot.

Selain itu, Prabowo juga menyempatkan diri menghadiri doa syukur bersama rombongan Tamasya Al-Maidah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Rabu, 19 April 2017. Prabowo disambut oleh simpatisan Tamasya Al-Maidah – aksi yang sebetulnya dilarang pihak kepolisian – yang hadir saat itu. Acara sujud syukur itu juga dihadiri oleh Anies Baswedan dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon.

https://twitter.com/porosanonim/status/854669965001072641

Pada kesempatan itu, Prabowo mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang menyukseskan Pilkada DKI Jakarta serta semua pihak yang membantu dalam proses pemenangan pasangan Anies-Sandi.

Hal yang mungkin bagi banyak pihak menarik, Prabowo juga mengucapkan terima kasih khusus kepada pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Prabowo menyebut Rizieq sebagai sosok pemberani. Prabowo juga mengucapkan terima kasih dengan menyebut Ketua Panitia Tamasya Al-Maidah, Ansufri Idrus Sambo.

“Saya terima kasih Habib Rizieq, keberanian Anda luar biasa. Ustaz Sambo, terima kasih, dengan kalian semua di belakang kami, kami tidak gentar,” kata Prabowo. Ia juga mengapresiasi dukungan ulama dan semua unsur tokoh agama. Prabowo juga mengucapkan terima kasih kepada rakyat Indonesia.

Prabowo Terima Kasih FPI

“Kami berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan,” kata Prabowo.

Terima Kasih Untuk Apa?

Ucapan terima kasih Prabowo ini mendatangkan reaksi dari banyak pihak. Banyak yang memberikan komentar negatif atas ucapan terima kasih Prabowo ini.

https://twitter.com/MarissaAnita/status/855119527201435648

Bahkan ada yang menyebut aksi Prabowo ini aneh, mengingat Rizieq Shihab juga terlibat dalam kasus penghinaan terhadap Pancasila – ideologi yang tentu saja sangat dijunjung tinggi oleh Prabowo dan Partai Gerindra yang dipimpinnya.

Baca juga :  Jokowi Tak Mungkin Dimakzulkan

Tidak sedikit juga yang menyebut ucapan terima kasih Prabowo kepada Rizieq Shihab sesungguhnya mengungkapkan bahwa memang benar isu agama sebenarnya hanya dipakai untuk memenangkan kontestasi politik ini. Eh, yang benar?

Hal ini sebetulnya bisa dilihat dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) terhadap kasus penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok dalam sidang pembacaan tuntutan yang dilaksanakan pada Kamis, 20 April 2017 kemarin, di mana JPU hanya menggunakan pasal 156 dan 156a dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk menjerat Ahok.

Selain itu, JPU hanya menuntut Ahok dengan hukuman 1 tahun penjara dengan 2 tahun masa percobaan. Apa artinya itu? Wow, ternyata itu artinya Ahok sebetulnya bisa bebas dari hukuman penjara jika dalam kurun waktu 2 tahun tidak melakukan tindakan pidana yang lain. Benarkah demikian?

Pakar hukum pidana Universitas Indonesia, Gandjar Laksmana Bonaprapta menjelaskan, Ahok tidak mesti menjalani pidana jika selama masa percobaan ia tidak melakukan tindak pidana. Hukuman percobaan itu berarti Ahok hanya akan menjalani pidana penjaranya, apabila dalam masa waktu percobaan tersebut ia melakukan tindak pidana apapun, demikian kata Gandjar seperti dikutip dari kompas.com.

Jika Ahok melakukan tindak pidana selama masa percobaan, maka Ahok dapat dipenjara 1 tahun ditambah dengan hukuman pidana yang baru. Adapun hukuman berlaku setelah vonis hakim diputuskan. Inilah yang disebut sebagai hukuman percobaan.

Tunggu dulu, apakah itu berarti semua energi yang terkuras selama beberapa bulan terakhir ini akan sia-sia karena pada akhirnya Ahok sebetulnya bebas? Ratusan ribu orang yang hadir pada demonstrasi 411, 212 dan aksi-aksi selanjutnya dengan tuntutan untuk memenjarakan Ahok, pada akhirnya menjadi sia-sia belaka?

Menjadi jelaslah bahwa ucapan terima kasih yang disampaikan oleh Prabowo kepada FPI menggambarkan bahwa ‘kemenangan dalam Pilkada DKI’ adalah hal yang sebetulnya selama ini diperjuangkan oleh semua yang menuntut Ahok. Alasan agama memang hanya dipakai untuk tujuan politik tersebut. (Baca: Ada Apa Di Balik SARA) Patutlah Prabowo berterima kasih mengingat FPI adalah yang paling terdepan dalam menuntut Ahok, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap elektabilitas Ahok.

Pertanyaannya tentu saja adalah apakah hal ini berarti tanpa FPI, Anies-Sandi tidak akan memenangkan Pilkada Jakarta? Masih terlalu dini untuk disimpulkan. Yang jelas, FPI punya andil yang sangat besar dalam kemenangan ini.

Rizieq dan Kemenangan Prabowo

Keterlibatan Rizieq Shihab dalam berbagai aksi demonstrasi sempat mendatangkan kritik dari berbagai pihak. Kritik terbaru datang secara tidak langsung dari Kiai Haji Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Mus.

Ulama asal Rembang ini mengomentari banyaknya sebutan ustaz atau ulama yang mendadak melekat pada diri seorang. Menurutnya, gelar ulama sesungguhnya mencerminkan perilaku yang baik dan saleh.

Gus Mus mengatakan, seseorang yang dipanggil ulama harus bisa menunjukkan kesalahen pribadinya. Ulama yang baik harus punya ukuran nilai kepantasan.

“Ulama kok sobo (main) pendopo itu apa, apa mau ikut tender? Ulama kok mimpin demo. Ini aneh sekali,” kritik Gus Mus, saat menjadi narasumber Anti Hoax di Semarang, pada Kamis 20 April 2017, seperti dikutip dari kompas.com.

Baca juga :  Mayor Teddy, Regenerasi Jenderal Berprestasi?

“Jadi ada kepantasan laki-laki itu apa, bupati itu apa. Dari nurani saja sudah cukup, cukup gak (mereka yang demo) dipanggil kiai,” kata mantan Rais Am PBNU sekaligus pengasuh pondok pesantren Raudlatul Tholibin Leteh Rembang ini. Gus Mus menegaskan, ukuran kepantasan untuk seseorang disebut ulama penting adanya. Hal itu karena masyarakat tidak tahu mental dari seseorang.

Apakah kata-kata Gus Mus ini mengkritik Rizieq? Yang jelas Rizieq adalah salah satu ulama yang sering memimpin demonstrasi. Mungkin juga akan dianggap mengadu domba dua ulama ini jika menyebut Gus Mus mengkritik Rizieq. So, lebih baik dipisahkan saja pernyataannya: Gus Mus mengkritik ulama yang memimpin demo, dan Rizieq Shihab adalah ulama pemimpin demo. Eh?

Terlepas dari kritik tersebut, yang jelas kemenangan Anies-Sandi dalam Pilkada Jakarta sesungguhnya adalah kemenangan untuk Prabowo Subianto. Sejarah mencatat, kemenangan di ibukota akan sangat menentukan kemenangan di tingkat nasional. Pilkada Jakarta tahun 2012 menghasilkan Jokowi sebagai pemenang yang kemudian mengantarkannya menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilihan Presiden tahun 2014. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Prabowo?

Prabowo sepertinya masih berambisi untuk maju lagi pada pemilihan presiden di tahun 2019 nanti. Jika skema ‘mengulang sejarah’ kembali terjadi, maka bisa dipastikan akan mudah bagi Prabowo untuk memenangkan pertarungan politik di tahun 2019. Masih ada dua tahun tersisa sebelum pilpres 2019.

Pesaing politik Prabowo juga saat ini sedang mengalami masalah, khususnya dari sisi kaderisasi politik. Walaupun berada di belakang Jokowi, Megawati Soekarnoputri masih ‘galau’ dengan penerus tampuk partai moncong putih – yang dalam Pilkada Jakarta putaran kedua kali ini kalah telak. Sementara di kubu trah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), masih kesulitan menemukan tokoh yang bisa menyaingi popularitas dan elektabilitas Jokowi dan Prabowo.

Jika skenario ini terus berlangsung, maka bisa dipastikan Prabowo akan kembali berhadapan dengan Jokowi di pilpres 2019 nanti. Kemenangan di Pilkada Jakarta ini menjadi batu loncatan pertama bagi Prabowo untuk merapatkan barisan dukungan. Jika tidak ada halangan, maka skema kontestasi politik tahun 2014 lalu akan kembali terulang.

Pilkada Jakarta memang telah usai. Masyarakat pun diharapkan kembali bersatu setelah sekian lama terpecah akibat pilihan politik. Prabowo mungkin berbahagia dan oleh karenanya berterima kasih kepada Rizieq Shihab dan FPI untuk kemenangan ini. Mungkin hal yang menarik untuk ditunggu adalah bagaimana reaksi FPI dan pihak-pihak yang menuntut Ahok terhadap tuntutan hukum JPU dalam sidang Ahok.

Pada akhirnya, seperti kata Gus Mus, adalah lebih baik untuk merajut persaudaraan dan persatuan karena demikianlah hakikat manusia yang hidup berdampingan satu sama lain. Politik memang sering menggunakan perbedaan-perbedaan dan identitas sebagai alat untuk merebut kekuasaan. Namun, jika kembali kepada hakikat kemanusiaan, siapakah yang dapat mengabaikan perasaan sebagai satu bangsa dan satu tanah air? (S13)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

Puan-Mega, Ada ‘Perang Sipil’ PDIP? 

Berbeda dari Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani belakangan tunjukkan gestur yang lebih lembut kepada pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengapa demikian?

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Lolos “Seleksi Alam”, PKS-PKB Seteru Abadi?

Berkaca pada hasil Pileg 2024, PKB dan PKS agaknya akan menjadi dua entitas politik yang akan terlibat dalam persaingan ceruk suara pemilih Islam ke depan. Terlebih di saat PAN seakan telah melepaskan diri dari karakter Islam dan PPP harus “terdegradasi” dari kancah legislatif nasional.

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Elon Musk dan Dimulainya Era Feudalisme Teknologi 

Perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Starlink semakin memiliki keterikatan dengan dinamika politik. Jika pola ini terjaga, akan seperti apa pengaruhnya terhadap dunia politik di masa depan? 

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

More Stories

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Gemoy Effect: Prabowo Menang Karena TikTok Wave?

TikTok menjadi salah satu media kampanye paling populer bagi pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.