HomeNalar PolitikPrabowo-Rizal Ramli, Memoar Cyropaedia

Prabowo-Rizal Ramli, Memoar Cyropaedia

Masuknya nama Rizal Ramli dalam bursa cawapres untuk Prabowo Subianto memang menimbulkan perdebatan. Apakah ini pembuktian kisah dalam Cyropaedia, bahwa untuk meraih kekuasaan yang besar, butuh pengetahuan ekonomi yang juga handal?


PinterPolitik.com

“I’m not an economist and we all know economists were created to make weather forecasters look good.”

:: Rupert Murdoch, taipan media ::

[dropcap]K[/dropcap]etika jenderal perang Cleon dan politisi serta demagog Cleophon memimpin Athena dalam Delian League, berperang melawan Sparta yang dipimpin oleh Pleistoanax dalam Peloponnesian League, hampir semua sejarawan menyebutnya sebagai salah satu perang paling monumental sepanjang sejarah peradaban.

Namun, saat semua mata tertuju pada strategi perang, ringkik kuda, atau arak-arakan prajurit, seolah tidak ada alasan untuk memperhatikan seorang tentara bayaran sekaligus filsuf bernama Xenophon yang sibuk menggoreskan penanya, menuliskan topik yang mungkin oleh banyak orang saat itu tidak menarik: ekonomi.

Murid Socrates itu memparafrasekan kondisi yang terjadi sedemikian rupa dalam karya-karyanya, sehingga mungkin membuat banyak orang lupa syair-syair sastrawan Athena, Agathon  yang terkenal menyayat kalbu. Salah satu karya Xenophon yang terkenal adalah Cyropaedia – biografi semi-fiksi tentang Kaisar Achaemenid (Persia) Cyrus Agung.

Sekalipun kisah tentang kehancuran angkatan laut Athena di Aegospotami mungkin jauh lebih menarik untuk diceritakan, Xenophon nyatanya berhasil menggambarkan satu hal yang hingga kini masih terbukti kebenarannya. Gagasan itu adalah tentang pengelolaan ekonomi yang punya pengaruh besar pada kekuasaan seorang pemimpin.

Singkatnya, jika ingin memajukan negara dan mencapai kejayaan sama seperti yang pernah dicapai oleh Cyrus Agung, seorang pemimpin harus handal mengelola ekonomi, atau setidaknya punya orang untuk melakukannya.

Kini, kisah yang ditulis oleh Xenophon itu seolah mendapatkan perwujudannya. Munculnya nama Rizal Ramli, seorang ekonom tulen, dalam bursa kandidat calon wakil presiden (cawapres) untuk Prabowo Subianto adalah pembuktian kisah sejarah tersebut.

Mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) dan Menteri Keuangan (Menkeu) di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta Menko Kemaritiman di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, diusulkan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sebagai calon yang cocok menjadi pendamping Prabowo pada Pilpres 2019 nanti. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat ini dianggap mampu menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi yang saat ini sedang dihadapi oleh Indonesia.

Walaupun masih menjadi tokoh yang dipertimbangkan, kubu oposisi sepertinya paham bahwa memilih seseorang yang mengerti ekonomi akan mampu mendatangkan kejayaan bagi negara, sekaligus menjadi strategi kampanye yang brilian menghadapi Presiden Jokowi yang belakangan semakin sering diterpa isu-isu ekonomi.

Dengan latar belakang sebagai ekonom serta segudang pengalaman yang dimilikinya, munculnya nama Rizal Ramli bukanlah hal yang mengherankan. Namun, secara politik, Rizal Ramli belum punya elektabilitas yang mumpuni, serta belum tentu didukung oleh partai politik yang akan berkoalisi mendukung Prabowo.

Jika demikian, apakah Rizal Ramli adalah pilihan yang tepat untuk Prabowo?

Baca juga :  AS-Tiongkok Berebut Prabowo? 

Cyropaedia dan Rizal Ramli

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, Cyropaedia adalah sebuah dialog-biografi yang ditulis oleh Xenophon yang hidup pada era Perang Peloponnesian.

Xenophon masuk dalam daftar para pemikir ekonomi zaman Yunani Kuno. Beberapa karyanya yang juga berbicara tentang ekonomi adalah Oeconomicus, Hiero serta Ways and Means. Namun, Cyropaedia dianggap sebagai salah satu karya yang fenomenal karena digunakan oleh beberapa pemikir ekonomi beribu-ribu tahun setelahnya.

Prabowo-Rizal Ramli, Memoar Cyropaedia

Adam Smith misalnya, menyinggung pemikiran Xenophon tentang profesi tukang kayu yang dianggap sebagai orang yang serba tahu di desa, namun menjadi seorang tenaga spesialis di kota besar, ketika ia menjelaskan tentang division of labor atau konsep pembagian kerja.

Bahkan Karl Marx secara khusus menyebut konsepsi pembagian kerja dalam Cyropaedia yang mempunyai latar kisah dan nama dari Cyrus Agung, berhubungan dengan ukuran pasar.

Jika didalami, nyatanya Cyropaedia memang memberikan gambaran bagaimana pemahaman tentang ekonomi menentukan kekuasaan dijalankan. Tidak ada yang meragukan kebesaran Cyrus Agung yang menguasai seluruh daratan dari India hingga Laut Tengah.

Xenophon misalnya, menuliskan bagaimana Cyrus Agung mengatur pertukaran surplus tanah pertanian di Armenia yang mayoritas rakyatnya adalah penggembala, dengan surplus lahan rumput di Chaldea (Kasdim) yang mayoritas rakyatnya adalah petani.

Ia juga memperhitungkan secara ekonomi bagaimana angkatan militernya dapat bertahan dalam peperangan untuk menaklukan wilayah-wilayah lain. Cyrus Agung jelas menjadi gambaran bagaimana pengetahuan tentang ekonomi yang dimiliki oleh seorang pemimpin membawa kejayaan kepada negara.

Dengan demikian, apakah itu berarti munculnya nama Rizal Ramli menjadi pilihan yang sepadan dengan kondisi Indonesia saat ini yang  – oleh banyak pihak – dianggap sedang kesulitan secara ekonomi?

Bisa jadi demikian. Persoalan ekonomi memang menjadi hal yang sangat vital bagi sebuah negara – sekalipun dalam hubungan antar negara, Robert Keohane dan Joseph Nye menganggap ekonomi sebagai low politics.

Cyropaedia memberikan gambaran bahwa pemimpin yang sukses  bukan hanya mampu menjaga kestabilan negara lewat militer yangn kuat, tetapi juga mampu mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Dengan ekonomi yang baik, maka dengan sendirinya semua bidang kehidupan yang lain akan terdampak.

Prabowo dan kubu oposisi jelas akan memperhitungkan hal ini, apalagi dengan mempertimbangkan fakta bahwa isu ekonomi saat ini menjadi persoalan utama yang ditimpakan pada pemerintahan Jokowi. Isu utang yang membengkak, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, serta program-program kesejahteraan yang belum terwujud, jelas membutuhkan orang yang paham secara ekonomi untuk mengatasinya.

Menggandeng Rizal Ramli akan menjadi pilihan yang tepat, termasuk dalam hal strategi kampanye. Sebagai ekonom, Rizal Ramli tahu betul di mana celah kebijakan ekonomi Jokowi yang bisa dijadikan sebagai serangan politik. Ini tentu akan menguntungkan bagi Prabowo.

Baca juga :  Gemoy Effect: Prabowo Menang Karena TikTok Wave?

Pilihan Menguntungkan Prabowo?

Banyak pengamat politik yang menyebut pilihan cawapres akan menentukan hasil akhir Pilpres 2019 nanti. Oleh karena itu, memilih Rizal Ramli tentu akan menjadi pertaruhan besar bagi Prabowo.

Dalam teori pilihan yang diperkenalkan oleh William Glasser (1925-2013), setidaknya ada beberapa alasan ketika seseorang menentukan sebuah pilihan.

Selain alasan untuk bertahan hidup (meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, rumah, keamanan), setidaknya ada 4 kelompok kebutuhan fundamental secara psikologis yang mempengaruhi seseorang menentukan sebuah pilihan. Keempat kelompok tersebut adalah belonging/connecting/love, power/significance/competence, freedom/autonomy, serta fun/learning.

Tentu saja keempat kelompok itu tidak akan dibahas secara detil dalam tulisan ini. Yang jelas, dalam kaitan dengan pilihan cawapres, sangat mungkin kelompok faktor power/signifikansi/kompetensi merupakan dasar pertimbangan utama untuk memilih Rizal Ramli.

Sang ekonom jelas punya kompetensi, lalu dengan pengetahuannya tersebut akan ada signifikansi terhadap kampanye Prabowo, sehingga dengan demikian memudahkan menantu Soeharto itu untuk merebut kekuasaan.

Artinya, memilih Rizal Ramli sangat mungkin menjadi pertimbangan yang tepat untuk diambil jika Prabowo ingin memenangkan kontestasi politik di 2019. Satu-satunya persoalan adalah, bagaimana meyakinkan partai-partai koalisi untuk mendukung sang ekonom menjadi pendamping Prabowo.

Rizal Ramli sendiri jelas paham akan hal itu. Inilah yang menjelaskan mengapa belakangan dirinya mulai terlihat sering mengunjungi tokoh-tokoh partai politik. Terbaru, Rizal Ramli menemui Ketua Umum PAN sekaligus Ketua MPR, Zulkifli Hasan. Walaupun ia menyebut hanya membicarakan hal-hal umum, namun besar kemungkinan ada hal-hal spesifik tentang kemungkinan pencalonan dirinya sebagai cawapres yang juga dibicarakan saat itu.

Jika mampu meraih dukungan parpol, Rizal Ramli tentu akan menjadi pasangan yang kuat bagi Prabowo untuk menghadapi Jokowi, sekalipun dalam beberapa survei terakhir, nama pria yang terkenal dengan jurus “rajawali ngepret” itu belum muncul sebagai calon potensial.

Cyropedia telah menggambarkan bagaimana kejayaan dapat terjadi jika pemimpin punya kemampuan mengelola ekonomi negara. Rizal Ramli sangat mungkin menjadi Cyropedia Prabowo dan membantu mantan Danjen Kopassus itu mewujudkan ambisinya menjadi penguasa di negeri ini.

Selain itu, Rizal Ramli juga besar kemungkinan “tidak berdiri sendiri”. Dengan makin seringnya muncul ke permukaan, jelas mengindikasikan ada dukungan politik yang mengalir kepadanya dari pihak-pihak tertentu, dan hal ini tentu positif bagi Prabowo.

Pada akhirnya, semua akan bergantung pada keputusan Prabowo dan partai pendukungnya. Yang jelas, seperti kata Rupert Murdoch di awal tulisan ini, ekonom diciptakan untuk membuat semua hal jadi kelihatan baik. Jika Prabowo ingin Indonesia jadi lebih baik, mengapa tidak pilih Rizal Ramli? (S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

Puan-Mega, Ada ‘Perang Sipil’ PDIP? 

Berbeda dari Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani belakangan tunjukkan gestur yang lebih lembut kepada pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengapa demikian?

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Lolos “Seleksi Alam”, PKS-PKB Seteru Abadi?

Berkaca pada hasil Pileg 2024, PKB dan PKS agaknya akan menjadi dua entitas politik yang akan terlibat dalam persaingan ceruk suara pemilih Islam ke depan. Terlebih di saat PAN seakan telah melepaskan diri dari karakter Islam dan PPP harus “terdegradasi” dari kancah legislatif nasional.

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Elon Musk dan Dimulainya Era Feudalisme Teknologi 

Perusahaan teknologi raksasa seperti Apple dan Starlink semakin memiliki keterikatan dengan dinamika politik. Jika pola ini terjaga, akan seperti apa pengaruhnya terhadap dunia politik di masa depan? 

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

More Stories

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Gemoy Effect: Prabowo Menang Karena TikTok Wave?

TikTok menjadi salah satu media kampanye paling populer bagi pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.